webnovel

ELIKYA Number Zero : The Unknown Brave Hero

Tenza seorang anak berumur 16 tahun memulai SMA nya di negara baru bernama Elikya. Elikya adalah sebuah negara yang dibangun pada tahun 2080 dan selesai pada tahun 2086. Elikya dibangun atas persetujuan pemerintah dari seluruh dunia. Elikya hanya dapat dihuni oleh orang orang yang memiliki prestasi dan potensi. dua puluh tahun semenjak didirikan Elikya, akhirnya pemerintah memberikan kesempatan bagi mereka yang masih ada pada tahap sekolah untuk menunjukan kemampuan mereka untuk menjadi yang terbaik sehingga mereka dapat diberikan kesempatan untuk belajar disana. Dan disinlah akhirnya Tenza. Tenza sang anak yang berhasil masuk Elikya pada tahun 2110 tersebut menikmati kesehariannya di sekolah barunya itu. Tetapi ada satu hal yang janggal ketika dia menyadari bahwa kejadian yang dia hadapi saat ini pernah dia alami sebelumnya. "Apa yang sedang terjadi saat ini?"

Meong_Cat · Fantasy
Not enough ratings
34 Chs

Arc 1 - Chapter 9 (Kesepakatan)

Tenza duduk dekat dengan pintu putih keluar rumahnya, tepatnya menghadap ke depan pintu putih itu, mengambil sepasang sepatu dan kaus kaki di sebelah kanannya. Mengambil salah satu kaus kaki lalu memasangkannya di kakinya. Kemudian mengambil satu lagi dan mengenakannya di satu kaki yang lain.

Melakukan hal yang sama dengan sepatunya dan mengikat simpul kupu kupu pada tali sepatunya, menumpukan badannya dengan kedua tangannya, Tenza berdiri setelah selesai memakai sepatunya. Tangannya meraih gagang pintu di depannya, lalu membuka pintu putih tersebut.

Hal yang pertama yang dia dapat adalah suasana pagi hari yang sejuk di perkomplekan. Angin berhembus sepoi sepoi menambah rasa sejuk pada tubuh Tenza.

Sekarang adalah hari keduanya di Elikya setidaknya bagi Tenza. Tidak sama seperti kemarin, saat ini Tenza sudah bersiap siap dengan seragam sekolahnya dan berangkat pukul 06.30

Perjalanannya menuju sekolah adalah sekitar 30 menit. 10 menit jalan kaki menuju stasiun, 10 menit perjalanan kereta dan 10 menit dari stasiun dekat sekolah menuju sekolah.

Yang artinya jarak dari rumah kesekolah sekitar 15 sampai 20 km. Kecepatan kereta yang biasa dia naiki adalah sekitar 100 km per jam.

Tenza sempat memikirkannya, mengapa jarak kesekolahnya cukup jauh sehingga memakan waktu 30 menit menaiki kereta? Atau kenapa tidak menjadikan sekolahnya sebagai sekolah asrama? Pertanyaan tersebut terjawab begitu saja ketika Tenza mengingat sebuah fakta bahwa Elikya juga turut mengundang keluarga mereka.

Setelah selesai mengunci pintu putih dan menggembok pagar hitam, Tenza berjalan diatas trotoar, menuju sekolahnya. Hari ini ada satu hal yang berbeda, Tenza tidak berangkat dengan Reina. itu karena Reina sudah berangkat sejak pukul 06.00

Reina sempat mengajak Tenza berangkat ke sekolah dengannya tetapi Tenza menolak dengan lembut dan mengatakan akan berangkat pukul 06.30 saja. Tenza tidak ingin menunggu bel pelajaran dimulai selama 1 jam lagi.

Setelah beberapa menit berjalan dan Tenza sekarang sudah berada di luar perumahan, Tenza berjalan masih kearah yang sama yaitu stasiun. Jarang sekali terlihat kendaraan lewat, Tenza lebih sering melihat orang orang berjala kaki dari pada kendaraan. Sepertinya lebih sering berjalan kaki dari pada menaiki kendaraaan sudah menjadi budaya disini.

