webnovel

EDEN - Kisah Dunia Fana (Original)

EDEN — DEUS EX MACHINA Rama hanyalah seorang anak sekolah dasar biasa yang kini telah mengetahui rahasia-rahasia dunia, dan semua itu terjadi berkat sahabatnya, Liel, seorang anak yang mampu membuat keajaiban. Berkat itu, Rama juga mengenal banyak orang aneh. Ada anak yang mampu terbang tinggi di angkasa, juga seorang yang bersaudara dengan seekor naga, dan bahkan gadis kecil yang berkeliaran membawa pedang. Namun, setelah dua tahun menjalani kehidupan damai yang penuh dengan keajaiban, sesuatu yang tak terduga akhirnya terjadi, dan karenanya Rama berkali-kali hampir kehilangan nyawanya. Menara itu muncul di tengah dunia manusia. Lalu, bocah yang amat biasa itu pun akhirnya jatuh ke dalam medan perang... "Keajaiban itu sama seperti sebuah belati cantik yang terbuat dari permata murni. Tapi, kan, pada akhirnya itu tetaplah sebuah belati, bukan? Itu tajam... Dan mampu mengiris nadimu." —Liel ________________________________ BOOK 2: KISAH-KISAH MEREKA Ini adalah kumpulan kisah dari mereka yang pernah melalui suatu perjalanan yang penuh akan sihir dan keajaiban. Ada yang berakhir bahagia dan penuh tawa, dan ada pula cerita yang harus berakhir menyedihkan dan penuh akan tragedi. Semuanya itu tertuang di dalam tulisan ini. Mungkin ini adalah kisah tentang seorang anak yang bisa terbang di langit. Atau tentang dirinya yang hidup bersama dengan para monster. Atau kisah tentang seorang anak titisan para Dewa. Dan mungkin juga kisah seorang yang mampu menciptakan kehidupan dan kematian. Atau mungkin juga kisah tentang seorang anak yang tak akan mati oleh waktu. Inilah kisah dari mereka yang terpilih, juga mereka yang tak terlihat. “Entah orang itu jahat atau baik, setidaknya ada satu titik dalam hidupnya, di mana orang itu memiliki pengalaman hebat dan paling ajaib yang pernah terjadi padanya. Sebuah kisah magis yang menakjubkan.” —Anima Allefren, seorang yang hidup dari “EDEN : Tangisan, Impian & Hiduplah” #FANTASEAS_UNIVERSE #EDEN_SIDE_STORY

KEVIN_ESP · Fantasy
Not enough ratings
63 Chs

Antara Jawaban & Darah

Siska masih ingat aroma hangus yang memenuhi hidungnya waktu itu. Tepatnya tiga tahun lalu. Di tengah-tengah kemeriahan acara ulang tahun pamannya, tiba-tiba saja muncul cahaya menyilaukan yang diiringi suara dentuman yang membahana, dan dalam sekejap mata, semuanya seketika hancur lebur menjadi abu. Ibunya, kakaknya, ayahnya, seluruh keluarganya, dan bahkan rumahnya, semuanya lenyap tanpa sisa, kecuali dirinya.

Sungguh, malam yang seharusnya penuh dengan tawa dan kegembiraan, benar-benar telah berubah menjadi petaka yang membawa penderitaan abadi.

Siska tidak ingat bagaimana dia bisa selamat dari ledakan itu, padahal dia tengah bersama dengan kedua orang tuanya kala itu. Namun, saat Siska tersadar, ternyata dia sudah berada dalam ambulans dan masih dalam keadaan sehat. Dia bahkan tidak tergores sedikitpun.

Air matanya mengalir deras saat Siska memandang keluar jendela dan mendapati rumahnya masih diselimuti oleh amukkan api yang membara. Gadis kecil bermata hijau zamrud itu hanya bisa pasrah dan membiarkan wajahnya dibanjiri air mata.

"Waktu itu, aku benar-benar nggak tahu kenapa aku satu-satunya yang selamat dari kejadian itu, sedangkan ayah, ibu, dan yang lainnya mati... sampai-sampai mereka nggak bisa dikuburkan karena tak ada yang tersisa dari mereka. Tapi... sekarang aku benar-benar tahu alasannya."

Suara Siska menggema di ruangan yang amat luas itu. Di gedung yang sudah terbengkalai ini, Siska harus menerima kenyataan yang teramat sangat pahit untuk menemukan jawaban atas segalanya.

Di tempat itu, satu-satunya sumber cahaya berasal dari lubang besar yang ada di langit-langit. Cahaya mentari masuk dari situ, dan menyinari sosok pemuda yang berdiri di bawah, tepat di hadapan Siska.

