webnovel

Chapter -015-

"Hahahahaaha! Sugoi ne~ Yuki-kun yang tidak pernah menjadi anggota struktur organisasi sekarang terpilih menjadi ketua kelas!" Ucap Aida sambil tergelak geli setelah mendengar cerita Yuki yang mengatakan jika laki-laki itu terpilih menjadi seorang ketua kelas.

Sedangkan itu Hanami hanya mengulaskan senyum kecil diwajahnya. "Tidak apa-apa, sesekali kau harus berpartisipasi menjadi ketua suatu organisasi disekolah Yuki-kun."

Yuki yang sedari tadi diam mendengarkan perkataan Aida dan Hanami hanya merespon dengan dehaman pelan saja.

"Lalu, lalu, bagaimana dengan sifat para anggota yang lain? Seperti wakil ketua, sekretaris dan bendahara?" Tanya Aida yang merasa sangat penasaran dengan kisah organisasi di kelas Yuki.

Helaan nafas panjang Yuki hembuskan saat dirinya kembali mengingat betapa lambatnya rapat yang mereka lakukan tadi saat jam pulang sekolah. Sebagian anggota lain ada yang hanya bercanda dan malas-malasan memberikan pendapat.

"Yah begitu lah. Sama seperti anggota struktur kelas pada umumnya." Jawab Yuki singkat membuat Aida yang merasa tidak puas dengan jawaban yang di berikan oleh Yuki mendengus sebal.

"Kau tidak asik Yuki-kun. Lain hari aku akan datang berkunjung ke kelas mu! Aku ingin melihat bagaimana sifat semua teman-teman dikelas mu!" Ucap Aida sambil terkekeh geli.

Saat ini Yuki, Hanami dan Aida baru saja kembali dari supermarket untuk berbelanja keperluan rumah. Aida yang biasanya berbelanja bersama Kentaro kini dirinya memilih untuk berbelanja bersama dengan Hanami dan Yuki, karena Kentaro memiliki urusan lain bersama dengan anggota OSIS.

Jika kalian bertanya mengapa Hanami tidak ikut serta dalam urusan OSIS tersebut? Karena Kentaro yang memang memintanya untuk pergi menemani Aida berbelanja keperluan rumah, selagi dirinya mengurus urusan OSIS.

"Yu-kun, neechan hanya ingin mengingatkan. Jika besok kami club memasak sudah mulai melakukan aktiviats kami seperti biasa. Jadi usahakan dirimu datang sebelum jam empat sore." Ucap Hanami memecah keheningan diantara mereka bertiga.

Yuki pun menganggukan kepalanya pelan. "Baiklah neechan. Aku akan usahakan untuk datang sebelum jam empat."

Hanami pun balas menganggukan kepalanya. Sedangkan itu Aida memilih untuk berseru.

"Waah! Senang sekali yang berada di club aktivitas yang sama~ Aku juga ingin kembali mengikuti club aktivitas bersama-sama lagi."

Yuki dan Hanami yang mendengar perkataan Aida pun mengulaskan senyum kecil diwajahnya.

"Kalau begitu, kenapa kau tidak ikut bergabung dengan club memasak saja? Dari pada kau ikut dengan club musik seorang diri." Ujar Hanami menggoda Aida.

Aida yang di goda oleh Hanami pun mendengus pelan. "Sayangnya aku sama sekali tidak memiliki keahlian untuk memasak. Jadi akan sia-sia saja jika aku bergabung dengan kalian."

Hanami terkekeh pelan. "Justru bukankah itu bagus? Di club memasak kau akan belajar bagaimana caranya memasak agar kau yang tadinya tidak bisa memasak, jadi bisa memasak."

Yuki mengulurkan sebelah tangannya lalu mengibas-ngibas tangannya pelan.

"Sudahlah neechan. Jika dirinya tidak mau, jangan kau paksakan." Sahut Yuki yang membuat Aida mendengus sebal.

"Seharusnya kau berusaha untuk membujuk ku Yu-kun!"

Yuki menaikan sebelah alisnya heran. "Untuk apa aku harus membujukmu? Seharusnya kau memilih club aktivitas sekolah tanpa paksaan Ai-chan. Karena kau akan berada di dalam club itu sampai kau lulus sekolah nanti."

Dengusan kembali Aida hembuskan. "Yah, kau benar. Tetapi aku masih merasa bingung apakah pilihan ku untuk ikut kedalam club musik adalah pilihan yang tepat atau tidak."

