1 Bab 1.

- Nama sebelumnya Tabe Kyoko sebelum nikah, Haruka Kyoko. -

Wanita mana yang tak mau menjadi menantu orang kaya raya dan menjadi istri seorang pria yang tampan? Pastinya itu adalah idaman semua wanita di dunia ini. Ayah mertua dan Ibu mertua yang baik hati membuat kebahagiaan terasa lengkap namun disisi kebahagiaan itu ada sisi buruknya yaitu memiliki suami yang sadisme. Melakukan hubungan suami-istri yang begitu penuh penyiksaan seperti kelinci percobaan. Bersikap biasa saja seakan semua berjalan seperti seharusnya. Itulah yang Tabe Kyoko lakukan di hadapan mertuanya, berpura-pura hubungannya dengan sang suami begitu harmonis.

Ibu mertuanya adalah teman kedua orang tua Kyoko, ketika kedua orang tua Kyoko meninggal. Kyoko ditawari menjadi menantu, Kyoko menyetujui permintaan itu karena Kyoko menyukai Tabe Handa karena sikapnya begitu pendiam. Acara pernikahan dan pesta pernikahan di selenggarakan begitu meriah sampai-sampai Kyoko begitu bersyukur sangat dalam namun itu tak bertahan lama ketika malam pertamanya dimulai.

Honeymoon, yang seharusnya menjadi tempat memadu kasih malah menjadi awal penderitaan di pengalaman pertama Kyoko. Banyak luka bekas gigitan di tubuhnya walaupun ia bisa menutupi dengan pakaian yang ia pakai. Tabe Handa tak pernah puas jika belum membuat Kyoko sampai menangis setiap malam dan merintih menahan sakit. Kyoko terkadang bertanya-tanya dalam hatinya 'apakah semua wanita mengalami semua ini setiap malam?' Sang suami selalu pulang larut malam dan meminta yang ia inginkan. setelah pagi hari, sang suami pergi untuk bekerja dan pulang larut lagi dan meminta yang ia inginkan lagi. Semua terjadi berulang-ulang sampai Kyoko hafal jika sang suami pulang ia harus melakukan apa? Melayani itulah yang ada di dalam pikirannya Tabe Kyoko.

Tak pernah ada ucapan manis atau pun ungkapkan sayang dan cinta yang pernah terucap dari mulut suaminya. Sekali ada yang terucap hanya kata, 'lain kali kita coba yang lebih menarik.' Nada suara yang begitu datar dan tenang namun menyesakkan dada. Kyoko merasa semua ini begitu hampa karena kewajiban hanya memuaskan Tabe Handa setiap malam. Kyoko hanya merasa bahagia ketika bersama mertuanya dan adik suaminya. Mereka begitu baik dan selalu memuji masakan dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga begitu menakjubkan.

Handa tak pernah memuji masakan Kyoko, ketika sang ibu bertanya kepada Handa. 'Masakan Kyoko, sangat lezat, kan?' Handa hanya tersenyum dan menjawab, 'iya.' dengan suara nada datarnya.

Bukannya Tabe Kyoko tidak bersyukur namun ia ingin Tabe Handa memuji dengan tulus seperti suami yang memuji istrinya.

"Handa, ini tehnya." Kyoko meletakkan teh di meja ruangan kerja Handa.

"Terimakasih."

"Sama-sama."

Kyoko melihat layar laptop milik Handa, begitu banyak yang harus Handa selesai ketika ia menggantikan ayahnya sebagai pemilik perusahaan. Handa berhenti mengetik keyboard dan berkata, "apa kau tidak bosan menjadi istriku?"

Tabe Kyoko terkejut dan berkata, "maksudmu apa? Kenapa tanya yang seperti itu?"

Tabe Kyoko meninggikan nada suaranya karena pertanyaan Tabe Handa membuatnya marah.

"Aku hanya bertanya," balas Handa dengan singkat. "Tidurlah ini sudah malam."

