webnovel

Chapter 11 - Rapat Kilat Kedua

4 hari sudah berlalu sejak Ardent tidak sadarkan diri. Situasi masih dalam kendali karena Rikka berhasil menutupi seluruh pekerjaan Ardent dengan mengaku sebagai wakilnya untuk sementara. Ketika ada yang memiliki urusan dengan Ardent, Rikka mengatakan kalau Ardent sedang sibuk pada saat itu. Karena Rikka sendiri yang menggantikan Ardent, maka orang mudah percaya dengan cerita yang dibuat-buat olehnya.

Pagi hari di ruang informasi, Shiro sedang duduk di sofa. Ia masih sibuk membaca berbagai buku dan perkamen yang ada disana.

Saat sedang fokus membaca, pintu ruangan tersebut terbuka. Terlihat Akane yang masuk sambil membawa peralatan untuk membuat kristal miliknya. Hari itu adalah hari libur, jadi Akane melanjutkan pekerjaannya sejak pagi hari.

"Bagaimana Shiro? Sudah menemukan sesuatu?" Akane meletakan bawaannya di meja, dan duduk di samping Shiro.

"Belum. Aku mendapat banyak informasi, tapi tak satu pun yang bisa menjawabnya."

Saat Akane menyusun alat-alat nya , Shiro memperhatikan bahwa kristal sihirnya sudah hampir jadi.

"Apakah sebentar lagi kristal itu selesai?"

Akane mengangguk. "Mungkin akan selesai beberapa jam lagi."

"Hmm, aku jadi penasaran bagaimana kabar yang lainnya. Dirumah selama beberapa hari membuatku tidak bisa bertemu mereka sama sekali."

Akane mengarahkan tangannya ke kristal sihir untuk mengisi kristal tersebut. "Kau tidak betah di rumah?"

"Justru aku lebih suka seperti ini."

"Karena tak perlu bekerja?"

"Karena ada kau disini."

Akane sudah bersiap dengan jawaban Shiro. Ia lebih bisa menahan dirinya sekarang.

"Kau tidak suka bersamaku Akane?"

"Tidak juga. Selama kau tetap bisa fokus pada tugasmu, maka tak masalah bagiku."

"Begitu ya."

"Selain itu ..."

Shiro menengok kearah Akane, menunggu lanjutan kata-katanya.

"... Melihatmu sangat serius membaca buku, terasa tidak biasa. Aku menyukai itu."

Shiro mendekatkan telinganya ke Akane. "Apa? Bisa kau ulang bagian terakhirnya? Aku tidak bisa mendengarnya."

Akane hanya diam dan fokus melihat kristalnya.

"Ayolah, aku tidak mendengarnya tadi."

"Jangan harap aku akan menyebutnya kembali."

"Kalau begitu, apa yang perlu aku lakukan untuk membuatmu menyebutkan kata seperti itu lagi?"

Akane melirik Shiro. "Katanya tidak mendengar?"

"Ah, eh ... Pokoknya, bagaimana cara untuk membuatmu mengatakannya kembali?"

"Kau tak perlu melakukan apapun."

"Karena kau tidak akan mengatakannya lagi?"

Akane tersenyum. "Karena aku menyukai segala hal tentangmu, tak peduli apapun yang kau lakukan."

Shiro terkejut dengan jawaban Akane yang diluar ekspektasinya. Ia membeku sesaat, memproses apa yang baru saja ia dengar. Kata-kata Akane seakan tertembak langsung ke hatinya.

Shiro menutup wajahnya dengan tangan kirinya. "Akane ... Tak kusangka kalau kau bisa menggoda seperti itu."

"Menggoda? Aku berkata jujur."

"Kumohon hentikan, karena aku menjadi ingin memelukmu sekarang juga."

Akane tersenyum kembali. Ia merasa kalau ia sudah membalas perbuatan Shiro beberapa hari lalu. "Silahkan saja, tapi kristal sihir ini bisa rusak jika aku mendapat terlalu banyak gangguan."

