webnovel

Every day, every where, every time

WARNING 18+

Satria tak mengerti kenapa Rea seolah tidak peduli pada dirinya yang uring-uringan. Apa bagi wanita itu dirinya sudah tak penting lagi? Tiap kali Satria merasa ada masalah dengan orang-orang di sekitar Rea, wanita itu selalu saja menganggap remeh. Rea selalu bilang Satria terlalu berlebihan. Padahal instingnya sebagai seorang suami sering kali tepat.

Belum juga kelar soal Abi Permana, muncul lagi sosok baru bernama Daniel. Oke, Rea itu menarik, semakin bertambah umur semakin cantik, dan ... hot kalau kata Satria. Ehem! Bukan tanpa alasan Satria mengatakan itu. Namun, ternyata semua kelebihan Rea bisa membuatnya khawatir. Satria sangat tidak suka ada pria yang sok akrab dengan istrinya.

"Siapa supir pesawat kita, Bang?" tanya Rea sekembalinya dari restoran.

"Pilot, Sayang. Bukan supir," ralat Satria.

"Sama aja, Bang. Nggak mungkin Kenzo kan? Dea bisa muring-muring kalau ditinggal terbang."

"Bukan Kenzo. Pak Dadang."

Kontan mata melotot. "Sejak kapan Pak Dadang jadi pilot?"

Satria mengacak gemas rambut istrinya. "Kalau kamu tanya supir, jawabanku Pak Dadang. Kalau pilot baru ku jawab Kapten Gavin."

Bibir Rea mencebik, menyingkirkan tangan Satria dari atas kepalanya.

"Setelah pembangunan pabrik kedua dan ketiga, sepertinya kamu akan semakin melupakan aku. Kamu akan sibuk terus pastinya." Satria beranjak duduk di sisi Rea. "Kamu tau, Sayang?"

Rea mengangkat wajah, menatap Satria dengan alis berkerut.

"Aku kangen kamu yang dulu. Kamu yang selalu ada buatku," lanjut Satria membalas tatapan istrinya.

Rea buru-buru melepas pandang. Biar gimana juga, Satria masih satu-satunya yang ada di hati. Ditatap dengan pandangan teduh seperti itu masih saja membuatnya deg-degan. Rea kadang malu sama umur pernikahannya, apa pantas dia bersikap malu-malu seperti ini di saat usianya sudah tak muda lagi?

"Kamu ngomong apa, sih, Bang. Aku kan masih sama kayak yang dulu. Kesibukanku nggak akan mengurangi perasaanku sama kamu," ujar Rea mengambil ponsel dan mengalihkan rasa gugupnya dengan mengutak-atik ponsel tersebut.

"Tapi mengurangi waktu bersama kita." Kali ini Satria menyelipkan lengannya pada perut Rea, lalu dagunya bersandar pada bahu wanita itu.

"Ini kan kita lagi bersama."

"Tapi jarang. Kapan terakhir kita liburan? Bahkan tahun baru kemarin saja, kita masing-masing sibuk. Kenapa nggak aku saja, sih, yang sibuk?" Tangan Satria bergerak membuka kancing atas outfit yang Rea kenakan.

"Ya, kan. Aku harus bisa tanggung jawab sama apa yang udah almarhum kakek percayakan, Bang. Toh, yang aku pegang cuma satu perusahaan, nggak kayak kamu. Masih lebih sibuk kamu lah." Rea menahan napas kala tangan Satria kini menyusup ke balik atasannya. Dan otomatis mengigit bibir bawah, saat tangan itu berhasil menyentuh sesuatu yang dicarinya di sana.

"Jadi, kita sedang membuka lowongan pekerjaan baru lagi?"

"Ya, pabrik baru kan butuh banyak operator. Sudah mulai training, sih, mereka." Rea menurut saat tubuhnya ditarik untuk merebah di atas dada bidang Satria. Lantas dari belakang, tangan besar lelaki itu mulai bergerak nakal memainkan apa pun yang ada pada bagian depan tubuh Rea.

Mata Rea terpejam saat telapak tangan hangat Satria menyentuh dan mengusap lembut area dadanya. Kupu-kupu di dalam perutnya mulai berkeliaran. Rasanya masih saja seaneh ini kalau Satria sudah menyentuh titik-titik sensitifnya.

"Kamu mempekerjakan SDM lokal kan? Mereka butuh pekerjaan juga." Satria menelan ludah saat tangannya mengusap bagian inti Rea yang ternyata sudah mulai basah.

"Iya, untuk supervisor sampai operator line, aku utamakan SDM lokal. Tapi untuk manajemen aku datangkan langsung dari Jakarta." Rea menggigit bibir bawah kuat-kuat saat dia merasakan jemari Satria masuk ke bagian intimnya. Jantungnya berdetak hebat, kala Satria memberinya rasa nikmat bertubi-tubi. Dia membuka pahanya lebih lebar untuk memudahkan gerakan tangan suaminya. Sementara tangannya, sudah mencengkeram kuat lengan Satria. Dia merasa ledakan itu akan segera datang.

"Bang ...," rasanya dia sudah nggak sanggup berkata-kata.

Seolah tahu apa yang akan terjadi, Satria mempercepat gerakan jarinya di sana. Tubuh Rea sontak menegang, dan dia terpekik hebat kala pelepasannya akhirnya datang.