"Iya," kata Kyoko, dan bergegas pergi. Perasaan takut mulai tumbuh dalam batin Kyoko karena ia takut kalau Handa telah bosan padanya, Kyoko berpikir seperti itu karena ia memiliki alasan yang begitu kuat. Alasannya adalah hubungan mereka berdua begitu hampa.

Sudah 2 bulan mereka menjadi suami-istri namun tak ada perasaan cinta muncul dalam hati. Tabe Kyoko tak mengerti kenapa perasaan yang dulu menyukai Tabe Handa semakin lama semakin menghilang karena ia merasa tidak bahagia. Setiap malam melayani suami dan menerima apapun yang akan dilakukan kepadanya. Perlakuan kasar Tabe Handa setiap malam terhadap Kyoko tak pernah berkurang bahkan semakin menjadi-jadi.

Suara desahan menyebut nama hanya di sambut dengan senyuman.

'Dia tersenyum,' gumam batin Tabe Kyoko.

Ketika Handa terlelap di sebelah Kyoko, Kyoko tak henti-hentinya memandang wajahnya Handa.

Kyoko mulai berkhayal bagaimana jadinya jika Tabe Handa mencintainya? Hanya bisa membayangkan dan sadar kalau semua itu tak akan pernah terjadi karena sang suami hanya ingin menidurinya saja. Jika kembali ke kenyataan itu terasa sangat menyakitkan sampai-sampai ingin menangis. "Kenapa kau belum tidur?" Kyoko yang mengira bahwa Handa telah pulas dalam mimpi ternyata hanya memejamkan matanya.

"Na-nanti, aku belum bisa tidur."

Memalingkan wajahnya dan kembali tidur. Kyoko hanya diam dan memandang dengan tatapannya yang sedih. Bulir air mata mengalir membasahi pipinya. Suara isakan pelan itu dapat Tabe Handa dengar dengan jelas namun ia tetap memejamkan matanya seakan tak peduli. Entah apa yang salah dengan Tabe Handa karena ia sangat menikmati suara isakan itu sebagai sesuatu yang terdengar merdu di telinganya.

Keesokan paginya, Tabe Kyoko menyiapkan makanan untuk sarapan pagi. Sang ibu mertua merasa sangat beruntung mendapatkan menantu yang sangat pintar memasak dan menangani semua pekerjaan rumah. Namun ibu mertua menyadari sesuatu kalau Kyoko terkadang terlihat sedih dan penyebab semua itu pasti Tabe Handa. Dengan berjalannya waktu semua mulai terlihat jelas kalau hubungan Kyoko dan Handa seperti tak pernah ada perkembangan. Mereka hanya berbincang secukupnya tanpa ada bumbu kemesraan atau candaan seperti halnya Tabe Satoru dan Tabe Mikoto. Ketika Mikoto menasehati Handa agar lebih perhatian terhadap istrinya. Handa hanya menjawab, 'iya, aku usahakan.' Mikoto merasa paling bersalah ketika mendengar ucapan Handa. Mikoto merasa bersalah karena Kyoko harusnya memiliki kehidupan rumah tangga yang penuh warna.

"Ibu cuma mau berpesan kepadamu, kalau suatu hari nanti, dia pergi jangan menyesal."

"Hnn," sahut Tabe Handa.

Mendesah pelan dan pergi. Mikoto tak tahu lagi harus bagaimana untuk menyadarkan anaknya. Menakuti dengan cara lama pun tak membuat Handa merasakan cemas. Ekspresi wajah yang tak peduli itu terkadang membuat Mikoto kesal terhadap anaknya sendiri. Memanglah Tabe Handa memiliki watak seperti ayahnya yang bersikap dingin namun Handa benar-benar sangat buruk karena sampai tak peduli seperti itu, jika dibandingkan dengan ayahnya, yang jauh lebih baik. Karena di balik sikap diamnya ada sisi lembut dan penuh perhatian tanpa orang lain ketahui. Peringatan Mikoto sebenarnya tak sepenuhnya Tabe Handa abaikan, tapi Handa percaya kalau istrinya tak akan pernah meninggalkan dirinya.

