1 Prolog

Sebulan lalu aku mendapati sebuah pertanyaan dalam lembar ulanganku.

"Berikan pendapat mu tentang Ilmu Sosial!"

"Jawaban : Jauhi itu."

Itulah Jawabanku.

Satu kebohongan yang menyilaukan. 'Mereka' berkubang dengan keramaian dan melihat Koin hanya dari satu sisinya saja. Memaksakan satu buah batu untuk menjatuhkan dua burung. Mereka menertawakan dan berdebat untuk hal yang tidak lucu dan berargumen untuk hal yang tidak penting. Tapi mereka menepis semua itu dengan alasan mengakrabkan diri dengan khalayak. Mendatangi sebuah Festival dan beradaptasi dengan sekitarnya—agar mereka dapat lebih mengenal dan untuk memahami situasi dan kondisi—tanpa peduli apa yang mereka bicarakan dan apa yang akan terjadi nanti. Satu hal tambahan yang penting, mereka menolerir bahwa semua itu hanyalah siklus kehidupan yang tak bisa untuk dihindari.Mereka seolah-olah bersikap memperbaiki takdir sendiri dan mempermasalahkan yang lainnya. Tak jauh beda dengan 'Lakukan apapun yang kau suka. Sebelum masamu habis'. Tapi di sisi lain mereka malah bersikap seperti 'Jangan membicarakanku. Atau ku bunuh kau'. Kalau begitu, tak masalah bagiku ditakdirkan menjadi seorang penyendiri. Aku tak perlu melakukan sesuatu yang merepotkan seperti hal-hal yang mereka lakukan.

Saat ini aku memiliki keahlian dalam bidang ini. Hmph

Menanam Padi Memanen Paku. Saling memperteguh, memperbaiki dan bersalaman.Itu juga berarti ; mendoktrin, memperalat lalu selamat tinggal. Itu hal yang lumrah terjadi di kalangan masyarakat. Aku menganggapnya permainan bajak laut kecil.

Dengan kata lain,

Ilmu Sosial adalah sesuatu yang tidak menyehatkan. Sesuatu yang jahat.

avataravatar
Next chapter