webnovel

EDEN - Kisah Dunia Fana (Original)

EDEN — DEUS EX MACHINA Rama hanyalah seorang anak sekolah dasar biasa yang kini telah mengetahui rahasia-rahasia dunia, dan semua itu terjadi berkat sahabatnya, Liel, seorang anak yang mampu membuat keajaiban. Berkat itu, Rama juga mengenal banyak orang aneh. Ada anak yang mampu terbang tinggi di angkasa, juga seorang yang bersaudara dengan seekor naga, dan bahkan gadis kecil yang berkeliaran membawa pedang. Namun, setelah dua tahun menjalani kehidupan damai yang penuh dengan keajaiban, sesuatu yang tak terduga akhirnya terjadi, dan karenanya Rama berkali-kali hampir kehilangan nyawanya. Menara itu muncul di tengah dunia manusia. Lalu, bocah yang amat biasa itu pun akhirnya jatuh ke dalam medan perang... "Keajaiban itu sama seperti sebuah belati cantik yang terbuat dari permata murni. Tapi, kan, pada akhirnya itu tetaplah sebuah belati, bukan? Itu tajam... Dan mampu mengiris nadimu." —Liel ________________________________ BOOK 2: KISAH-KISAH MEREKA Ini adalah kumpulan kisah dari mereka yang pernah melalui suatu perjalanan yang penuh akan sihir dan keajaiban. Ada yang berakhir bahagia dan penuh tawa, dan ada pula cerita yang harus berakhir menyedihkan dan penuh akan tragedi. Semuanya itu tertuang di dalam tulisan ini. Mungkin ini adalah kisah tentang seorang anak yang bisa terbang di langit. Atau tentang dirinya yang hidup bersama dengan para monster. Atau kisah tentang seorang anak titisan para Dewa. Dan mungkin juga kisah seorang yang mampu menciptakan kehidupan dan kematian. Atau mungkin juga kisah tentang seorang anak yang tak akan mati oleh waktu. Inilah kisah dari mereka yang terpilih, juga mereka yang tak terlihat. “Entah orang itu jahat atau baik, setidaknya ada satu titik dalam hidupnya, di mana orang itu memiliki pengalaman hebat dan paling ajaib yang pernah terjadi padanya. Sebuah kisah magis yang menakjubkan.” —Anima Allefren, seorang yang hidup dari “EDEN : Tangisan, Impian & Hiduplah” #FANTASEAS_UNIVERSE #EDEN_SIDE_STORY

KEVIN_ESP · Fantasy
Not enough ratings
63 Chs

Prajurit-Prajurit yang Tersembunyi

Hampir semua manusia menyukai hewan peliharaan, dan kebanyakan hewan yang dijadikan piaraan, adalah kucing dan anjing. Ya, tentu saja, ini sudah terlalu jelas. Namun, ada kebenaran yang disembunyikan oleh dunia ini. Mungkin tak ada manusia yang menyadarinya, tapi setengah dari populasi anjing dan kucing dunia ini, sebenarnya bukanlah kucing dan anjing biasa, karena mereka adalah prajurit.

Mata Anto yang kosong tertuju pada satu halaman dalam buku hariannya. Dia hanya sekedar membacanya saja, mengingat sekarang masih subuh, mungkin pukul empat, dan dia terbangun dengan perasaan ganjil yang luar biasa.

"Apa sih gunanya aku mengetahui kebenaran-kebenaran ini...?" Tanya Anto pada dirinya sendiri. Remaja bertubuh kurus dan berambut gondrong itu terlihat sangat bosan. Dia duduk di meja belajar yang berada tepat di depan jendela.

Ruangannya didominasi oleh kegelapan, hanya lampu di meja belajar saja yang menyala, memancarkan cahaya kuning yang hangat, dan di meja itu pula buku hariannya dibiarkan terbuka begitu saja. Anto menyanggah pipinya dengan tangan kanannya, membuat wajahnya terlihat bengkok.

Namun, tiba-tiba saja mata Anto menangkap kilatan cahaya di luar sana dari balik jendela. Dan anehnya, kilatan-kilatan itu tidak berhenti.

Anto langsung berdiri, dan berusaha memandang lebih jelas lagi.

Di langit, di atas daerah perumahan yang terletak lumayan jauh dari tempat tinggalnya, dia bisa melihat kilatan-kilatan dan ledakan-ledakan yang aneh memenuhi angkasa malam. Seakan-akan ada pertempuran di sana.