***

Tanpa terasa sudah 1 tahun pernikahan Tabe Handa dan Tabe Kyoko. Hubungan mereka berdua tak ada perubahan masih sama seperti pertama kali mereka menjadi suami-istri dengan hubungan yang hampa.

Kyoko masih tetap bahagia karena kedua mertuanya sangat baik padanya apalagi sosok adik Handa cukup baik, Tabe Kazuya yang remaja tanggung itu selalu bercanda dengan sikap.dewasanya.

"Nee-chan, aku sangat malas ke sekolah belakangan ini." Bocah SMP kelas 2 kini sedang mengeluh pada Kyoko

"Pasti karena masalah fans lagi, ya?"

"Benar..." Tabe Kazuya yang masih usia 12 tahun ini sangat pandai dan punya cara pikir orang dewasa. Dan memiliki ketertarikan yang aneh yaitu menyukai wanita yang lebih dewasa. Di balkon rumah memiliki 2 kursi berbahan besi dan kayu - 1 meja dengan bahan besi dan kaca. Obrolan mengenai fans yang aneh membuat Kazuya mulai bosan dan mengubah topik pembicaraan.

"Apa Nee-chan, pernah kencan sebelum menikah dengan Nii-chan?"

Kyoko meletakkan cangkir yang ia pegang ke meja kaca.

"Per, pertanyaanmu aneh sekali, Kazuya. Kamu tanya yang susah kujawab."

"Mmm...apa susahnya?"

"Ka, karena kamu masih kecil, aku mana bisa cerita soal hal dewasa padamu."

"Mmm...alasannya, Nee-chan saja.

Nee-chan, pasti belum pernah kencan."

"Ehem! Aku pernah kencan."

Kazuya sama sekali tidak percaya dengan ucapannya Kyoko, karena gelagatnya menunjukkan sebaliknya.

"Mm, bohong."

"Per-pernah, se-sekali"

"Ooh," sahut Kazuya lalu ia menyeruput teh. Kyoko mulai menceritakan masalalunya, ia yang tadinya tak ingin menceritakan masalah pribadinya sampai-sampai terpaksa cerita karena sikap Kazuya yang meragukan Kyoko.

"Gini-gini aku pernah di sukai cowok tampan yang lebih tua dariku-, beda 5 tahun." Dengan bangganya Tabe Kyoko menyombongkan diri.

"Hoo, berarti dia sangat tua, Nee-chan saja sudah 22 tahun."

"Terus, apa Nee-chan menyukainya?"

"Mmm, aku tidak bisa menjawabnya kalau kamu tanya begitu," kata Kyoko.

Tabe Kazuya sudah tahu jawaban yang terlihat dari ekspresi sedih Tabe Kyoko. Sepoi-sepoi angin musim gugur mengingatkan kembali kepada seseorang yang pernah menyatakan cinta. Kyoko jadi mengingat kejadian 2 tahun yang lalu, ia pernah dekat dengan seorang pria yang sangat baik dan selalu ada untuknya walaupun Kyoko tak pernah tahu apakah ia juga mencintainya seperti Pria itu mencintai dirinya.

Tabe Kyoko semakin mengingat dan ada kejadian yang telah ia lupakan - ciuman untuk pertama kali.

"Dia sahabatku yang paling berharga," gumam Kyoko, dan menyentuh bibirnya sendiri.

Kazuya hanya mengangkat alis kiri, dan berkata, "Nee-chan, sadar."

"Ah, maaf...aku malah melamun."

Diambang pintu masuk kamar, seorang pria dengan tatapannya yang tajam kini sedang mendengar obrolan Kyoko dan Kazuya. "Mau sampai kapan kalian ngobrol? Kazuya, Ayah memanggilmu."

Kazuya dan Kyoko menoleh ke arah asal suara. Mereka berdua tidak menyadari kehadiran Tabe Handa. Kazuya beranjak dari duduk lalu ia pamit kepada kyoko, Kyoko membalasnya dengan senyuman.

"Tumben sekali, kamu pulang siang."

"Mmm," sahut Handa.

Kyoko bisa menebak kenapa suaminya pulang awal. Melepas kan jas dan dasi sambil berkata, "hari ini kita lagi libur."