Shiro mengambil bukunya dari meja dan bergeser. "Kalau begitu, izinkan aku untuk melakukan ini saja."

Ia bersandar di bahu Akane. Ia memanjangkan kakinya yang terasa pegal di atas sofa.

"Apakah ini akan mengganggumu?"

Akane menggelengkan kepalanya. "Tidak."

Shiro kemudian melanjutkan bacaannya, dan Akane kembali fokus terhadap kristal sihir yang sedang ia kerjakan.

Beberapa jam telah berlalu, dan kristal sihir yang dibuat Akane telah selesai. Untuk menghabiskan waktu, Akane ikut membaca sebuah buku selagi Shiro rebahan di pahanya.

Saat mereka sedang mengobrol santai, terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Nona Akane, tuan Shiro, ada seseorang yang sedang menunggu kalian di ruang tamu." Suara tersebut berasal dari salah satu pelayan wanita yang bekerja di kediaman keluarga Akane.

Akane dan Shiro saling menatap. Mereka sama-sama tidak tahu siapa yang sekiranya datang. Shiro menandai bagian terakhir pada bukunya, dan pergi bersama Akane menuju ruang tamu. Tak lupa, Akane membawa kristal sihir yang sudah jadi bersamanya.

Di ruang tamu, Army terlihat sedang duduk di ruang tamu, mencicipi teh yang disediakan untuknya. "Halo Shiro, dan Akane."

Shiro dan Akane kemudian duduk di sofa seberang Army.

"Yo Army! Ada apa?" Shiro menjadi lebih bersemangat setelah mengetahui bahwa Army yang datang.

"Eeveyxz sudah pulang. Sebentar lagi kita akan berkumpul."

"Eh? Aku bahkan belum menemukan sesuatu yang bisa kukatan di pertemuan nanti." Shiro menjadi cemas karena pencariannya selama 4 hari masih belum membuahkan hasil sama sekali.

Army tertawa. "Aku sendiri juga belum melakukan apa-apa. Aku juga ragu kalau yang lainnya menemukan informasi yang membantu."

"Belum melakukan apa-apa? Bukannya kau menemui seseorang?"

Army mengangguk. "Memang, tapi setelahnya aku hanya bersantai di rumah dan berlatih bersama adikku."

Shiro menepuk dahinya. "Ternyata kau memanfaatkan situasi ini untuk liburan ..."

"Tidak juga." Army melihat Akane yang sedang menggenggam kristal sihir di tangannya. "Kristal sihirnya, apakah sudah jadi?"

"Ya, baru saja jadi beberapa saat lalu." Akane meletakan kristal tersebut di meja.

Army mengambil kristal tersebut, dan memperhatikannya dengan sangat teliti.

"Luar biasa! Terimakasih Akane!"

"Memangnya apa yang akan kau gunakan dengan itu?" Akane masih penasaran dengan apa yang akan Army lakukan dengan kristal itu.

"Aku tahu bahwa sihirmu bisa menyatu dengan kekuatan kegelapan setelah melihatmu menghentikan Shiro, jadi aku akan menggunakan ini untuk mengamplifikasikan kekuatan kegelapanku."

Shiro ikut penasaran dengan apa yang akan Army lakukan dengan itu. "Lalu kau akan gunakan untuk apa?"

"Akan kuberitahu nanti. Sekarang kita harus langsung berkumpul."

"Baiklah, aku mengambil peralatanku lebih dulu."

Setelah Shiro siap, mereka segera berjalan keluar. Saat di pintu depan, Akane menghampiri mereka berdua.

"Tunggu!"

Shiro menoleh ke belakang. "Oh, ada apa Akane?"

Akane memberikan sebuah kotak kepada Army dan Shiro. Shiro membukanya, dan kotak tersebut berisi sebuah kalung dengan liontin kristal sihir berwarna putih. Hal yang sama juga terdapat di kotak Army, tapi kristal tersebut berwarna hijau.

"Untukku?" Shiro mengeluarkan kalung tersebut, dan mencoba memakai di lehernya.

