webnovel

Ajakan Seorang Teman

"Haah" Aku menghela napas dengan berat setelah melakukan pekerjaanku seperti biasa. Entah kenapa beberapa bulan terakhir ini kriminalitas meningkat tanpa diketahui penyebabnya.

Aku tak terlalu lelah dalam hal itu, setidaknya tubuhku tidak lelah, namun pekerjaan menjadi terlalu banyak. Apalagi aku sekarang sudah menjadi penyihir resmi dan mendapatkan lisensi sebagai penyihir di usia 17 tahun dengan prestasi yang luar biasa.

Seorang murid akademi sihir yang lulus pada usia 16 tahun dan dapat menggunakan Quadra Spell sejak berusia 15 tahun, siapa yang tak menyebut itu hebat? semuanya pasti setuju bahwa itu hal yang hebat, satu-satunya yang menghalangi diriku untuk menjadi lebih kuat adalah jumlah sihirku.

Orang-orang awam biasanya memiliki sekitar delapan ribu sampai empat belas ribu poin sihir, dan aku memiliki sekitar lima puluh ribu poin sihir, itu sangat besar, namun jika dibandingkan dengan para jenius, aku masih belum apa-apa. Para jenius itu memiliki sekitar jutaan poin pada alat pengukur, aku sama sekali tak dapat bersaing.

Aku pun melamun di tempat tidurku sembari menatap langit-langit dan mengkhayal, mungkin aku kurang menerima, setidaknya nasibku cukup beruntung walau bukan jenius semacam itu.

Lagi-lagi aku menghela napas dengan berat atas permasalahan yang berbeda. Mereka yang memiliki itu memiliki kehidupan yang nyaman tanpa berlatih banyak, sangat mudah hidup seperti mereka.

Sebuah nada dering pada teleponku membuatku tersadar dari lamunanku, aku mengarahkan pandanganku pada benda itu dan melihat nama yang cukup aneh "Orang gila"

Ah, itu adalah teman dekatku saat masih berada di akademi, Aku pun mengangkat telepon itu tanpa berlama-lama.

"Hai, jarang sekali kau menelepon, ada apa?"

[Yah, tak ada apa-apa, bagaimana jika berjalan-jalan?]

"Hah, baiklah aku kesana, kirim lokasimu."

[Oke, kutunggu kau.]

Yah, percakapan yang selalu singkat saat berbicara di telepon, itu cukup aneh. Itu karena dia yang lebih suka berbicara secara langsung.

Aku pun segera bersiap-siap kembali, berjalan-jalan diluar cukup menyenangkan dan mungkin cukup baik untuk menghilangkan pikiran negatif ku saat ini.

Setelah kami lulus dari akademi, sebenarnya kami tak terlalu akrab lagi dikarenakan memiliki hidup masing-masing namun kami masih teman dekat walau tak sedekat dulu. Ia juga mendapatkan lisensi penyihirnya di usia 17 tahun sepertiku.

sebuah bunyi pesan, aku pun menatap lokasi yang dikirim. Dan ternyata tempat itu tak terlalu jauh dari tempat tinggalku, sekitar 5 menit jika berjalan kaki dan itu adalah sebuah restoran mewah.

Aku mengetahuinya ketika melihat lokasi yang Ia kirim, ini adalah pekerjaan, entah apa yang diinginkan olehnya, namun yang pasti tugas itu cukup sulit mengingat bahwa Ia cukup kuat dan terkenal sebagai orang yang bergerak secara solo.

***

Sebuah bangunan yang megah, terbuat dari kayu mahal dan kuat, menggunakan beberapa lapisan emas sebagai dekorasi, sungguh, ini memang benar-benar restoran mewah.

Sebenarnya aku cukup kaya karena sudah menjadi penyihir secara resmi, namun aku tak pernah pergi ke tempat makan mewah atau semacamnya, entah kenapa aku tak memiliki minat. Jadi setidaknya aku akan mencicipi makanan yang ada.

"Selamat datang tuan, apakah anda sudah memesan tempat?"

Seorang pelayan mendatangiku dan bertanya dengan ramah. Aku pun menjawab dengan singkat.

"Ya, atas nama Katharos, Aku Verrel."

Pelayan itu memberiku sebuah kartu, aku dapat merasakan sebuah sihir didalamnya, hal-hal mewah memang dipenuhi oleh benda yang mengejutkan.

Aku naik menuju tempat yang memiliki angka yang sama dengan kartu itu. Aku menempelkan kartu itu pada pintu dan membuka pintu ruangan tersebut.