"Aku ingin itu sekarang."

"Hah? Sekarang? Kita sedang libur."

"Aku tidak ingin libur."

"Aku mengisi Bak mandi dulu, kamu mandi dulu terus istirahat." Kyoko mengabaikan Handa, dan bergegas menuju kamar mandi.

Selesai mengisi Bak mandi dengan air hangat, Tabe Kyoko keluar dari kamar mandi, ia melihat Handa sedang berbaring di tempat tidur. Duduk di tepi tempat tidur dan membangunkan, Handa agar segera mandi.

"Handa, bangun. Aku sudah selesai."

Tidak ada respon hanya dengkuran pelan yang membalas ucapannya Kyoko.

"Tumben cepat sekali sudah tidur."

Kyoko menekan pipi Handa dengan telunjuknya.

"Aku tidak pernah nyangka kalau kamu itu kasar." Kyoko mengetuk dahi Handa dengan ujung jari telunjuknya dan berkata, "penampilan ternyata bisa menipu."

Tabe Kyoko memalingkan wajahnya, melihat ke arah balkon. "Aku tinggal membereskan itu saja." Ketika Kyoko bangun dari tempat tidur sesuatu yang tidak menyenangkan ia rasakan. "Sstt...perutku..." Mengambil 2 cangkir teh, dan buru-buru menuju dapur untuk mencuci kedua cangkir yang ia bawa dan kembali ke kamar. "Haah...lelahnya..." Rasa nyeri di perutnya begitu menyiksa, Kyoko memutuskan untuk tidur di sebelahnya Handa. Posisi tidur Fetal merupakan tidur dengan posisi menyamping, dengan menekuk kaki dan tangan menyerupai posisi bayi di dalam kandungan. Kyoko memandang dengan mata yang berkaca-kaca, Handa hanya tersenyum ketika melihat tingkah Kyoko. Sang suami yang telah bangun itu hanya melihat sambil tersenyum tanpa berbuat apapun. "Sakit?" Tabe Kyoko membalas dengan menganggukkan kepala. Tabe Handa kembali memejamkan matanya, mengabaikan Kyoko seperti biasa. Tanpa berpikir untuk kedua kali, Kyoko mengambil guling dan menimpuk Handa, dengan guling yang ia pegang ( Bugh.) Tak ada respon dari Handa, Kyoko kembali menimpuknya untuk kedua kali.

"Cepat mandi! Aku mau tidur sendirian!"

Refleks membuka mata karena terkejut, untuk kali pertama, Tabe Handa mendengar nada bicara Tabe Kyoko yang kasar dan lantang. Dengan polosnya Handa menurut dan menuju kamar mandi. Kyoko memeluk guling, ia baru sadar telah melakukan yang tak seharusnya dan anehnya, Handa tidak marah dengan hal itu.

Bersyukur sang suami tidak marah, Kyoko mulai memejamkan mata ketika mulai terlelap ia merasa nyeri di perutnya, yang membuyarkan rasa nyamannya. "Aduh..."

Untuk pertama kali Handa diam saja diperlakuan seperti itu. Mengalah untuk kali ini mungkin tidak masalah bagi Handa. Biasanya Handa tidak peduli dengan keadaan Kyoko namun beberapa hari kebelakang, ia mulai cemas dengan istrinya. Seorang istri yang mengurusnya dan segalanya yang ada di rumah. Berendam sambil melamun yang Tabe Handa lakukan walaupun air hangat di Bak mandi sudah tidak hangat lagi namun ia memilih untuk berendam dahulu.

"Dia mulai berani sekarang."

Sementara di ruangan keluarga, Tabe Satoru dan Mikoto sedang membicarakan masalah cucu, calon anak Handa dan Kyoko kelak.

Tabe Kazuya yang ditipu oleh Handa yang sebelumnya bilang kalau Kazuya dipanggil oleh ayahnya ternyata hanya kebohongan, Kazuya masih merasa kesal dan bermain PS2 di kamarnya.

avataravatar
Next chapter