Akane mengangguk. "Ya, dan yang berwarna hijau itu adalah milik Cherry. Aku berniat memberikannya di akademi besok. Tapi, tidak ada salahnya jika aku menitipkannya padamu kan kak Army?"

Army menutup kembali kotak tersebut. "Terimakasih Akane, kalung ini sangat indah. Aku yakin Cherry akan menyukainya."

"Aku tidak tahu masalah seperti apa yang sedang terjadi, tapi berhati-hatilah kalian. Keluarga kami akan siap membantu jika kalian membutuhkan sesuatu."

Army mengacungkan jempolnya. "Tentu saja. Jika membutuhkan sesuatu, kami pasti akan menemuimu lagi."

Mereka berdua kemudian pergi menuju markas Fallen Orions, memenuhi panggilan dari Eevnyxz.

Disana, mereka kembali berkumpul di sebuah ruangan dengan meja bundar di kursi masing-masing. Saat Army dan Shiro datang, seluruh anggota termasuk Eevnyxz sudah ada disana.

Eevnyxz melihat masing-masing anggota telah duduk di kursinya. "Baiklah, rapat akan dimulai. Tolong laporkan apa saja yang berhasil kalian kumpulkan, mulai dari Tan."

Seluruh anggota terfokus kepada Tan. Ia pun mulai berbicara. "Maaf, tapi aku hanya mendapatkan informasi tentang sebuah jaringan rahasia yang meresahkan. Para pejabat sepertinya sedang disibukkan dengan itu."

Eevnyxz menghela nafas. "Hah ... Sepertinya mereka memang tidak bisa diandalkan."

Eevnyxz melihat kearah Ashborn. "Ash, bagaimana denganmu?"

"Aku juga tidak menemukan apa-apa. Beberapa kenalanku mengetahui sebuah sihir yang seperti itu, tapi aku sangat yakin bahwa itu bukanlah jawaban yang kita butuhkan."

"Kenapa?"

"Karena yang mereka ceritakan tidak ada yang sama dengan kondisi Ardent saat ini. Kebanyakan akan memiliki bekas jika dilihat menggunakan Overseer, dan sisanya hanyalah sihir receh yang bisa dengan mudah Ardent singkirkan sendiri."

Eevnyxz memikirkan jawaban Ashborn. "Kurasa masuk akal jika kau menganggap sihir biasa tidak akan berefek kepada Ardent. Seseorang harus menggunakan sihir yang jauh lebih kuat darinya untuk membuatnya tak sadarkan diri."

Sebelum ditanya oleh Eevnyxz, Reol mengangkat tangannya duluan. "Informasi yang kudapatkan dari kakek tua itu juga seperti Ashborn. Ia mengetahui beberapa sihir kuat yang bisa membuat orang tidak sadarkan diri, tapi ia tidak percaya bahwa sihir-sihir itu bisa berdampak buruk kepada Ardent."

Fuuko juga ikut menambahkan kata-kata Reol. "Ia yakin jika sihir itu memang mengenai Ardent, maka penyihir kelas rendah sekalipun dapat mengenali dan menyembuhkannya. Karena kau sendiri tidak mengetahuinya, maka ia tidak bisa memberikan informasi lebih jauh."

"Ah ... kalian berdua juga masih belum menemukannya ya."

Eevnyxz melihat kearah Locked dan Vivien. "Lalu kalian? Bagaimana informasi dari orang tersebut?"

Vivien mengeluarkan sebuah catatan dan meletakannya di meja. "Ia tidak memilikinya, tapi ia memberikan kami lokasi dari sebuah sekte yang kemunculannya meresahkan pemerintah belakangan ini."

"Sekte?"

Locked kemudian menjelaskan. "Sekte Bound. Mereka adalah perkumpulan sesat pemuja mahluk dimensi lain, atau yang mereka sebut sebagai Outer Realm. Mereka suka melakukan sebuah ritual dengan tumbal hewan atau manusia untuk berkomunikasi dengan 'dewa' mereka di dimensi lain."

Eevnyxz menjadi bingung. "Bukankah mereka sudah ada dan dimusnahkan sejak lama?"

