1 Chapter 1

"Serius Bapak kasih saya nilai E?"

Valleria Dinata yang biasa disebut Vally sampai lupa membawa sopan santunnya terhadap seorang dosen. Dia bertolak pinggang dan memberikan tatapan tidak terima kepada manusia terakhir di muka bumi yang sangat ingin dia temui.

"Jangan bercanda dong, Pak. Ini Bapak gak salah kasih saya nilai E?" Vally bertanya frustrasi. Dia bisa tidak lulus kalau benar nilainya E, dan Vally sangat menghindari hal itu apalagi di mata kuliah dosen ini.

"Saya serius, Vally. saya tidak seperti mantan istri saya dulu yang suka bercandain perasaan saya."

Vally terperangah, dia hendak mengatakan sesuatu tapi pita suaranya seolah hilang fungsi.

"Kamu bisa keluar sekarang!"

Vally sontak menggeleng. Dia benar-benar tidak terima. "Bapak harus profesional, dong! Masalah pribadi gak perlu diseret ke sini."

Williem menaikkan sebelah alis matanya, tatapannya tetap datar. "Kamu sendiri nggak ngaca? Yang dulu nyeret masalah karier, study, usia ke dalam pernikahan, itu siapa? Mantan istri saya lebih tidak profesional asal kamu tahu."

Dua tangan Vally terkepal, dia seakan sedang disidang atas keputusannya dulu. Vally tahu dia bersalah, tapi bukan berarti Williem harus menegaskan kesalahannya itu di masa sekarang mereka kembali bertemu dengan status berbeda.

"Pak, bisa gak ... gak usah bahas masa lalu?"

"Cih, kamu pikir saya mau bahas masa depan bareng kamu? Kenyataannya kita ini hidup di masa lalu."

Aduh, bisa pecah kepala Vally kalau terus seperti ini. Dia geram sekali. Harusnya dia tidak mengambil jurusan hukum, harusnya dia tidak berkuliah di kampus ini, harusnya mungkin Vally tidak perlu menjelajah ke Ibu Kota. Agar di masa sekarang dia tidak bertemu dengan mantan suami yang dulu pernah digugat cerai.

Vally mengembuskan napas berat. Dia berusaha untuk tidak menggubris sindiran keras dari dosennya.

"Saya gak terima nilai saya E. Saya merasa benar dan hanya sekali bolos mata kuliah, saya mengikuti prosedur belajar yang Bapak terapkan dengan baik. Jadi tolong pertimbangannya, Pak."

Williem Fernandez, pria berkacamata dengan tampang datarnya yang berprofesi sebagai dosen mata kuliah Advokasi, dia berdecak hingga Vally sukses dibuat cemberut.

"Kamu memang selalu merasa paling benar, waktu saya gak terima dimintai cerai, apa kamu dulu mempertimbangkan itu? Tidak, kan? Jadi, kita satu sama. Dan silakan keluar!"

"PAK!"

"Saya nggak tuli," ucap datar Williem menanggapi tiap untai kata yang Vally beri.

"Bapak mempermainkan saya, ya? Saya bisa lapor ke ketua jurusan!" murka Vally gemas sekali dengan dosen tampan yang dulu merupakan suaminya.

"Kenapa? Merasa dipermainkan? Anggap aja karma karena dulu kamu ninggalin saya pas lagi sayang-sayangnya."

Astagfirullah. Vally ingin membobol brankas rahasia milik agen FBI saja kalau begini. Mimik Williem tetap datar, meskipun perkataannya terdengar menyebalkan di telinga Vally. Andai menyentil ginjal orang itu bukan jenis kejahatan tindak pidana, Vally akan melakukannya sekarang.

Seorang Williem Fernandez yang akan membalas dendam kepada mantan istrinya yang dulu pernah bilang: kita cerai aja.

Adalah Valleria Dinata yang menyesal pernah nikah muda.

Sayangnya, Tuhan tidak setuju dengan tanggapan mereka—manusia-manusia yang perlu diseleding egonya agar tidak menambah kuantitas janda dan duda di alam semesta.

Karena dengan begitu, bukankah cerita ini jadi menarik?

🍭

Note:

Cerita ini saya terbitkan juga di aplikasi sebelah atas nama Kim_NE.

Bedanya, di sana itu fanfiction.

avataravatar
Next chapter