18 Kelulusan

Ceera dan Nicko menghampiri meja makan dengan riang. Hari ini akan ada acara kelulusan di sekolah Nicko. Si kecil dengan riang menggandeng tangan kakaknya. Di kepalanya terpasang toga yang akan dipakai Nicko nanti. Nicko sendiri sudah rapi dengan setelan kemeja putih dan celana kain hitam. Sepatu legamnya juga tampak mengkilat.

Rea yang sudah duduk lebih dulu di meja makan menatap haru putra sulungnya itu. Tidak terasa anaknya akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, senior high school. Dan itu artinya apa? Artinya dirinya juga semakin bertambah umur dan tua tentu saja.

"Mom, aku juga ingin lulus seperti Kak Nicko," seru Ceera. "Nanti aku akan pakai topi seperti Kak Nicko juga kan?" Anak itu dibantu Nicko duduk di kursinya.

"Ya, tentu saja. Tahun depan kamu akan lulus sekolah TK." Rea mengusap lembut pipi putri bungsunya. "Nick, are you ready?" tanya Rea menatap Nicko.

"I'm ready, Mom," jawab Nicko kalem.

"Dad, bangga padamu," ujar Satria yang memimpin di meja makan.

"Thanks, Dad." Nicko kembali menatap Rea. "Mom, apa Uncle Axel akan datang?"

"Dia akan datang kalau kamu mengundangnya."

Nicko mengembuskan napas. "Aku sudah mengundangnya. Tapi tak ada balasan. Dia pasti sibuk di New Zealand sana." Remaja itu menunduk.

"Ingat, Nick. Kamu masih punya Daddy. Apa kamu masih memerlukan dia juga?" tanya Satria. Axel selalu terpatri di hati putranya dan itu sedikit membuatnya cemburu.

"Bukan begitu, Dad. Biasanya setiap kelulusan dia akan hadir." Nicko merasa tak enak. Dia merasa, sikapnya sudah menyinggung ayahnya itu.

"New Zealand itu jauh, Nick. Kalau memang uncle-mu itu nggak datang jangan kecewa ya, Nak." Rea memberi pengertian. Semoga saja Nicko tidak kecewa. Axel hampir tidak pernah mengecewakan Nicko. Meskipun jauh, setiap acara penting Nicko lelaki itu pasti hadir.

Nicko tersenyum tipis seraya mengangguk.

Dari atas anak tangga, keempat adik Nicko lainnya berlarian. Mereka langsung duduk di kursinya masing-masing.

"Selamat pagi semuanya," sapa mereka saling bersusulan.

"Anak-anak biasakan kalau turun dari tangga jangan berlarian seperti itu. Kalau kalian jatuh bagaimana?" tegur Rea.

"Kami hanya main-main, Mom," jawab Aariz. "Wow hari ini acara kelulusan kak Nicko, ya? Aku ikut boleh?"

"Tentu kalian semua harus ikut. Setiap ada salah satu kalian yang lulus, kalian wajib hadir," ujar Satria.

"Apa si cantik Karla artinya lulus juga?" tanya Aarash kepada Nicko.

"Ya, dia lulus juga," jawab Nicko. Dia sangat tahu kalau Aarash mengidolakan Karla.

"Yeah, aku akan membeli bunga buat dia," serunya lantas melempar poninya ke samping, gaya.

"Lihat, masih sekecil itu dia sudah bertingkah seperti kamu," bisik Rea di dekat telinga Satria.

"Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, Honey," balas Satria tersenyum, dan mencuri kecupan singkat di bibir istrinya.

"Mom, Dad, aku rasa sekarang waktunya sarapan, bukan bermesraan," sela Serena menggeleng.

Satria terkekeh. "Oke anak-anak, ayo kita sarapan. Acara kakak kalian pukul sepuluh pagi. Dad harap kalian sudah berkumpul di sana sebelum pukul sepuluh."

"Siap, Dad!" jawab mereka kompak.

***

Meskipun tidak meraih penghargaan peringkat siswa terbaik, Nicko tetap memperoleh penghargaan dari bidang non akademik. Menjadi pioner berdirinya ekstrakurikuler Farmers Club. Atas dukungan Satria, sekolah juga memiliki peternakan sapi dan domba. Tidak begitu besar, tapi bisa menjadi sarana belajar.

Adik-adik Nicko berebutan memberinya selamat. Serena memberikan bucket bunga. Ceera memberi Nicko salah satu koleksi Teddy bear kesayangan. Aarash, Aariz dan Bisma kompak memberi Nicko sebuah persembahan lagu. Mereka sangat lucu dan kompak, bernyanyi di depan kakaknya tanpa malu dilihat orang-orang yang hilir mudik.

"Nick!"

Semua kompak menoleh ke sumber suara. Karla tampak mendekat dengan kedua orangtuanya. Dia berdandan cantik di acara ini.

Mata Aarash langsung berbinar melihat Karla tampak mendekat. Di tangannya sudah ada buket bunga cantik yang dia niatkan buat Karla. Senyumnya mengembang ketika melihat Karla juga tersenyum lebar. Bahkan dia melangkah maju saat setengah berlari Karla menghampirinya. Sumpah, Aarash sudah sangat siap jika Karla akan memeluknya.

Namun bocah sepuluh tahun itu harus menelan kecewa, karena yang Karla peluk bukan dirinya. Melainkan Nicko. Dia berdecak sebal. Kadang dia ingin bertukar peran dengan Nicko. Karla selalu dekat dengan kakaknya itu. Mungkin seandainya Nicko itu Aariz, dia tidak akan segan-segan bertukar peran. Maklum Aarash dan Aariz itu kembar identik. Orang awam akan sulit membedakan.