Vivien mengangguk. "Ya, tapi mereka baru mengumpulkan pengikut lagi."

Locked melipat tangannya dan bersender. "Apapun itu, kami tetap tidak mendapatkan informasi yang cocok darinya, atau dari orang lain yang kami temui."

Eevnyxz kemudian melihat kearah Shacchi dan Saki. Ia sangat berharap kepada mereka berdua. "Bagaimana dengan perpustakaan kerajaan? Apakah kalian menemukan sesuatu disana?"

Saki menggelengkan kepalanya. "Kami tidak menemukan satupun catatan tentang itu sama sekali."

"Seperti kata Saki, kami menemukan banyak informasi, tapi tidak ada satupun yang mirip dengan kondisi Ardent sekarang."

Eevnyxz melihat Rikka. "Ah, Rikka. Tadi kau sudah bilang kalau tidak menemukan kan?"

Rikka mengangguk. "Ya. Aku tidak menemukan petunjuk apapun di seluruh kediaman Ardent. Tidak ada hal aneh, ataupun hal yang tidak kuketahui sebelumnya."

Eevnyxz semakin kehilangan harapannya. Ia melihat kearah Army dan Shiro yang datang belakangan. Ia ingin berharap besar pada mereka, tapi ia yakin bahwa mereka berdua juga tidak menemukan apa-apa.

"Army, Shiro. Bagaimana dengan kalian?"

Shiro bersender pada kursinya. "Nihil."

Army hanya menggelengkan kepalanya, menandakan kalau ia juga tidak menemukan apapun.

Eevnyxz kembali menghembuskan nafasnya. "Hah ... Sudah kuduga kita tidak bisa menemukan jawabannya."

Reol kemudian bertanya. "Bagaimana denganmu Eev? Apa kau menemukan informasi setelah 3 hari berkeliling?"

"Tidak. Tak satupun kenalanku yang mengetahuinya."

Suasana di dalam ruangan menjadi sangat muram. Semua orang yang sudah lelah mencari informasi selama 3 hari berturut-turut sudah tidak tahu kemana lagi mereka harus mencari informasi.

Disaat semuanya terlihat muram, Army berdiri dari kursinya. Ia mengambil kristal sihir dari kantung baju, dan meletakannya di meja.

"Karena kita tidak menemukan apa-apa, izinkan aku untuk melakukan sebuah hal."

Semuanya melihat kearah kristal sihir yang ada di depan Army.

"Apa yang akan kau lakukan dengan itu?" Eevnyxz mulai penasaran dengan sesuatu yang ingin Army coba.

"Singkatnya, aku akan mencoba menyelidiki tubuh Ardent menggunakan sebuah sihir."

"Sihir apa? Bahkan Overseerku saja tidak bisa menemukan sesuatu."

Army menggenggam kristal sihirnya. "Ini bukanlah sihir yang sama dengan Overseer."

"Apakah itu aman?" Reol bertanya karena ia khawatir dengan sihir yang ingin dicoba.

"Ya. Aku yakin 100% kalau ini aman. Tapi, aku tidak tahu apakah hasilnya nihil atau tidak. Oleh karena itu, aku butuh kesepakatan kalian untuk mencobanya."

Eevnyxz kemudian melihat anggota lainnya. "Bagaimana? Apakah kalian ingin mencobanya?"

Setelah beberapa berdiskusi dan menanyai Army mengenai sihir yang akan ia lakukan, mereka akhirnya mencapai sebuah keputusan.

Ashborn menjawab dengan santai. "Kurasa tidak ada salahnya mencoba."

Shacchi mengangguk. "Memang tidak ada jaminan, tapi kita semua tidak memiliki jaminan apapun juga untuk setiap hal yang kita lakukan."

Seluruh anggota setuju untuk mencoba cara yang ditawarkannya oleh Army. Mereka semua kemudian pergi ke kediaman Ardent, dan berkumpul di ruangan tempatnya dibaringkan.

Army mengeluarkan kristal sihirnya dan bersiap untuk menggunakannya. Mereka semua memperhatikan Army dengan seksama, penasaran dengan apa yang akan terjadi.