Tenza mengambil smartphone di sakunya, menghidupkan daya dan melihat waktu yang ditunjukan oleh smartphonenya. Lalu kembali menaruhnya kedalam saku.

Perjalanan menuju stasiun sekitar 5 menit lagi, dan selama itu Tenza memperhatikan apa yang ada di sekitarnya. Beberapa kali menyebrang jalan kemudian kembali lagi memperhatikan kesekitarnya. Karena hari ini tidak seperti kemarin, Tenza tidak berangkat sekolah bersama Reina, jadi membuatnya harus berhati hati supaya tidak tersesat.

Itulah yang awalnya dia pikirkan hingga akhirnya Tenza tersadar akan sesuatu. Tenza mengambil sesuatu yang ada di saku celananya, sesuatu yang berbentuk persegi panjang dengan tebal yang sama dengan jarinya yaitu smartphonenya. Tenza sekali lagi mengambil smartphonenya.

Ada sesuatu yang Tenza lupa. Kemarin sebelum Ova pergi dari rumahnya, tepatnya 2 hari yang lalu pada malam hari, Ova mengatakan ada aplikasi yang dibuat pihak sekolah dan Tenza malah melupakannya. Kemarin saat melihat peraturan Tenza lupa tentang fitur letak sekolah yang disediakan.

Dan benar saja, Tenza menepuk kepalanya ketika dia tahu bahwa dia salah memilih jalan. Beruntungnya dia, saat ini Tenza berada tidak terlalu jauh dari jalan yang seharusnya. Tenza berbalik arah dan mengikuti apa yang ditunjukan dari smarphone miliknya.

***

34 orang telah berhasil dilumpuhkan oleh polisi di tempat persembunyian mereka, namun sayangnya terdapat 6 orang yang berhasil kabur dari tangkapan polisi. Kami akan menampilkan foto dua dari orang yang berhasil teridentifikasi kabur dari tangkapan polisi.

Dua foto orang tersebut muncul dari layar smartphone milik Tenza. Dengan cepat Tenza mengambil gambar dengan fitur 'screenshoot' yang tersedia di smartphonenya. Barangkali dia menemukan dua laki laki tersebut sedang berjalan jalan ria disekitarnya.

Pemikiran macam apa itu. Pikir Tenza sambil menyeringai.

Kami mohon kerjasamanya, tolong untuk melaporkannya jika anda menemukan kedua pelaku tersebut.

Suara rem kereta memekakan telinga Tenza, memberi tahunya bahwa kereta telah datang dari kejauhan. Tenza memperhatikan kesekitarnya semua orang yang menunggu kereta datang berdiri dari tempat duduknya masing masing, bersiap siap untuk berjalan masuk ketika kereta tersebut telah berhenti dan membukakan pintunya.

Beberapa saat kereta telah berhenti, terdengar suara angin dari pintu pneumatik yang terbuka. dari dalam sana terdapat banyak penumpang, yang keluar setelah pintu telah terbuka.

Tenza memasukan smartphonenya kedalam saku celananya. Lalu berdiri, menunggu semua orang yang ada di dalam gerbong kereta telah keluar. Lalu berjalan masuk, bersama dengan orang orang yang telah menunggu kereta tersebut.

Tenza sudah masuk ke dalam gerbong kereta segera mencari tempat duduk untuk ia duduki. Tetapi sayangnya Tenza tidak menemukan tempat duduk yang tersisa sehingga Tenza dengan kecewa memegang salah satu pegangan tangan yang tersedia sepanjang gerbong kereta.

Hal sama terjadi seperti kemarin, Tenza dan Reina tidak dapat menemukan kursi yang kosong sehingga harus memegangi pegangan tangan yang tersedia. Lagi pula saat ini adalah waktu yang sedang sibuk sibuknya, waktu dimana semua orang dewasa berangkat menuju tempat kerjanya, dan anak anak yang menuju tempat sekolahnya. Tentu saja adalah hal wajar ketika saat ini Tenza tidak dapat menemukan kursi yang kosong.