"Kita berjumpa lagi, Katharos. Jarang sekali kau menghubungiku beberapa bulan terakhir."

"Yah, kau sendiri pasti tahu bahwa beberapa bulan terakhir ini dipenuhi dengan hal-hal aneh dan mengerikan."

"Kau benar, aku juga merasakannya, itu sangat menguras mental."

Nampaknya, Ia sudah menunggu dan sedang bermain dengan ponselnya, Ia menatapku dengan tatapan lega, mengapa seperti itu? aneh sekali.

"Kau terlalu lama Verrel."

"Terlalu lama? aku sampai ke tempat ini kurang dari 1 menit dengan menggunakan beberapa mantra dan itu kau anggap lama? sialan."

Aku berteriak dengan keras karena kesal, untungnya ruangan ini kedap suara, jadi suaraku tak akan bocor keluar dan mengganggu pengunjung lain.

"Hei, aku hanya bercanda, jangan terlalu serius."

Katharos terkekeh dan terlihat sedikit panik, aku pun segera duduk di kursi dan memakan beberapa makanan yang sudah ada di meja yang sejak tadi tak tersentuh. Jujur saja semuanya cukup enak.

"Baiklah, apa yang membuatmu mencoba untuk menyogokku dengan makanan?"

Tanpa berbasa-basi lagi, aku segera bertanya pertanyaan yang seharusnya aku tanyakan lebih awal.

"Seharusnya kau sudah tahu bahwa aku ingin bekerja sama denganmu untuk mencari seorang kriminal. Tapi biarkan aku mengingatkan dirimu tentang satu hal, dia adalah orang yang licik dan kejam."

Bagaimanapun, aku mempercayainya. Katharos yang biasanya tak pernah takut pada apapun saat ini memperingatiku dengan keras, biasanya ia hanya akan mengatakan perkataan yang terkesan sombong seperti "ini akan sangat mudah" atau "santai saja"

Namun aku masih cukup penasaran, sebenarnya siapa yang dibicarakan oleh Katharos ini, seorang kriminal macam apa dia, yang kutahu selama ini, penjahat-penjahat yang level kekuatannya tinggi diurus oleh para petinggi Aliansi sihir.

"Jadi, siapa orangnya?"

"Eric Marlorn, orang yang membunuh kedua orang tuaku sekaligus orang yang melatarbelakangi bebasnya The Father dua tahun yang lalu."

"Ugh..."

Ini mengkhawatirkan, jangan bilang bahwa Katharos saat ini sedang termakan oleh dendam atas kematian orang tuanya 2 tahun yang lalu?

"Aku tahu pikiranmu saat ini, tapi itu tak benar, aku tak memiliki dendam apapun tentang orang tuaku, malah aku sama sekali tak menyayangiku, seharusnya kau sudah tahu itu setelah kuceritakan masa laluku bukan?"

"Hm, baiklah, itu sedikit membuatku tenang, namun apa alasan utamamu memilihku sebagai rekan dalam hal ini?"

"Hah, kenapa kau terlihat curigaan begitu sih? kita sudah berteman lama kan?"

Katharos menghela napas dengan berat, namun apa yang ia katakan sama sekali tak salah, mungkin aku terlalu curigaan pada seorang teman baik, namun tetap saja.

"Alasan utamaku memilihmu ya... karena aku tak memiliki teman lagi... mungkin."

Ia terdengar cukup canggung untuk mengatakan itu, wajah Katharos memerah, kasihan sekali, ia harus memperbaiki sikapnya yang ditularkan oleh film favoritnya itu.

"Jangan bilang kau belum menghilangkan kebiasaan aneh itu."

"Mungkin, aku terlalu mendalami karakter itu. Kau pasti paham, jika saja aku nebiru sifat karakter yang baik, mungkin aku tak kesulitan dalam bergaul."

Aku tak terkejut dengan hal ini, sebuah masalah bodoh yang membuat segalanya menjadi sulit. Membuat beberapa media memberitakan perubahan sifat Katharos The Spell Breaker yang menjadi dingin setelah orang tuanya meninggal, padahal Ia menjadi seperti itu karena sebuah film yang Ia tonton, dan hingga Sekarang ia belum menyembuhkannya, kenapa temanku ini bodoh sekali.

"Sepertinya aku tak memiliki pilihan lain selain membantumu."

"Yap, memang begitulah harusnya seorang teman."

Ia tersenyum kepadaku, sungguh teman bajingan yang merepotkan. Aku pun menghela napas dengan berat dan segera menghabiskan makanan yang ada di meja.