"Ada yang salah." Kata satu suara yang berasal tepat dari samping Anto.

Remaja itu menoleh dengan heran ke arah sumber suara. Yang barusan berbicara adalah seekor kucing jantan berbulu putih bersih dan bermata biru yang sudah berada di atas meja. Kucing piaraan Anto, Zarah,

"Apanya yang salah?" Tanya Anto sambil kembali memandang jendela.

"Kau ingat kan? Soal penjelasanku tentang makhluk-makhluk jahat yang lahir dari dosa manusia? Para dosa."

Anto mengangguk pada pertanyaan Zarah. Remaja itu tahu kalau dosa-dosa manusia bisa bangkit ke dalam wujud mengerikan, dan ingin melenyapkan umat manusia. Namun, untung saja ada orang-orang yang bisa menghentikan mereka, para prajurit dari dunia lain. Dan Zarah, kucingnya, merupakan salah satu dari mereka.

"Ini tidak wajar... Dosa yang ada di sana sangat kuat. Terlalu kuat malah." Zarah bergumam dengan nada serius yang belum pernah didengar Anto seumur hidupnya. "Aku harus memberitahu yang lain." Katanya lagi sambil melompat turun dari meja dan berjalan ke arah pintu.

"Loh! Kamu mau ke mana?" Tanya Anto terkejut.

"Aku harus ke sana. Kami harus bersiaga karena ada ketidakwajaran yang sedang terjadi sekarang ini."

"Eh! Aku ikut dong!"

"Ya, terserahlah. Dan jangan lupa pakai jaketmu!" Pekik Zarah sembari melompat membuka pintu dan keluar dari kamar.

Setelah Anto bersiap-siap, dia langsung pergi menuju ke dapur. Zarah sudah menunggu di situ, tepat di depan pintu menuju halaman belakang. Lalu, dengan pikiran yang kosong, Anto membuka pintu dengan perlahan, kemudian menutup pintu pelan-pelan, dan setelahnya, keduanya langsung berlari secepat mungkin meninggalkan rumah.

Hawa dingin memenuhi udara, dan langitnya masih gelap gulita. Nafas anto mengepul di udara dalam setiap langkahnya. Dia masih mengenakan pakaian tidur, dan jaket yang tidak terlalu tebal untuk berlindung dari angin dingin di pagi buta, tapi jelas itu tidak cukup.

Dalam perjalanannya menuju ke perumahan itu, terdengar pula suara denting pedang yang semakin keras, dan suara ledakan yang tak ada hentinya, dan bersamaan dengan itu, semakin banyak juga kucing dan anjing yang berdatangan, dan berlari menuju ke arah yang sama dengan Anto dan Zarah.

Tapi anehnya, tak ada manusia yang terganggu dengan itu. Mereka seakan tidak bisa mendengar suara denting pedang yang amat memekakkan telinga, dan suara kehancuran itu. Semua orang tetap masih terlelap dalam rumah mereka masing-masing.

Jujur saja, Anto tidak tahu harus memikirkan apa sekarang. Kakinya seolah bergerak sendiri. Rasanya memang agak seru dan menarik, tapi semakin dekat dia dengan perumahan itu, perasaannya malah menjadi semakin tidak enak. Mungkin karena dia hanya manusia.

Berbeda dengan kucing-kucing dan anjing-anjing ini yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan batu besar dengan mudah. Bahkan kenyataannya, mereka semua sebenarnya sudah pernah berperang sebelumnya.

Dulu Zarah pernah berkata, kalau mereka yang dikirim ke sini dari dunia lain, adalah orang-orang yang sudah pernah melalui peperangan.

Sebagai manusia, Anto juga memiliki ketertarikan dengan konflik dan masalah. Tapi peperangan? Anto sadar kalau itu sudah diluar batasannya. Remaja itu bahkan tidak pernah terlibat dalam kompetisi-kompetisi besar di sekolah. Bukannya tidak tertarik, semua itu terlihat sangat membosankan baginya.

Kalau hanya menyelesaikan soal yang diberikan guru, dia bisa melakukannya tanpa kesusahan. Itu terlalu mudah. Atau menyelesaikan perintah dari orang tuanya, dia lebih dari mampu untuk mengerjakannya. Toh dia juga sudah terbiasa.

Terkadang Anto sampai berpikir, mungkin dia lahir di dunia yang salah.

Dia selalu merasa, ada yang kurang di dunia ini, dan itu sangat mempengaruhinya.

"Jangan jauh-jauh dariku!" Teriak Zarah ketus ketika mereka sudah dekat dengan gerbang perumahan.