"Nick! Congrats, ya," ucap Karla melepas pelukannya.

"Terima kasih, kamu juga selamat." Nicko tersenyum tipis.

Rea dan Satria juga memberikan ucapan selamat untuk Karla. Lalu mereka berbincang dengan orang tua Karla.

"Karla dan Nicko itu cocok banget kan, Pak Satria?" ujar Jason, ayah Karla.

Satria terkekeh. "Mereka akrab dari kecil."

Aarash yang tidak sengaja mendengar merasa kesal dan memilih menyingkir. Dia kemudian mendekati Karla.

"Hai, kamu cantik banget hari ini, Karla," sapa Aarash begitu sampai di depan Karla dan Nicko. Dari belakang Aariz dan Serena menahan tawa melihat adegan itu.

"Terima kasih, Aarash. Kamu juga tampan," balas Karla.

Aarash serasa terbang dibilang tampan. Dia langsung menyodorkan bunga yang dipegangnya erat-erat dari tadi. "Btw selamat atas kelulusannya. Ini untuk kamu."

"Wah, terima kasih. Seharusnya kamu nggak perlu repot-repot. Uang kamu lebih baik untuk beli kelereng saja."

Serena dan Aariz tidak bisa lagi menahan tawa. Mereka terbahak bersama. Tidak peduli dengan wajah Aarash yang merah padam. Menyebalkan kalau selalu dianggap anak kecil.

"Karla, niat adik gue baik," tegur Nicko kemudian.

"Iya, gue tahu, Nick. Makanya gue berterima kasih tadi."

Dan Nick tahu, Karla selalu menganggap Aarash tak lebih hanya seorang pengganggu. Kasihan anak itu.

"Congratulations on your graduation, Son."

Nicko kontan menoleh, dan dan matanya melebar saat menemukan Axel berada tepat di belakangnya. Kejutan yang sempurna. ko

"Uncle!" serunya menubruk tubuh tinggi nan kekar itu. "I don't think you're coming, uncle."

"On your special day? Oh, that's not possible, Nick. I've seen it all. I'm proud of you." Axel menepuk bahu Nicko, yang tampak semakin kokoh.

"Hai, Axel," sapa Rea. Di sebelahnya Satria spontan menggenggam tangan istrinya itu. "Kapan lo sampai?" tanya wanita itu.

"Hai, Re. Gue sampai semalam." Axel menatap Satria. Lalu matanya bergeser ke arah tangan Satria yang menggenggam erat tangan Rea. Senyum miringnya terbit. "Bilang sama suami posesif lo itu, gue nggak niat merebut lo lagi. Masa itu udah lama berlalu." Axel mendesah, dan memutar bola matanya.

"Sesuatu yang tidak diniatkan bisa terjadi kalau ada kesempatan. So, setiap orang wajib waspada," balas Satria.

"Sudah, cukup. Ingat umur, ya. Dan jaga sikap di depan anak-anak," tegur Rea.

"Uncle, don't you bring someone along?" tanya Nicko. Dia mengintip ke balik punggung Axel.

Seolah tahu apa yang Nicko cari, Axel tersenyum. Tangannya lantas terangkat. Dan tak lama seseorang tampak berjalan perlahan dari arah gedung serba guna tempat prosesi kelulusan berlangsung tadi.

Nicko melebarkan senyum melihat seseorang di balik buket bunga besar itu. Tak hanya Nicko, hampir semuanya memperhatikan.

Gadis cantik dengan gaun berwarna navy glossy berjalan mendekat. Aksen brukat pada bagian atas bahu dan lengannya membuatnya makin cantik. Rambutnya tergerai dengan sebuah pita yang mengikat sebagian rambutnya di belakang kepala. Flatshoes warna senada mengalasi kakinya. Ada riasan tipis pada wajahnya yang biasanya tampak polos.

"Wow, siapa dia?" tanya Rea yang juga merasa takjub.

"Lo akan tahu nanti." Senyum Axel mengembang.

Gadis itu makin mendekat, dia langsung menghampiri Nicko yang berdiri bersisian dengan Axel.

"Selamat atas kelulusanmu, Kak." Gadis itu tersenyum manis dan menyerahkan buket yang dia bawa kepada Nicko.

Dengan senyum sumringah, Nicko langsung menyambutnya. "Terima kasih, Maya. Kamu udah mau datang."

"Wah, jadi gadis cantik ini bernama Maya?" Rea menatap anak sulungnya penuh arti.

Yang ditatap nyengir seraya menggaruk pelipisnya.

"Ayolah, Re. Anak lo udah beranjak remaja." Axel terkekeh.

"Jadi, ada lagi selain Karla?" tanya Satria yang langsung kena cubitan manja dari istrinya. Dia hampir saja teriak kalau tak ingat sedang banyak orang di sini. "kenapa kamu mencubitku?" bisik Satria geram.

"Jaga mulut lo, Bang. Nggak liat apa? muka Karla jadi sepet gitu," balas Rea ikut berbisik.

"Kamu juga harus jaga mulut kamu, Sayang. Kenapa jadi berlo-gue ke aku?"

"Kalian mau ribut terus atau mau aku kenalkan ke Maya, Mom, Dad?" Nicko menatap ibu dan ayahnya tak habis mengerti.

Rea dan Satria sontak tersenyum. Lalu mereka pun berkenalan dengan gadis yang sepertinya membuat anak sulungnya tertarik.

_________________

Selamat hari kelulusan Nicko!

Yuk teman-teman jangan lupa ramaikan yaks!

avataravatar
Next chapter