Hanami yang sedari tadi memperhatikan interaksi anatara Yuki dan Aida pun kini memilih untuk ikut bergabung.

"Yasudah, kenapa kau tidak memilih bergabung dengan club basket saja? Kembali menjadi seorang manajer seperti kemarin."

Aida dan Yuki yang mendengar perkataan Hanami langsung terdiam. Yuki memilih untuk tidak ikut membuka suara, karena Hanami saat ini sedang berbicara kepada Aida.

"Bergabung dengan club basket lagi? Kurasa tidak neechan. Menjadi manajer club basket itu benar-benar sangat berat." Sahut Aida sambil memasang wajah seperti orang tertekan.

Yuki yang mendengar jawaban Aida terkekeh pelan. "Jika menjadi manajer sangat berat, mengapa kau bisa bertahan selama tiga tahun menjadi manajer kami?"

"Ya itu karena aku merasa kasihan saja kepada kalian. Karena tidak ada murid yang mengajukan diri untuk menjadi manajer kalian!" Balas Aida dengan nada sarkas.

"Ah, begitu rupanya. Tenyata kau menjadi manajer kami selama tiga tahun hanya berlandaskan rasa kasihan saja? Kasihan sekali kami di campakan oleh manajer tim." Sahut Yuki sambil memasang ekspresi wajah pura-pura tersakiti.

Kekehan pun keluar dari bibir Hanami melihat perdebatan yang terjadi antara Aida dan Yuki. Dirinya sama sekali tidak menyangka jika akan kembali merasakan suasana seperti ini lagi, suasana yang dulu pernah dirinya rasakan saat sebelum Yuki memilih untuk masuk kesekolah menengah pertama khusus atlet bersama dengan Taichi dan Aida.

Karena saat mereka bertiga sudah masuk menjadi murid di sekolah menengah pertama khusus atlet, mereka diharuskan untuk tinggal di asramah selama tiga tahu dan di perbolehkan pulang hanya saat hari perayaan besar saja.

Dan juga saat Yuki masih berada di bangku tahun kedua, adiknya itu mendapatkan undangan khusus untuk masuk kedalam pelatihan tim nasional setelah lulus sekolah menengah pertama. Dimana setelah lulus sekolah menengah pertama, adiknya itu akan kembali tinggal di sebuah asramah yang sudah disiapkan.

Namun saat Yuki berada di tahun ketiga setelah mengikuti perlombaan basket dan kembali menjadi juara, dirinya dan anggota keluarga lain mendapatkan kabar kurang mengenakan mengenai kesehatan Yuki. Dimana saat itu dokter memberikan pilihan yang begitu berat kepada sang adik, pilihan yang mengharus kan sang adik untuk memendam impiannya menjadi atlet basket internasional.

Hanami yang mendengar berita itu tidak dapat menahan rasa sedihnya, karena dirinya benar-benar sangat mengetahui sebesar apa cita-cita Yuki yang ingin menjadi pemain basket internasional. Namun dalam hitungan cepat semua itu harus di pendam dalam-dalam oleh Yuki. Karena sang adik tidak dapat memiliki harapan untuk menggapai cita-citanya tersebut jika masih ingin menikmati kehidupan yang normal dalam waktu lama.

"Neechan?"

"Oneechan!"

Hanami yang mendengar seruan Aida sedikit tersentak kaget. Dirinya pun langsung mengedipkan kedua matanya beberapa kali untuk mengembalikan fokusnya.

"Neechan, apa ada yang sedang mengganggu pikiran mu?" Tanya Yuki sedikit khawatir karena menyadari Hanami yang tadi tengah terdiam dengan tatapan kosong.

Dengan cepat Hanami langsung menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Yuki. Karena dirinya tidak ingin membuat sang adik dan juga Aida merasa khawatir.

"Tidak, tadi neechan hanya sedang mengingat apa masih ada barang yang neechan lupa beli tadi."

Helaan nafas lega Aida dan Yuki hembuskan setela mendengar perkataan Hanami.

"Syukurlah, kami kira ada masalah apa oneechan!" Desah Aida merasa lega.

"Gomen, gomen, neechan tidak bermaksud membuat kalian terkejut." Ujar Hanami dengan mengulaskan senyum diwajahnya.

"Tidak, kami tidak terkejut. Hanya saja kami sedikit takut jika tiba-tiba saja neechan kerasukan makhluk halus." Sahut Yuki yang mengundang gelak tawa Aida, namun tidak dengan Hanami yang berdecak sebal.

"Kau, benar-benar tidak sopan pada neechan, Yu-kun!"