Tenza berdiri sambil memegangi pegangan tangan dengan tangan kanannya, meraih sesuatu dari saku celananya menggunakan tangannya yang lain untuk melanjutkan urusannya yang belum selesai, itu adalah sebuah smartphone.

Tenza menekan tombol daya smartphone miliknya dan sekali lagi. Dengan smartphone tersebut Tenza mencari berita berita terbaru hari ini. Tenza menatap layar smartphonenya. Tenza harap agar dia tidak terlalu sibuk dengan smartphonenya agar dia tidak terlewat pemberhentian kereta yang mana pemberhentian tersebut adalah arah kesekolah Tenza paling dekat.

***

"Besok akan hujan ya?"

Sekitar 5 menit lagi Tenza akan sampai ke sekolahnya. Entah apa yang sebenarnya terjadi tetapi Tenza tidak tahu bahwa dia sangat suka membaca berita. Saat ini dia sedang berjalan dengan santai, menunduk dan membaca ramalan cuaca untuk hari ini dan ramalan cuaca untuk besok di situs yang menyediakan hasil ramalan cuaca dengan smartphonenya.

"..."

Tenza memasukan smartphone miliknya ke dalam saku dan mengubah pandangannya serta memperhatikan jalan yang ada didepannya. Seharusnya Tenza menyadari bahwa memainkan smartphone sambil berjalan merupakan sesuatu yang berbahaya lebih cepat. beruntung tidak terjadi kecelakaan yang fatal.

Mengingat ramalan cuaca yang mengatakan bahwa besok akan hujan kepala Tenza terangkat agar dapat melihat ke arah langit yang ada diatasnya tetapi karena silaunya cahaya matahari, Tenza mengangkat tangan kanannya menempelkan sisi kiri jari telunjuknya ke dahinya untuk digunakan sebagai pelindung mata dari sinar matahari yang menyilaukan ini. yang dia lihat hanyalah sebuah langit biru yang dihiasi dengan awan putih, tidak cukup banyak sehingga kemungkinan akan terjadi hujan di waktu dekat adalah kecil. Tapi kenapa disini tertulis 'akan hujan?'

"Padahal sekarang adalah musim panas."

Setiap negara subtropis yang berada dibelahan bumi bagian utara saat ini sedang menikmati panasnya musim panas. termasuk juga dengan negara ini, Elikya. musim panas ini akan berlangsung selama sekitar 3 bulan. kemungkinan musim panas ini akan berakhir pada bulan agustus atau september. itulah yang telah dibaca oleh Tenza.

Tenza pernah bertanya kepada Ova tentang dimanakah letak pulau Elikya ini berada. Ova mengatakan sekitar beberapa ratus kilometer kearah barat dari San Francisco. Tenza tidak yakin karena dia lupa dengan jaraknya, 100 kilometer atau 200 kilometer?

"San Francisco itu bukannya di amerika?"

Tanya dirinya.

***

"AKU LUPAA!!!."

"hmm ada apa?"

Tenza memegang dahinya dengan tangan kanannya dan kepalanya menunduk, tubuhnya sedang mengekspresikan seolah olah telah terkena malapetaka, sesuatu yang terlalu dilebih lebihkan. walaupun terdapat satu orang yang kondisinya sama dengannya tetap tidak membuat Tenza merasa lega.

Sekarang ini, di dalam kelasnya yang sunyi terdapat Tenza, Alex dan Reina. di dalam kelas yang sunyi, hanya terdengar suara goresan pulpen yang meninggalkan tinta biru yang membentuk tulisan di atas tumpukan kertas yang tersusun rapih. lembaran demi lembaran telah penuh dengan tinta biru itu membentuk kumpulan huruf huruf yang tersusun menjadi kata-kata. kata demi kata dituangkan dalam buku bersampul hitam itu, menciptakan sebuah cerita yang membuat kedua laki laki di kelas ini rela menunggu hingga cerita ini benar benar selesai dan siap dibaca.