Satria langsung membawa tubuh Rea ke tengah ranjang, dan dengan tergesa melakukan penyatuannya. Rea dibuat terpekik kedua kalinya saat benda itu menghujam dalam. Kepalanya rasanya ringan. Seraya terus bergerak di atasnya, Satria membuka kemejanya sendiri yang belum sempat dia buka. Beberapa kali lelaki itu mengerang dan menengadahkan kepala saat kenikmatan bagian intinya menyerang. Dia tak akan pernah bosan. Rea akan tetap menjadi yang dia butuhkan sampai kapan pun. Memeluk tubuh wanitanya, Satria menghamburkan kata-kata cinta. Mengecup semua bagian wajah Rea tanpa terkecuali.

"I love you, Sweetheart, forever."

Rea tidak peduli apa yang Satria katakan. Dia terlalu sibuk mendesah dan menikmati setiap momen pergerakan Satria. Bahkan dirinya lantas mengubah posisi menjadi di atas lelaki itu. Mengendalikan permainan.

Bagaimana Satria tidak jatuh cinta setiap harinya? Rea sudah banyak belajar tentang tetek bengek bercinta. Jika istrinya sudah beraksi, Satria bisa dibuat kewalahan sendiri.

***

Rencana terbang sore ini terpaksa gagal. Tentu saja itu berkat kegiatan panas mereka sampai menjelang senja. Kalau mereka menggunakan penerbangan komersial, sudah barang tentu akan ketinggalan pesawat.

Beberapa menit lalu Satria menelepon Gavin, untuk men-delay keberangkatan ke Jakarta. Karena sampai sekarang ini, big boss-nya itu masih berendam bersama Nyonya Besar di dalam jacuzzy. Satria kembali menekan punggung Rea, melakukan gerakan pelan dari punggung merambat ke bahu. Di beberapa titik dia menekan agak kuat. Lalu dengan ibu jarinya melakukan gerakan memutar.

"Sudah terasa enak?" tanya Satria.

"Sudah."

Persis ketika Satria hendak berpindah posisi ke depan Rea, ponselnya berbunyi. Satria mencoba abai, tapi ponsel itu tak mau berhenti berdering.

"Angkat dulu, Bang."

Satria menghela napas dan meraih ponselnya, panggilan video dari anaknya. Dia menerima panggilan itu setelah sebelumnya mematikan kamera. Wajah Bisma dan Ceera muncul.

"Iya, Sayang, Is there something going on?"

"No, Daddy. We just miss you guys. But why are you hiding your faces?" tanya Ceera dengan lucunya.

Rea mengisyaratkan Satria untuk segera mengentaskan diri, keluar dari jacuzzy.

"Okay, Honey . Wait a minute." Satria keluar dari jacuzy dan mengenakan jubah mandinya. Baru kemudian mengaktifkan kamera.

"Halo, Dad. Where's Mom?" tanya Bisma.

"Your mom's taking a shower, Son."

"Daddy, Let me talk to mom. I miss her!" seru Ceera.

"Nggak apa-apa, Bang. Siniin ponselnya." Rea mengangkat tangannya. Kemudian dia juga beranjak mengenakan jubah mandi sebelum menghadap kamera ponsel.

"Oke, kalian tunggu sebentar," ujar Satria, lalu memberikan ponselnya pada Rea.

"Halo, anak-anak Mommy lagi pada ngapain? Kalian nggak nakal kan?" sapa Rea lembut.

"Kapan Mom pulang? Aku kangen!" Bukannya menjawab pertanyaan Rea, Ceera malah bertanya kapan pulang.

"Mungkin sebentar lagi, kalau Ceera nggak rewel."

"Ceera jadi anak baik, kok."

"Really? How about your brothers?"

"Aku? Aku juga baik," jawab Bisma nyengir.

"Jangan lupa oleh-olehnya, ya, Mom. Boneka Teddy," ucap Ceera.

Bocah lima tahun itu, ke mana pun Rea dan Satria pergi, minta oleh-olehnya tetap sama, Teddy bear. Bahkan Giant Teddy yang Axel belikan dulu, ada di kamar anak itu. Koleksi teddy bear di berbagai belahan negara, anak itu punya. Dan tempat favoritnya tentu saja galery Teddy bear yang ada di mansion.

"Oke, asal kamu jadi anak yang baik."

Setelah panggilan video berakhir, Satria menarik Rea lagi ke dalam air. Ritual mandi yang sempat terjeda diulanginya lagi.

"Bang, kita selesaikan saja. Aku nggak mau anak-anak nunggu terlalu lama di sana," ujar Rea saat Satria mulai mengendus perpotongan lehernya.

"Satu kali lagi, ya, abis itu sudah."

"Memangnya kamu nggak capek?"

"Belum."

Rea hanya menggeleng pasrah. Kalau sudah seperti ini, Satria tidak bisa ditolak sebelum keinginannya tercapai. Puas bermain di jacuzzy, Satria membopong tubuh Rea ke kamar mandi. Di sana mereka lanjut memadu kasih.

_______________________________

Insyaallah kalau gak ada halangan EM 2 up tiap hari Senin, ya. Belum bisa up tiap hari.

Next chapter