1 Rencana Tunangan

Revan hanya pasrah dan diam saja, ketika orang tuanya mengatakan akan menjodohkannya dengan salah satu anak dari sahabat mereka. Tapi dibalik sikap diamnya ada yang mengganjal dari rencana perjodohan tersebut, yaitu calon mempelai wanita yang masih duduk di bangku SMA.

Entah apa yang dipikirkan orang tuanya, sehingga mau menikahkannya dengan anak yang masih kecil dan umur cewek itu masih 18 tahun. Bagaimana mungkin zaman sekarang usia 18 tahun menikah, usia di mana masih ingin bebas dan bermain ke sana ke mari, tapi kenyataannya harus menikah karena perjodohan.

Apalagi anak-anak remaja zaman sekarang suka pecicilan, suka ngelayap ke sana ke mari, pulang sampai larut malam dan yang paling membuatnya risih adalah ketika melihat anak-anak zaman sekarang suka sekali main Tik tok. Joget-joget di pinggir jalan tidak tahu malu dan tidak tahu sikon, yang katanya dengan joget-joget bisa mendapatkan followers banyak dan uang yang banyak pula.

"Besok kita ada rencana kunjungan ke rumahnya calon tunangan kamu, jadi kalau bisa kamu pulang dari kantor lebih awal," tegur sang mama.

"Haruskah aku ikut?" tanya Revan.

"Si ogeb mulai lagi, yang mau nikah itu siapa? Bisa-bisanya kamu masih bertanya haruskah kamu ikut?" sahut si kembarannya Revan yaitu Reino.

"Iya, kamu memang harus ikut, sayang. Lagian tidak akan lama kok, karena mama tahu kamu pasti bosan kalau terlalu lama di rumah orang asing. Nanti kita hanya berkunjung sebentar saja, sekalian melihat calon tunangan kamu. Padahal sebenarnya mama ingin kamu segera menikah dengannya, tapi ternyata kamu menolaknya dan meminta untuk bertunangan terlebih dahulu. Jadi ya mama menurut saja, asalkan kamu menyetujui perjodohan ini," ujar sang mama.

"Mama, aku tidak dicarikan jodoh juga?" tanya Reino membuat sang mama memutar bola matanya dengan malas.

"Pacar-pacar kamu itu terus mau taruh di mana? Jangan kamu kira mama tidak tahu siapa saja pacar kamu, sering sekali mama mendapati ada nomor telepon dari cewek yang masuk ke handphone kamu, mereka semua mengaku jadi pacar kamu. Jadi kalau kamu mau menikah, pilih saja salah satu dari mereka. Mama, tidak akan mencarikan untuk kamu karena yang ada nanti kamu hanya akan mempermainkannya, sama seperti kamu mempermainkan pacar pacar kamu itu," tegur sang mama membuat Reino menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya kan siapa suruh mereka mau jadi pacarku, aku cuma ngajakin pacaran eh mereka mau. Ya udah sekalian aja aku borong semuanya hehe." Reino mengatakannya tanpa rasa bersalah sama sekali, padahal sudah mengencani banyak wanita dalam waktu yang bersamaan.

"Sudah-sudah kalian habiskan sarapannya dulu, selepas sini langsung berangkat ke kantor," tegur sang mama menghadapi dua anak kembarnya.

Sedangkan papa dari anak kembar masih berada di luar negeri untuk mengurusi bisnisnya, rencananya baru akan pulang sekitar 1 minggu lagi. Untuk urusan pertunangannya Revan, Kevin sudah menyerahkan semuanya pada istri tercinta. Jika pertunangan tersebut dilangsungkan bulan depan juga tidak akan jadi masalah, karena di bulan tersebut dirinya sudah kembali dari luar negeri dan stay di rumah.

"Apa kamu yakin mau tunangan sama itu bocil?" tanya Reino ketika mereka hanya berdua saja di meja makan.

"Memangnya kenapa?" tanya balik Revan.

"Ya secara kamu aja belum pernah pacaran sama sekali, yang bakal jadi tunangan kamu itu kan masih remaja. Memangnya kamu sanggup mengimbanginya? Mana aku dengar ceweknya pecicilan banget, beda banget pokoknya sama karakter kamu," terang Reino.

"Bukankah itu bagus, kita bisa saling melengkapi," ujar Revan.