Sudah 1 minggu, tepatnya 9 hari murid perempuan itu semenjak dia memulai untuk menulis karyanya yang belum selesai itu di dalam kelas. Sebelumnya anak perempuan berdarah prancis tersebut melanjutkan karyanya setiap pagi sebelum bersiap siap untuk sekolah.

Di dalam kelas itu, yang menjadi pusat perhatiannya adalah sang murid perempuan. Sejujurnya dia merasa sedikit terganggu ketika kedua murid laki laki itu memperhatikan buku yang sedang dia tulis. Tetapi semua itu berubah ketika Tenza menepukan dahinya dengan tangan kanan dan menundukan kepalanya.

"Aku lupa untuk memikirkan tujuan ku berada disini"

"Tak perlu terburu buru. Sebaiknya kau pikirkan lebih matang supaya kau tidak menyesal."

Alex menepuk punggung dan menasehati temannya sedangkan Reina sedari tadi hanya menulis dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh kedua laki laki itu.

"Kemarin aku terlalu sibuk, ahhhg...kenapa sampai tidak ingat sama sekali!!"

"Kau terlalu berlebihan Tenza, sebaiknya kau lebih tenang. Beberapa orang membutuhkan tempat yang tenang ketika menuang ide mereka ke dalam buku."

Kata kata yang dikeluarkan oleh Reina menepuk hati Tenza sehingga membuatnya merasa bersalah karena terlalu berlebihan. Tenza menunduk menempelkan wajahnya pada meja yang sama dengan yang digunakan perempuan itu dan tangannya memegangi bagian belakang kepalanya.

"Maaf." Tuturnya singkat masih menundukan kepalanya, menutupi wajah karena menyesal.

Kemarin Tenza terlalu sibuk dengan Tanisa. Tenza menanyakan banyak hal yang belum dia ketahui tentang Elikya kepada Tanisa. Perempuan dengan seragam biru muda itu tergambar jelas dalam pikirannya.

Tenza benar benar tidak menyangka bahwa dia akan melupakan sesuatu yang penting hanya karena sebuah pertanyaan biasa yang dia tanyakan. Tenza hanya bisa menyalahkan dirinya yang ceroboh itu.

Tenza mengangkat kepalanya, memberikan ruang lebih kepada Reina yang masih menulis. Tenza memejamkan mata serta menghela nafas, mengatur kembali emosinya agar tidak terlalu berlebihan. Lalu membuka kembali matanya.

"Apakah kalian mengisi formulir yang diberikan tanpa pikir panjang?" Satu pertanyaan muncul dibenaknya, tanpa pikir panjang Tenza lagsung mengutarakannya dan menanyakan kepada mereka berdua.

"Jika yang ditanya adalah siapa yang 'tanpa pikir panjang' mengisi formulir itu sudah jelas Alex bukan?"

Alex menanggapinya, mendengar perkataaan Reina membuat dia sedikit tersinggung.

"Tunggu.. Kenapa Aku?" Alex meninggikan suaranya terhadap Reina, memecahkan suasana kelas yang hening.

Tenza tiba tiba tersenyum dan sedikit tertawa. Tangannya menutup mulutnya demi menahan tawaan yang merendahkan Alex.

"Tunggu dulu...Kenapa kau tertawa?" Alex menepuk pundak Tenza, mendorong dan menariknya. Dirinya merasa saat ini sedang dipermainkan.

"Itu karena memang benar." Tenza masih menutup mulutnya, berbicara tersendat menahan tawanya agar tidak pecah.

"Tunggu apa yang benar?"

"Bukannya kau sendiri yang mengatakan kalau kau ingin memiliki novel yang ditulis oleh penulis dari seluruh dunia?" Kata Reina

"Yahh memang benar, lalu kenapa?"

Alex membenarkan perkataan Reina, terlihat bibirnya membentuk sebuah lengkungan senyuman. Tenza memang belum terlalu mengenal Reina. Tetapi ada satu hal yaitu ketika Reina mengerjakan bukunya, sifatnya yang ceria akan berubah menjadi dingin.