"Baiklah, sekarang giliran kita." Melalui ucapannya, Army memberi kode kepada Tofu untuk bersiap-siap.

Army secara perlahan meletakan kristal tersebut diatas dada Ardent. Mengetahui bahwa gilirannya telah tiba, Tofu segera mengalirkan kekuatannya kedalam kristal. Setelah beberapa saat, terlihat sihir yang mengalir keluar. Sihir itu berwarna ungu dan hitam, seperti warna dari kekuatan kegelapan pada umumnya.

"Apakah itu kekuatan kegelapan?" tanya Eevnyxz.

"Ya. Aku mengamplifikasikannya dengan kristal sihir tersebut."

Rikka yang penasaran kemudian bertanya. "Berapa lama kira-kira sampai ini selesai?"

Army kembali memperhatikan pergerakan sihir pada kristalnya. "Kelihatannya akan cukup lama. Menembus tubuh Ardent tidaklah mudah."

Anggota lainnya memahami kenapa proses tersebut akan memakan banyak waktu. Bahkan saat Ardent tidak sadarkan diri, tubuhnya memiliki sistem kekebalan yang membuatnya terjaga dari hal asing yang akan masuk ke tubuhnya.

Reol membuka pintu keluar. "Kalau begitu, bagaimana jika kita menunggu di ruangan lain? Tempat ini terlalu sempit untuk kita."

Semuanya setuju dengan ajakan Reol, dan pindah menuju ruang tamu. Selama beberapa jam, mereka menghabiskan waktu untuk membicarakan rencana cadangan jika kristal sihir tersebut gagal dan kehabisan energi sihir lebih dahulu.

Sore hari telah tiba, dan Army kembali memeriksa keadaan kristal sihirnya. Saat ia kembali ke ruang tamu, semuanya menanyakan bagaimana keadaan disana.

"Sihir pada kristal tersebut masih banyak. Aku yakin sebentar lagi akan selesai."

Seluruh anggota menjadi sedikit lega dengan kabar tersebut. Harapan mereka menjadi lebih tinggi. Saat mereka sedang berbicara satu sama lain, kristal tersebut sudah berhasil menembus masuk ke dalam tubuh Ardent.

Tofu yang merasakan bahwa kekuatannya sudah masuk ke tubuh Ardent segera memberitahu Army.

"Berhasil!" Tofu muncul dan melayang di hadapan Army secara tiba-tiba.

Belum sempat Army mengabarkannya pada yang lain, tiba-tiba muncul sebuah barrier dari dalam tubuh Ardent. Barrier tersebut membesar dengan sangat cepat, dan berhenti membesar setelah menutupi seluruh kediaman Ardent.

"Apa yang terjadi?" Eevnyxz meraih tongkatnya dan bersiap merapalkan sebuah mantra.

Mereka meraih senjatanya masing-masing setelah mengetahui bahwa sebuah barrier telah memerangkap mereka.

"Darimana barrier ini ber ..."

Belum sempat Tan menyelesaikan pertanyaannya, barrier tersebut langsung menghilang. Tak hanya sekedar menghilang, barrier itu menghilang bersama dengan seluruh anggota Fallen Orions yang berada disana, termasuk dengan Ardent yang tak sadarkan diri. Mereka semua menghilang tanpa jejak, dan tanpa ada yang mengetahuinya.

Disaat bersamaan, Akane sedang menyiapkan buku pelajaran di kamarnya. Akane menyadari bahwa sihir pada kalung yang ia berikan pada Army dan Shiro menghilang secara mendadak. Karena kaget, ia menjatuhkan buku yang sedang ia bawa. Sesaat, ia kehilangan kekuatannya untuk berdiri, dan terduduk di lantai kamarnya.

"Shiro!"

Akane berusaha untuk berdiri kembali. Setelah mengumpulkan kembali kekuatannya, Ia membuka pintu, dan berlari keluar dari kamarnya.

"Kumohon Shiro, kembalilah dengan selamat!"