"Serius? Bukannya kamu enggak suka sama orang yang pecicilan, ya?" heran Reino.

"Maksudnya, seperti kamu?" sindir Revan membuat Reino terkekeh.

"Kamu kalau ngomong suka bener, yaudah kalau gitu aku berangkat duluan nanti kamu nyusul saja. Seperti biasa aku mau ketemu cewekku dulu, bye cupu." Reino selalu mengacak-ngacak rambut sang adik ketika hendak berangkat ke kantor, katanya itu sebagai bukti kasih sayang darinya.

"Sialan," umpat Revan karena harus membenarkan tatanan rambutnya kembali.

Mereka berdua memang terbiasa berangkat dengan mobil yang terpisah, padahal tujuannya sama saja. Orang tua mereka juga tidak begitu mengerti, kenapa anak kembarnya sangat berbeda tidak seperti anak kembar pada umumnya yang begitu lengket. Setiap kali ditanya juga mereka selalu menjawab, dengan perkataan yang sama yaitu tidak terjadi masalah apapun di antara mereka.

Suasana mendung menyelimuti pagi yang seharusnya cerah untuk beraktivitas, rasanya begitu rindu bermain hujan-hujanan seperti dahulu di masa sekolah. Revan tidak diperbolehkan untuk mengendarai mobil seorang diri, dikarenakan terakhir kali dirinya mengendarai mobil berakhir dengan tabrakan, dikarenakan kalau mengendarai terkadang suka tidak fokus dan pikirannya suka melayang ke mana-mana.

Sedangkan si sulung bebas mengendarai mobil apa saja dan ke mana saja, bahkan kalau mau menginap di rumah teman-temannya juga diperbolehkan. Sedangkan Revan sama sekali tidak tertarik, melakukan hal seperti yang kakaknya lakukan. Karena memang cara bergaul mereka yang berbeda, kakaknya bisa lebih ekspresif di setiap harinya hingga membuat siapapun betah berada di dekatnya.

Revan hanya banyak menghabiskan waktu dengan bekerja dan buku, tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya karena kurangnya teman di sekitarnya. Dirinya yang mempunyai sifat tertutup, membuatnya susah bergaul di sekolah maupun di lingkungan pekerjaan.

Di tengah lamunannya tiba-tiba mobilnya berhenti mendadak, membuat Revan terkejut namun tidak memarahi sopirnya. Karena baginya sang supir sudah seperti pamannya sendiri, laki-laki paruh baya tersebut sudah bekerja di keluarganya sedari ia duduk di bangku sekolah.

"Ada apa, Paman?" tanya Revan.

"Itu ada anak-anak sekolah yang menyeberang begitu saja, tanpa melihat ke kanan dan ke kiri. Apa mereka tidak tahu kalau ini bukan tempat penyeberangan, untung saja tadi saya berhasil mengerem dan tidak sampai menabrak mereka," ujar Sofyan sang supir.

"Paman, tunggu di sini saja biar aku yang keluar." Revan keluar dari mobil kemudian menghampiri anak-anak sekolah tersebut.

BRUUGGHH!!!

"Hehh! Kamu ini gimana sih nyetirnya? Bisa pelan-pelan enggak? Kamu enggak lihat apa kita lagi nyebrang jalan, kita itu buru-buru mau masuk kelas karena udah telat. Sekarang kita tambah telat, gara-gara kamu hampir saja menabrak kami," omel salah satu wanita dengan rambutnya yang tergerai lurus.

"Wahh ganteng banget," puji salah satu anak sekolahan tersebut.

"Mas, kenapa malah diam aja? Enggak ada rasa mau tanggung jawab gitu? Saya dan teman-teman saya tadi jatuh loh, gara-gara mobil mas hampir menabrak kami," omel salah satu anak SMA yang merasa menjadi korban.

Sedangkan Revan yang dituduh macam-macam, hanya diam saja melihat kelakuan anak SMA yang tidak tahu sopan santun. Padahal mereka yang menyebrang mendadak dan tidak pada jalur penyeberangan, tapi malah menyalakan mobilnya.

"Ihh cakep-cakep budek, dah ah yuk kita masuk kelas. Kita udah terlambat banget ini," ajaknya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE

DAN JUGA COMENTNYA YAAAA

TERIMAKASIH

avataravatar
Next chapter