Tiba-tiba saja, ada cahaya putih yang membungkus tubuh Zarah, begitu juga dengan kucing dan anjing lainnya, lalu sepersekian detik kemudian, cahaya itu lenyap, dan mereka semua sudah berubah.

Tubuh kucing-kucing dan anjing-anjing itu membesar hingga setara dengan manusia dewasa. Mereka berubah. Ada yang berdiri tegap dengan dua kaki seperti manusia, juga ada yang memiliki empat kaki dan dua tangan pada tubuh bagian atas mereka. Dan, mereka juga mengenakan seragam aneh. Ada yang berlapis baja, dan ada pula yang hanya berpakaian kain dengan motif-motif rajutan.

Ada yang tampak seperti prajurit, dan ada yang tampak seperti penyihir.

Namun, di antara mereka, Zarah memiliki penampilan yang paling keren. Dia mengenakan baju baja lengkap di seluruh tubuhnya, serta memiliki jubah panjang berwarna putih di punggungnya, dan juga kapak putih raksasa di tangan kanan.

"Ini Kode Hitam... Kalian semua! Utamakan keselamatan manusia di sini! Lakukan segera!" Seru Zarah dengan suara lantang. "Bawa semua manusia pergi dari sini dengan segala cara!"

Anjing-anjing dan kucing-kucing yang sudah berubah langsung mengangguk mengikuti perintah Zarah, dan segera melesat ke segala penjuru, dengan kecepatan yang hampir tak bisa diikuti oleh mata Anto.

"Hey! Minggir!" Terdengar suara teriakan dari langit, dan tampak pula ada sesuatu yang tengah melesat ke arah Anto dengan sangat cepat.

"Eh!?" Anto sebenarnya tidak bisa menghindar, tapi Zarah segera mengangkat remaja itu dan sukses menghindari seseorang yang terbang ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Atau tepatnya, terlempar.

Sosok itu menabrak bagian atas gerbang sampai hancur, dan mendarat dengan sangat keras tepat di tempat Anto berdiri tadi, sampai-sampai tercipta pula sebuah lubang besar. Tapi, sosok itu kembali bangkit dengan cepat, seakan tidak terjadi apa-apa.

"Loh, Fira!?"

Anto sangat terkejut saat melihat sosok gadis itu. Dari tampangnya dia mungkin masih SMA, tapi Anto sungguh tidak tahu harus berkata apa. Bisa-bisanya seorang gadis muda seperti dia harus terlibat dalam pertempuran seperti ini.

"Eh? Pak Zarah? Dan... kenapa bisa ada manusia di sini?" Tanya gadis bermata ungu itu. Dia menggenggam pedang yang juga berwarna ungu di tangannya. Walau parasnya cantik, tapi gadis itu terlihat sangat berantakan.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Zarah.

"Ah! A-aku juga nggak tahu. Tadi setelah kami hampir berhasil menutup lubang hitam itu, tiba-tiba saja dosa yang ukurannya sangat besar keluar dari situ, dan dia sangat-sangat kuat!" Jelas gadis itu.

"Dan bagaimana dengan yang lainnya...?" Tanya Zarah hampir berbisik.

Gadis itu hanya tersenyum kecil dan menggeleng pelan.

"Awas, Kak!" Seru Anto sambil menunjuk ke arah sesuatu yang melayang di atas.

Itu adalah sesosok makhluk hitam bertubuh raksasa dan bertampang sangat mengerikan. Sosok itu tiba-tiba menerjang ke arah si gadis bagaikan guntur yang menyambar bumi, hingga menciptakan kehancuran yang lebih dahsyat, dan membuat tanah kembali berguncang, dan debu-debu berterbangan dengan liar. Tapi untung saja gadis itu berhasil menghindar. Dia melompat mundur sangat jauh.

Akan tetapi, monster itu tidak berhenti, sosok itu keluar dari kepulan debu dan melesat ke arah gadis itu tanpa ampun. Makhluk itu menyerang dengan tinjunya yang sebesar manusia, tapi gadis itu menahannya dengan pedangnya.

"Agni! Geminus! Triplici! Altum!" Api tiba-tiba muncul menyelimuti pedang gadis itu. Dia menarik pedangnya dengan kecepatan kilat, lalu menebas ke depan hingga menciptakan sayatan api yang menyebar, namun sayangnya makhluk itu juga berhasil menghindarinya. "Sialan! Padahal tubuhnya gede banget! Tapi kok gerakannya malah cepat banget sih!?"