Tapi entah kenapa saat ini perempuan berambut coklat terang tersebut terlihat ceria sama seperti ketika dia sedang tidak menulis bukunya.

Terdengar suara pintu terbuka ketika mereka bertiga menikmati perbincangan mereka, Suara pintu itu berhasil memecahkan suasana dan membuat mereka bertiga mengganti posisi pandangan mereka menjadi ke arah suara.

"Aku tahu pagi hari adalah waktu untuk bersemangat, akan tetapi jangan tinggalkan aku sendiri terhadap pembicaraan kalian."

Itu adalah michiko. Seorang perempuan berdarah jepang dengan rambut pendek hitamnya yang dia tata menjadi sedikit keriting. Di kepalanya terdapat sebuah jepit rambut berwarna kuning berbentuk bunga matahari yang dia letakan dibagian kiri rambutnya, berfungsi untuk menjepit poni bagian kirinya dan membiarkan poni sebelah kanannya tergerai. Gaya rambut seperti itu sebelumnya pernah banyak digemari.

"Ohh..Hai Michi"

Michiko mengangkat tangannya dengan tersenyum dan melambaikan tangan untuk menjawab sapaan manis dari Reina. mereka berdua dan anak perempuan yang lainnya benar benar dekat.

Mengenakan seragam yang sama dengan mereka bertiga, dia berjalan menuju dimana tempat duduknya berada. Tepatnya berada di depan kanan Tenza, atau berada di paling depan nomor dua dari kanan.

Tenza pernah menanyakan Michiko tentang 'tujuan' nya berada di Elikya.

Michiko mengatakan bahwa dia ingin meningkatkan kemampuan menggambarnya. Sehingga dia diberikan kelas seni.

"Reina menulis naskanya dan Michiko yang akan menggambarnya menjadi sebuah komik. Aku yakin kalian akan menjadi kolega terbaik suatu saat nanti." Itulah yang pernah dikatakan Alex.

Tenza pernah berpikir untuk memilih tujuan yang sama atau berhubungan dengan teman sekelasnya agar suatu saat Tenza dapat berkerja bersama dengan temannya.

Akan tetapi mengingat 'tujuan' yang temannya pilih benar benar tidak ada yang cocok dengan dirinya.

Reina ingin menjadi penulis. Tenza tidak tahu apakah dia dapat membuat karya yang bagus atau tidak. lagi pula apakah seorang penulis membutuhkan kolega?

Alex ingin menjadi pemilik toko buku. Yang dapat Tenza lakukan hanya akan menjadi bawahannya, mungkin seperti seorang kasir.

Niklas ingin menjadi seorang ilmuan. Mengingat murid yang paling pintar tersebut ingin menjadi ilmuan sudah tentu tidak akan cocok dengan Tenza yang kepintarannya seperti membandingkan ukuran biji semangka dengan buahnya.

Nick ingin menjadi pengacara seperti kedua orang tuanya. Apakah pengecara membutuhkan seorang kolega?

Elena ingin menjadi seorang penyanyi. Untuk masalah itu jangan tanyakan nyanyian Tenza seperti apa.

Michiko ingin meningkatkan keahlian gambarnya. Sudah tentu Tenza tidak dapat menandinginya. Yang pada dasarnya Tenza memang tidak bisa menggambar.

Dan untuk Youra dan ning, Tenza lupa dengan tujuan mereka. Tenza tidak berhasil mengingat semua tujuan teman temannya.

***

Saat ini pukul 07.20

Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi dan semua murid telah datang termasuk Chad. Tenza tidak tahu apakah teman sekelasnya yang berkulit hitam itu sering terlambat sekolah atau tidak.

Sekali lagi sama seperti kemarin, kelas ini menciptakan sesuatu yang namanya Kelompok.

