webnovel

Gelisah

Kring, kring, kring.

Suara gawai terus berdering, beradu dengan riuhnya suasana di dalam rumah mewah itu. Terlihat beberapa wanita yang begitu bersemangat dan bersuka cita. Mereka tampak begitu sibuk mempersiapkan sebuah acara.

Begitu pula dengan seorang gadis cantik berlesung pipi, yang sedang asyik merangkai bunga-bunga. Dia terlalu fokus dengan aktifitasnya itu, sampai-sampai tak menyadari bahwa ponselnya terus berdering sedari tadi. Entah siapa yang dari tadi berusaha untuk menghubunginya.

"Viana! Ponsel kamu berdering terus dari tadi. Kamu angkat dulu sana!"

Suara seorang wanita terdengar setengah berteriak.

"Eh, iya, Ma. Tadi aku nggak dengar," sahut gadis cantik yang bernama Viana itu.

Viana lalu beranjak dari tempat duduknya, dan segera meraih ponselnya yang berada di atas meja.

Senyum manis tersungging di bibir indahnya, tatkala melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.

Gadis itu buru-buru menggeser tombol hijau dan menempelkan gadget ke telinganya.

"Halo!" ucap Viana seraya tersenyum manis dengan kedua lesung pipitnya.

"Halo, Sayang," sahutan dari seseorang di seberang sana.

"Iya, Sayang. Ada apa?" tanya Viana dengan mata berbinar-binar.

Dia merasa sangat bahagia hanya karena mendapatkan sebuah panggilan di ponselnya.

"Hmm, maaf ya. Nanti malam aku nggak bisa datang ke acara ulang tahun kamu," ucap si penelepon sambil menghela napas.

Mata Viana membulat seketika, dan jantungnya berdetak kencang tak beraturan.

"Kenapa Marshall? Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa tiba-tiba kamu nggak mau datang ke acara ulang tahunku? Kenapa?" bertubi-tubi pertanyaan dilontarkannya kepada seorang pemuda bernama Marshall.

"Maafkan aku, Viana. Aku lupa kalau nanti malam ada kegiatan di kampus. Kamu kan tahu kalau aku adalah senior di kampus kita. Aku mempunyai tanggung jawab penuh di acara itu, dan tentu saja aku harus hadir di sana. Aku harap kamu bisa mengerti dengan posisiku saat ini." Marshall menjelaskan secara panjang lebar.

Tubuh Viana terasa lemas seketika. Dia tidak menyangka bahwa kekasihnya itu tak akan hadir di pesta ulang tahunnya malam ini.

"Apa kamu nggak bisa datang sebentar saja ke sini? Ini bukan cuma acara aku saja, Shall. Ini kan acara kamu juga. Bukankah nanti malam kamu akan menyematkan cincin itu di jari manisku? Kamu kan udah janji, Shall?"

Viana berusaha untuk menahan bendungan kecil di pelupuk matanya supaya tak terjatuh. Dia mencoba untuk tetap terlihat tegar.

"Sekali lagi maafkan aku, Sayang. Untuk malam ini aku benar-benar nggak bisa datang. Aku berjanji, suatu saat aku pasti akan menepati janjiku itu. Aku pasti akan melakukan apapun demi kebaikan kamu. Semoga kamu selalu bahagia, Viana. Sekali lagi maafkan aku," lirih Marshall.

Setelah itu, tiba-tiba saja telepon pun terputus. Ternyata Marshall sudah mematikan sambungan teleponnya.

Hal itu membuat Viana kalang kabut dan berusaha untuk menghubunginya kembali.

"Marshall, kenapa kamu jadi aneh seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?" tanya Viana dengan perasaan cemas.

Berkali-kali dia mencoba untuk menghubungi kekasihnya itu. Namun, Marshall tak kunjung menjawab panggilannya.

Sebenarnya, kemanakah kekasihnya itu? Kenapa dia tidak mengangkat telepon dari Viana?

Tiba-tiba saja air mata yang sedari tadi ditahannya, jatuh membasahi pipi Viana yang cantik. Dia merenung memikirkan kekasih yang sangat dicintainya itu.

"Eh, ada apa, Viana? Kok kamu nangis?"

Terdengar suara seseorang yang mengejutkan Viana. Dia tersentak dan segera menoleh ke asal suara.

"Eh, Mama," ucapnya pelan.

Ternyata mamanya-lah yang datang. Viana buru-buru mengusap air mata di wajah cantiknya, dan bersikap seolah-olah tak terjadi sesuatu.