"Nyxia!" Kali ini bukan api biasa yang muncul di pedang itu, melainkan api berwarna ungu gelap. Api itu membesar dan membungkus seluruh pedang itu hingga membuat senjata terlihat lebih besar dan dahsyat.

"Eh... kau nggak mau membantunya?" Tanya Anto pada Zarah.

"Tentu saja aku ingin membantunya, tapi serangan ini adalah penentuan. Jika nyala Pusaka Bintang tidak berhasil membunuhnya, maka satu-satunya yang harus kita lakukan, adalah lari dan memastikan manusia aman."

"Kayaknya nggak ada cara lain deh! Jadi, coba kau tahan ini!" Teriak gadis itu sambil melemparkan pedangnya dengan sekuat tenaga ke arah si monster hitam.

Namun sayangnya, serangan itu juga berhasil ditahan mentah-mentah oleh si monster. Makhluk itu bahkan hanya menggunakan tangan kosong.

Mata Zarah dan Fira seketika membelalak, dan semuanya menjadi hening.

Anto memandang wajah gadis itu. Dia tampak hanya bisa pasrah. Fira lalu menoleh ke arah Zarah dan mengangguk.

"Apa maksudnya?"

Zarah yang mengerti isyarat itu langsung balas mengangguk. Dengan tangannya yang kekar, dia mengangkat Anto ke atas punggungnya dengan mudah. "Pegangan yang erat." Katanya.

Anto yang masih bertukar pandang dengan gadis itu langsung menjadi panik. Gadis itu masih berdiri di sana, dan tersenyum. "Tunggu! Apa yang kau lakukan! Bagaimana dengan dia—" Akan tetapi, perkataan Anto terhenti kala ia melihat sebuah pedang—pedang milik Fira sendiri—tiba-tiba menancap di perut gadis itu.  "Tidak... "

Rasa takut yang teramat sangat merasuk ke dalam diri pemuda itu. Sekujur tubuhnya merinding, matanya membuka lebar, wajahnya berangsur berubah pucat, nafasnya terasa sesak, dan dia merasa sangat lemas. Anto memang tidak mengenal Fira, tapi, entah kenapa dia merasa sangat kesakitan melihat pemandangan itu.

"Maafkan aku... Keselamatan manusia adalah yang utama. Walau nyawa kami menjadi taruhannya, itu tak mengapa." Jelas Zarah.

Namun, mata Anto masih tertuju pada tubuh si gadis yang sekarang telah terbaring tak berdaya di tanah. Air matanya hampir jatuh.

Dia tak bisa menerima kenyataan ini. Ini terlalu berlebihan dan tidak adil.

"Bagi kami, manusia adalah hal yang paling penting... bahkan, nyawa satu manusia lebih berharga dibanding nyawa seribu Rakyat Dunia Lain. Begitulah kenyataannya..." Bisik Zarah yang tetap menatap lurus kedepan. "Mungkin... itulah yang membuatku sangat benci dengan manusia."

Anto tenggelam dalam pikirannya.

"Tunggu... Jadi kamu ini nggak suka sama manusia?" Tanya Anto dengan mata yang masih terbuka lebar, seakan kelopaknya tidak mau menutup lagi. "Berarti... "

"Kalau kamu nggak lah. Kamu kan sudah aku anggap seperti anakku juga. Entah kenapa aku tidak bisa membencimu, bahkan sejak saat pertama kali aku melihatmu. Waktu kau memungutku... "

Namun, teman-teman Zarah yang lain—para kucing dan anjing dari dunia lain—tiba-tiba datang kembali setelah selesai mengevakuasi manusia di daerah itu. Sementara Zarah berlari menjauhi medan perang, teman-temannya malah melesat ke arah yang berlawanan, dan menyerbu raksasa hitam itu.

"Tunggu... apa yang mereka lakukan...?" Tanya Anto yang pasrah.

Pedang telah dihunuskan, tongkat-tongkat sihir terangkat, dan senjata-senjata api diarahkan ke arah perwujudan dari dosa itu. Satu per satu serangan dilancarkan, dari sayatan pedang yang menyala, berbagai mantra penghancur dilepaskan, serta rentetan tembakan.

Akan tetapi, semua itu tak berguna, dan Anto hanya melihatnya saja tanpa berbuat apa-apa. "Tidak..."

"Ya... kenyataannya, kebenaran seperti ini memang tidak seharusnya diketahui oleh manusia." Ujar Zarah.