Di dalam kelas ini akan tercipta 2 perkumpulan ketika setengah jumlah dari seluruh murid telah datang. Itulah penilaian Tenza yang baru mulai bersekolah disini kemarin.

Sekali lagi terdapat 2 perkumpulan. Yaitu perkumpulan laki laki dan perkumpulan perempuan. Tentu saja Tenza berada di perkumpulan laki laki yang anggotanya adalah Alex, Niklas, Nick dan dirinya. Chad hanya berada di tempat duduknya, menyilangkan tangannya di meja dan menjadikannya sebagai bantalan untuk tidur.

Saat ini di perkumpulan laki laki. Alex sedang memamerkan buku yang kemarin malam dia beli di toko buku. Buku yang cukup tebal bagi Tenza.

Tenza hanya dapat menyimak apa yang mereka bertiga bicarakan. Mereka membicarakan tentang pengarang, sinopsis dan hal hal apa saja yang berhubungan dengan buku.

Tenza tidak dapat mengikuti pembicaraan mereka, karena dia tidak pernah membeli buku yang tebal nya 3 senti atau lebih. Selain membahas tentang buku mereka berempat juga membahas tempat tempat yang cukup bagus yang telah mereka kunjungi. Percakapan itu dimulai ketika Alex mengatakan tempat dimana dia membeli buku itu, lalu dilanjutkan dengan Niklas yang ingat bahwa tidak jauh dari sana terdapat sebuah tempat bernama 'Game Center'.

"Kau pasti pergi ke tempat itu sebelum membeli buku." Tuduh Alex, menyipitkan matanya, seakan akan sedang membokar sebuah rahasia.

"Tidak sopan!...Tentu saja aku tidak pergi kesana. aku langsung kembali ke rumah dan membaca buku ini."

"Benarkah?" Alex menyeringai, menggoda Alex yang pada dasarnya sangat mudah untuk digoda.

Di dalam hatinya Tenza merasa sedikit iri mengingat bahwa dia baru datang ke Elikya yang seharusnya 1 minggu yang lalu bersama dengan yang lain.

Dan di perkumpulan perempuan, Tenza mendengar bahwa mereka sedang membandingkan suatu benda yang namanya adalah Calvin Klein dan Guerlain Shalimar . Mereka membandingkan harga yang mana yang paling murah, Tampilan mana yang paling cantik dan yang mana yang paling wangi diantara keduanya tersebut. Tenza benar benar tidak mengerti apa yang mereka sedang bahas, apakah itu boneka? atau aksesoris? yang pastinya yang mereka bicarakan adalah sesuatu yang sangat keperempuanan.

Dibandingkan dengan yang di bicarakan oleh perkumpulan laki laki, yang lebih sulit untuk dicerna oleh Tenza adalah yang dibicarakan oleh perkumpulan perempuan dan Tenza tidak tertarik dengan yang mereka bicarakan.

'Aku benar benar seperti orang kampung disini' Pikir Tenza.

"...Sifat tokoh utamanya bukankah seperti aku?"

Alex membusungkan dadanya, membanggakan sesuatu yang tidak dia miliki.

"Aku rasa kau masih bermimpi Al..."

"Enak yahh...jadi kalian."

Kata Tenza memotong perkataan Nick yang jika dikatakan dengan kejam, sedang ingin menghancurkan mimpi dari seorang Alex.

Ketiga anak laki laki itu terdiam, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Tenza yang sedang menyilangkan tangannya diatas meja sebagai bantal untuk kepalanya. Hampir sama seperti yang dilakukan Chad.

"Kalian sudah berada disini sejak seminggu yang lalu sedangkan aku tidak. Aku bahkan hampir tersesat ketika pergi ke sekolah ketika tidak bersama Reina."

"Bukankah di smartphone mu ada aplikasi itu?" Tanya Nick.

"Ya aku tahu, hanya saja aku lupa saat itu."

"bukankan sudah jelas itu salahmu sendiri?"

"Ya...aku juga tahu itu."

"Jadi dimana masalahnya?" Niklas bertanya kepada Tenza tentang keluh kesahnya.