"Emm, apa semua persiapannya udah selesai, Ma? Sepertinya pesta ulang tahunku kali ini nggak usah terlalu mewah," papar Viana dengan nada kecewa.

Mamanya yang bernama Mariana itu terlihat sangat terkejut mendengar perkataan Viana.

"Semua persiapannya udah selesai, Sayang. Memangnya apa yang terjadi?" tanya Mama Mariana penasaran.

"Mm, nggak ada apa-apa kok, Ma." Viana berkilah.

"Ceritakan semuanya sama Mama, Vi. Mama siap menjadi tempat curahan hati kamu," desak mamanya lagi.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Viana segera menghamburkan diri dan memeluk mamanya. Tangisnya pun pecah di pelukan mama kesayangannya itu.

Ya, hanya tangisan lah yang bisa mewakili perasaannya saat ini.

"Kenapa?" tanya mamanya seraya mengusap rambut Viana.

"Hiks, hiks. Marshall, Ma," lirih Viana sembari terisak.

"Ada apa sama Marshall?" tanya Mama Mariana keheranan.

"Mama, dia nggak bisa datang ke acara ulang tahunku nanti malam. Aku kecewa banget sama dia," ucap Viana dengan nada kesal.

"Apa? Memangnya kenapa? Bukankah setelah pesta ulang tahun, kalian akan mengadakan acara tukar cincin?" tanya mamanya lagi.

Viana pun menceritakan apa yang disampaikan oleh Marshall di telepon barusan.

Mama Mariana hanya tersenyum kecil. Dia lalu mencoba untuk menghibur putri semata wayangnya itu.

"Sudahlah, nggak apa-apa. Marshall kan ada tugas di kampus. Jadi, kamu harus bisa memaklumi hal itu," terangnya.

"Tapi, Mama ...."

"Sttt, nggak usah ngomongin itu lagi. Sekarang kamu siap-siap untuk pesta nanti malam. Oke?" Mama Mariana berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"Hmm, baiklah, Mama," jawab Viana akhirnya.

Mamanya pun bergegas meninggalkan Viana, dan kembali berbaur bersama para wanita yang sedang mempersiapkan acara ulang tahun.

Sementara itu, Viana masih termenung sambil menatap ke luar jendela. Dia teringat akan kekasihnya, Marshall.

Viana Evangelista adalah seorang gadis cantik yang yang tinggal bersama kedua orang tuanya, Papa Wijaya dan Mama Mariana.

Viana adalah mahasiswi di salah satu universitas di kota B. Dia mempunyai seorang kekasih yang sangat tampan bernama Marshall Marcelino. Dia adalah seorang senior di kampus tempat Viana kuliah.

Marshall terkenal karena prestasinya yang luar biasa. Selain itu, dia juga terkenal karena ketegasan dan juga ketampanannya.

Sebab itulah dia sangat disegani oleh para mahasiswa di kampus tersebut.

Perkenalan Viana dan Marshall berawal, ketika ada beberapa mahasiswa cowok yang sedang mengganggu Viana.

Saat itulah Marshall datang dan menolongnya. Viana merasa sangat berterima kasih karena Marshall telah menyelamatkan kehidupannya.

Sejak saat itu, mereka berdua semakin sering bertemu. Mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Viana dan Marshall pun menjadi semakin dekat. Bahkan kedua orang tua Viana sudah mengenal Marshall dengan baik. Walaupun saat itu mereka berdua hanya berhubungan sebatas teman.

Namun, lama kelamaan perasaan cinta pun datang menghampiri mereka berdua. Hingga akhirnya mereka saling mengutarakan perasaan masing-masing.

Ternyata mereka berdua memang sama-sama saling mencintai.

Viana dan Marshall lalu memutuskan untuk menjalin hubungan, dan menjadi sepasang kekasih.

Hubungan mereka sangat sehat dan bahagia. Mereka berpacaran tidak seperti anak-anak muda pada umumnya. Mereka menghabiskan waktu untuk sekedar jalan-jalan atau belajar bersama.

Mereka berdua menjalin hubungan dengan sangat bahagia.

Viana tersenyum-senyum seorang diri saat mengingat momen manisnya bersama dengan Marshall.

Dia begitu mencintai kekasihnya itu.

"Assalamualaikum."

Viana pun tersentak, dan segera tersadar dari lamunannya. Dia lalu menoleh ke asal suara.

"Waalaikumsalam. Siapa?" teriaknya.

Siapa yang sedang bertamu ke rumahnya saat ini?

Next chapter