1 Masa Lalu

Sebuah truk melaju dengan kecepatan besar, menghantam tubuh seorang gadis kecil yang hendak mengambil bonekanya.

Sebuah besi yang tertancap di pinggir jalan pun menjadi sasarannya, tubuh gadis kecil itu menjadi tidak berdaya dengan mata yang bercucuran darah.

Semua bunyi berbaur menjadi satu, entah itu kerumunan orang orang, mobil ambulans, ataupun mobil polisi, semua berbaur menjadi satu di telinga gadis kecil itu.

Air mata tak keluar, rasa sakit luar biasa dirasakannya, kecelakaan luar biasa itu telah menghilangkan harapan sorang gadis kecil yang malang.

Gadis itu menjadi buta, hingga dia tidak sanggup untuk keluar rumah sakit ataupun kemana saja dengan keadaannya, dia jadi lebih suka mengurung diri di kamar rumah sakit.

Hingga pada suatu saat harapan gadis kecil itu kembali, meskipun dengan cara harus mengorbankan orang lain.

Elvira kayla, gadis kecil yang berusaha meraih cita cita dan mimpi, meskipun dengan keterbatasannya.

"Hai, aku Arlan Wijaya." Seorang anak laki laki yang membangkitkan semangat hidup Elvira muncul dihadapannya.

"Aku dengar kamu selalu mengurung diri dikamar, ayolah sekali kali berjalan jalan keluar." Arlan tersenyum memegang tangan Elvira dan mengajaknya keluar.

"Kamu siapa?" Elvira tidak tahu siapapun yang ada di depannya hanya dengan menggunakan suara saja.

"Aku Arlan Wijaya, pasien dari kamar sebelah." Arlan menjawab tenang pertanyaan Elvira meskipun dia sendiri butuh dukungan dan penyemangat hidup.

"Arlan?" Elvira berusaha meyakinkan lagi.

" Ya, lalu siapa namamu, gadis manis?" Kalimat terakhir yang diucapkan Arlan membuat dunia Elvira serasa berhenti sejenak, jantung nya seakan keluar dari tubuhnya, pipinya menjadi merah semerah delima.

"Eh, aku Elvira Kayla." Elvira segera menjawab sesaat segera setelah dia tersadar.

Meskipun Elvira tidak bisa melihat, namun dia bisa merasakan begitu hangatnya suara pria itu, lembut sekali dan penuh perhatian, namun Elvira masih tetap malu untuk keluar dari kamar rumah sakit.

"Ayo ikutlah keluar bersamaku." Suara hangat nan lembut anak laki laki itu membuat Elvira tidak sanggup menolak, dia berdiri dari duduknya dan segera melangkah keluar dengan dipapah oleh Arlan.

"Hati hati." Elvira tersipu malu hanya dengan satu kata saja.

"Eh, baiklah." Arlan menggandeng tangan Elvira penuh perhatian, genggaman tanganya terasa begitu hangat bagi Elvira.

"Kita akan kemana?" Lama lama Elvira merasa lelah juga, sampai pada akhirnya Arlan berhenti dan mengajak Elvira duduk, meskipun Elvira tidak tahu tempat apa itu, tapi dia bisa merasakan hembusan angin yang berhembus di wajahnya.

Elvira merasa sangat nyaman di tempat itu, mungkin karena dia sudah sangat lama tidak keluar kamar, atau mungkin bisa juga karena ada Arlan di sampingnya.

Elvira dan Arlan berbincang cukup lama, hingga pada akhirnya, percakapan mereka terhenti.

"Hai, Arlan, yak, anak tak tahu diuntung, aku membawamu kerumah sakit ini agar kau bisa sembuh, tapi kau malah berkeliaran seperti babi hutan yang liar, dan lagi anak siapa yang kau bawa itu, aku tidak pernah mengajarimu untuk belajar menculik anak orang." Seorang Wanita berambut coklat blonde dan agak gemuk mendatangi Arlan dan Elvira yang sedang duduk dan berbincang saat itu.

Arlan nampaknya mengenal wanita itu, dan saat Arlan akan berlari, wanita itu segera menangkap tangannya dan menarik telinganya.

"Aduh aduh ma, sakit." Teriak Arlan yang saat itu merasa kesakitan.

Sementara Elvira hanya duduk terdiam tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu.

"Biar, biar tahu rasa, kamu tuh belum makan malah udah berkeliaran, dan itu anak siapa lagi yang kamu culik, ini udah yang ketiga kalinya lho ya kamu menculik anak orang, kembalikan dia sekarang juga." Arlan berusaha memberontak dari mamanya, memang Arlan adalah anak yang susah diatur dan bandel.

"Ok, ok ma, aku jelasin, tapi lepasin dulu nih, sakit tahu." Arlan segera mengusap telinganya yang memerah karena mamanya.

"Dia tuh Elvira, aku bukan nyulik dia, tapi cuma ngajak jalan jalan doang." Arlan menjelaskan semuanya kepada mamanya.

"Sama aja, lagian orang tuanya juga nggak tahu kan." Arlan segera tersentak kaget, benar juga apa yang dikatakan mamanya, orang tua Elvira tidak tahu bahwa Elvira sedang kaluar bersamanya saat itu.

"Ah, benar juga, ok ok lima menit lagi, aku akan kembalikan dia setelah itu."

"Lima menit pala lu peang, ntar katanya lima menit tapi jadinya satu jam, sama aja kali, dan lagi kamu mau kembaliin dia? Menurutmu dia itu barang apa?" Elvira segera tertawa kecil sesaat setelah mendengar ucapan mama Arlan, Arlan pun turut senang melihat Elvira bisa tertawa.

"Lah, kan tadi mama juga bilang harus kembaliin dia, jadi mama juga menganggap dia barang kan?" Elvira segera tertawa lepas saat Arlan berusaha menentang pernyataan ibunya.

Mama Atlan dan Arlan ikut senang atas hal itu, "Hm, iya juga sih, tapi ah sudahlah pokoknya antar dia kembali ke kamarnya sekarang juga, titik." Mama Arlan dan Arlan segera mengantar Elvira kembali ke kamarnya dan saat itu pula mereka berdua berpisah.

avataravatar
Next chapter