1 bab 1

" Vanilla sudah Papa putuskan, dua Minggu lagi kamu akan menikah sama anak dari rekan bisnis Papa. Jadi persiapkan diri kamu sebaik mungkin, jangan sampai kamu kelelahan apalagi sakit " Ujar Dimas

" Tapi Pa, Vanilla masih mau kuliah dan mewujudkan cita-cita Vanilla " kata Vanilla pelan

" Kamu masih bisa kuliah dan meraih cita-cita kamu meskipun sudah menikah. Jadi jangan menolak lagi " Dimas

" Kenapa sih, Papa mau Vanilla cepet nikah? Bahkan dengan laki-laki yang gak Vanilla tau? Gimana kalo dia gak bisa biat Vanilla bahagia? " Suara Vanilla terdengar bergetar menahan tangis

" Dia itu tampan, mapan. Dia juga anak tunggal dari keluarga kaya raya, kalo kamu menikah sama dia. Pasti perusahaan Papa akan semakin berjaya " jelas Dimas dengan semangat

" Papa lebih mementingkan perusahaan dibandingkan perusahaan? " Tanya Vanilla tak percaya pada ayahnya

" Perusahaan ini Papa bangun dari nol, wajar kan kalo Papa harus berusaha terus untuk mendapatkan kejayaan? Jadi kamu harus bantu Papa untuk mendapatkan kejayaan itu, dengan menikah sama Devano "

" Papa egois "

" Papa gak peduli. Yang penting kamu harus nurut karena selama ini Papa yang sudah menghidupi kamu. Jadi kamu harus membalas budi " ujar Dimas tegas

Vanilla Aurora, gadis 21 tahun itu terus menunduk dengan kekecewaan yang harus ia terima karena keputusan kedua orang tuanya yang sangat mendadak. Vanilla harus menikah dua Minggu lagi karena perjodohan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya. Perjodohan yang di lakukan karena semata-mata untuk kepentingan perusahaan. 

" Vanilla capek harus nurut terus sama Papa, Ma " gumam gadis itu

   Sudah lima tahun sejak sang ibu pergi, Vanilla selalu menuruti semua perkataan sang Ayah. Ia melakukan semua itu karena pesan terakhir sang ibu sebelum meninggal. Vanilla yang selalu dikenal sebagai gadis ceria dan suka bersenang-senang dengan temannya saat akhir pekan. Kini berubah menjadi gadis Pendiam dan tidak pernah lagi pergi keluar rumah bersama teman-teman karena larangan sang ayah.

Vanilla terus di kekang untuk menjadi gadis pendiam, anak rumahan yang selalu menuruti perkataan ayahnya. Bahkan jurusan untuk kuliah ayahnya yang menentukan. Padahal Vanilla ingin menjadi seorang pengusaha dalam bidang skincare dan perancang busana, sesuai keinginannya di masa kecil.

Hari demi hari, Vanilla terus berpikir untuk tidak menuruti apa yang ayahnya katakan. Akan tetapi selalu gagal, karena teringat wajah sang ibu.

Karena pikirannya terlalu kacau, Vanilla memilih untuk pergi ke taman belakang rumahnya. Disana ada rumah pohon yang sudah ada sejak delapan tahun lalu, sebelum ibu Vanilla meninggal. Rumah pohon itu adalah tempat satu-satunya Vanilla untuk menenangkan pikiran.

Suasananya sangat sunyi dan menenangkan, aroma wangi parfum rasa vanila tercium membuat Vanilla kembali tentang. Vanilla sangat menyukai aroma dan rasa Vanilla sejak kecil, sama seperti ibunya. Bahkan nama Vanilla di ambil dari nama sebuah parfum aroma vanila yang menjadi favorit ibunya.

Dua Minggu berlalu, hari ini adalah hari pernikahan Vanilla bersama seorang lelaki tampan bernama Devano Siregar. Laki-laki tampan berusia 24 tahun yang dikenal suka sekali bergonta-ganti pasangan. Vanilla tau bagaimana Devano diluar sana, karena banyak teman-temannya di kampus yang membicarakan sosok pengusaha muda yang begitu tampan itu. Tak sedikit dari gadis-gadis di luar sana yang rela mengantri untuk menjadi kekasih seorang Devano. Bahkan mereka rela menyerahkan tubuhnya untuk sosok Devano yang memang sangat tanpan. Pahatan pada wajahnya sangat sempurna yang menyerupai dewa Yunani, dengan rahang kokoh, tubuh tinggi dan kulit putih. Ditambah dia bukan hanya seorang pengusaha sukses, tapi juga satu-satunya pewaris tunggal dari Siregar Company. Yang menjadi salah satu perusahaan paling berpengaruh di seluruh Indonesia.