"Sejujurnya aku sedikit iri. Kalian tahukan hanya aku yang belum mengetahui tempat tempat yang menarik disini. Jadi yang bisa aku lakukan hanyalah diam dirumah di tambah rasa pusing akibat dari efek Jet Lag ini yang masih belum hilang."

Tenza menyentuh dahinya, berharap efek jet lag ini akan menghilang dengan sendirinya secepatnya.

"Yahh aku tidak mendapatkan efek jet lag itu sih..."

"Kalau Begitu!!"

Alex berdiri, wajahnya penuh dengan semangat dan tekad. Alex melihat ke segala sisi ruangan. Terdapat 10 orang disini termasuk dirinya, 5 laki laki dan 5 perempuan. Kemudia dia menghirup udara penuh dengan kuat demi menyampaikan sesuatu yang ingin dia sampaikan kepada semua orang yang ada dikelas ini.

"Semuanya..." Alex meninggikan suaranya, terdengar keras hingga keluar.

Tiba tiba suasana menjadi hening. Semua orang mengubah pandangannya kearah laki laki berambut pirang tersebut. Laki laki itu tersenyum dengan tekad yang melimpah pada dirinya.

"Bagaimana setelah selesai jam sekolah, Kita semua pergi ke ETP*"

"Jam 12 ini?" Tanya Michiko sambil mengangkat tangan kanannya.

Alex hanya perlu mengangguk untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh perempuan itu.

'Mendadak sekali!!!' Pikir Tenza.

"Maaf hari ini aku tidak bisa, aku harus menyelesaikan tugas menggambarku." Michiko masih mengangkat tangannya.

"Kalau begitu, bagaimana dengan besok?" Tanya Alex cepat, seketika tampak mata Michiko yang berpaling sedikit berpikir lalu menatap Alex.

"Tentu aku bisa."

"Tetapi apakah pak Leaone akan mengizinkan?" Sekarang Elena mengangkat tangannya menyusul Michiko yang sedang menurunkan tangannya setelah pertanyaannya dijawab oleh Alex.

"Ehh itu..." Alex tersendat tidak tahu harus menjawab apa.

"Masalah itu biar aku yang pergi meminta izin dari pak Leone."

Orang yang menjawab itu adalah Nick. Di kelas ini orang yang paling pandai berbicara tentu saja adalah dia.

Dia merupakan keturunan dari dua orang yang memiliki keahlian dalam berbicara dan memiliki pekerjaan sebagai pengacara. Banyak yang mengatakan bahwa Nick akan menjadi pengacara muda yang lebih hebat dengan mudah dari kedua orang tuanya.

"Whoaah...itu ide bagus." Alex mengacungkan kedua telunjuknya kepada Nick menggunakan kedua tangannya sambil menggerakan kedua tangannya maju mundur bergantian.

Kelas ini benar benar mempunyai senjata hidup. Dan begitulah kejadiannya, setelah beberapa saat setelah kejadian tersebut bell masuk berbunyi dan mereka semua kembali ke tempat duduknya masing masing.

Pada Akhirnya Nick berhasil mendapatkan izin dari Pak Leone.

Semuanya sepakat akan pergi ke ETP besok siang jam 2 berkumpul di depan gerbang perumahan setelah pulang dan bersiap siap.

Semuanya pergi kecuali Chad.

Tenza tidak tahu harus bagaimana, dia merasa sangat gugup karena ini adalah pertama kalinya dia pergi bersenang senang bersama teman temannya.

Tanpa mengetahui, bahwa tidak ada hari esok untuknya.

Jadi seperti perkataan mu waktu akan kembali berjalan mundur saat tengah malam ini?

Aku tidak yakin tetapi memang saat itu waktu sudah terlalu malam sehingga seharusnya adalah waktu tidurku.

Jika hal itu benar benar akan terjadi, berarti kau benar benar dari masa depan? Begitukan.

Ya Aku akan merubah masa depan, masa depan dimana aku berhasil mencegah kepunahan manusia.