Acara pernikahan Vanilla dan Devano digelar besar-besaran, mereka juga mendatangkan banyak penyanyi terkenal di dalam dan luar negeri. Acara yang begitu besar ini menghabiskan sekitar 144 milyar rupiah. Mulai dari gaun pengantin, dekorasi, sampai baju untuk para undangan yang di siapkan sendiri.

" Pernikahan tidak berguna ini hanya menghabiskan uang, mereka terlalu berlebih-lebihan untuk pernikahan kita yang tidak akan menghasilkan apa-apa " bisik Devano

Vanilla hanya diam, ia tidak ingin membalas perkataan Devano yang tidak penting.

" Pernikahan ini keinginan Mama, jadi jangan banyak berharap " ujar Devano dingin

" Pernikahan ini juga keinginan Papa, kalo Papa enggak memaksa aku pasti masih seorang lajang. Tuan Devano Siregar " balas Vanilla, ia mulai kesal dengan Devano yang terus bicara

" Cih, gadis murahan mana yang tidak berharap pada seorang Devano Siregar. Laki-laki tampan dengan segudang kekayaan, jangan munafik Vanilla. Wajah mu enggak ada bedanya dari jalang-jalang yang ada di bar " kata Devano, dengan begitu santai

" Jika bukan karena Papa, aku enggak akan sudi hanya dengan melihat wajah mu aja. Jadi jangan terlalu percaya diri tuan " ujar Vanilla tak kalah santai

Devano menggeram pelan mendengar perkataan Vanilla yang kelewat berbagai. Selama ini tidak ada yang berani berbicara seperti itu pada seorang Devano, tapi lihat. Seorang gadis kecil bernama Vanilla terlihat begitu angkuh.

" Mulut dan tubuh mu pasti akan berkata berbeda setelah mendapat sentuhan dari ku " ujar dia Devano guna menakuti Vanilla

" Oh ya? " Vanilla mengalihkan tatapannya pada Devano, ia bertanya dengan wajah senang seolah menantang Devano

" Kamu menantang ku sayang? Kita coba nanti malam. Ck, aku jadi enggak sabar melihat kulit putih mu dibalik gaun ini " Devano memeluk pinggang Vanilla, menarik tubuh istrinya untuk lebih dekat dan mendekatkan wajahnya pada wajah Vanilla

" Ehem, sabar dong sayang. Tunggu acaranya selesai dulu " tegur Sina, ibu dari Devano

Vanilla yang mendengar suara ibu mertuanya langsung menjauhkan wajahnya dari Devano. Tapi lelaki itu nalah semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Vanilla.

" Ck, Mama ganggu aja. Vano cuma mau cobain bibir indah istri Vano dikit, gak ngapa-ngapain lagi setelah itu " ujar Devano sedikit kesal dan merengek

" Sayang, masih banyak tamu. Kamu dasar kamu ini " dengus Sani

Devano membuang nafas kasar, sambil menatap sang itu yang kini tersenyum. Sosok Devano sangat berbeda di depan ibunya, ia sedikit manja dan suka merengek. Tapi itu hanya di tunjukkan pada sang ibu, wanita yang selalu menganggap Devano anak kecil yang manja. Meskipun Sani tau bagaimana putranya diluar sana.

" Pesona Vanilla kuat banget, sampe buat anak Mama langsung pengen nyosor " goda Sani sambil mencolek pipi menantunya

Vanilla hanya tersenyum canggung pada Sani, wanita itu sungguh baik dan ramah. Sebelum acara dimulai tadi wanita paruh baya itu terus mengajak Vanilla berbicara banyak hal. Menceritakan bagaimana dulu sosok Devano kecil yang sangat lucu dan pintar. Sani juga terus bertanya tentang masa kecil Vanilla, agar lebih dekat dengan gadis itu.

avataravatar
Next chapter