"Setelah berkeliling hampir ke seluruh pelosok Indonesia untuk mencari petunjuk soal kejadian itu, akhirnya aku sampai di sini, dan petunjuk terakhirku membawaku tepat ke tempat ini... Jadi, karena aku sudah capek, sekarang aku akan bertanya." Siska membuka matanya dan menatap tajam pemuda berambut hitam pendek jabrik yang menggunakan baju zirah baja hitam di sekujur tubuhnya. "Bagaimana kakak bisa selamat waktu itu?"

Akan tetapi, pemuda itu tak kunjung menjawab, dan itu membuat gadis remaja itu jengkel setengah mati.

"Hey, kak! Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi waktu itu! Dan bagaimana bisa kakak ada di sini!? Cepat jawab!" Teriak Siska.

Namun sama seperti sebelumnya, pemuda itu hanya berdiri diam di sana, dengan mata yang juga terpaku ke arah Siska.

"Kak Ujang! Jawab aku sialan! Apa yang sudah kakak lakukan hah!?"

Setelah Siska melontarkan pertanyaan untuk yang kesekian kalinya, akhirnya mulut pemuda itu mulai sedikit bergerak. Awalnya Siska berpikir kalau pemuda itu akan menjawab pertanyaannya, tapi dia salah.

Pemuda itu tiba-tiba lenyap dari tempatnya begitu saja seakan terbawa oleh angin, dan dalam sekejap mata, dia sudah berada tepat di depan mata Siska, dan bersiap melancarkan tinjunya tepat ke arah wajah gadis itu.

Siska dengan cekatan menepukkan kedua telapak tangannya, dan memunculkan sesuatu; sebuah busur yang terbentuk dari cahaya biru. Dan dengan kecepatan yang sama seperti pemuda itu, Siska langsung menangkis tinju si pemuda menggunakan busurnya.

"Jangan menyebut nama itu di depanku... " Bisik pemuda itu.

"Tapi, kak!"

"Dan aku... sudah bukan kakakmu." Sesuatu kembali terjadi, dan ternyata, tinju pemuda itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang amat menyilaukan, lalu terciptalah suatu ledakan yang amat kuat.

Tapi, untung saja Siska sudah menyadarinya, dan sedari awal dia langsung melompat mundur sejauh mungkin agar tidak terkena ledakan itu.

Meski begitu, si pemuda tidak berhenti sampai disitu, dia kembali melesat bagai kilat dan menerjang ke arah Siska bagaikan guntur. Sedangkan Siska yang tak mau kalah, juga menghindari setiap tinju ledakan yang dilancarkan oleh pemuda itu dan sebisa mungkin membalas serangannya dengan menembakkan anak panah cahaya.

Keduanya bergerak terlalu cepat hingga hampir tak terlihat oleh mata. Mereka saling menyerang dengan liar di dalam gedung itu, meninggalkan ledakan yang menghancurkan dan anak panah yang menancap di mana-mana.

Saat Siska sudah berada di jarak yang agak jauh, dia langsung mengambil kuda-kuda untuk memanah, dan melepaskan banyak anak panah sekaligus dalam satu gerakan, namun, sayangnya serangan Siska tetap tak bisa menembus zirah baja yang dikenakan oleh pemuda itu.

Si pemuda dengan cepat memotong jarak di antara mereka, dan kembali muncul di hadapan Siska begitu saja. Siska buru-buru melompat tinggi ke udara dan kembali menembakkan anak panah, tapi pemuda itu dalam sekejap mata muncul lagi di depannya dan menyerang dengan tinjunya.

"Cih! Bukan hanya kakak yang mendapatkan anugerah dari Zeus! Aku juga mendapatkannya! Di malam yang sama saat keluarga kita mati! Sialan!"

Setelah beradu kekuatan dengan sangat sengit, Siska akhirnya berhasil menemukan celah, dia melesat ke ujung ruangan, sedangkan pemuda itu berada sekitar lima puluh meter di depan sana dan baru saja melubangi dinding di situ.

"Bisa-bisanya kakak menjual keluarga kita demi mendapatkan kekuatan! Dasar bodoh!" Siska langsung mengumpulkan tenaganya untuk menciptakan satu anak panah yang lebih kuat dari sebelumnya, kemudian melepaskannya.

Si pemuda yang tak sempat mengelak, akhirnya terkena tembakkan itu dan terciptalah ledakan yang amat dahsyat. Ya, serangan itu memang berhasil mengupas bagian atas zirah baja pemuda itu, tapi sayangnya itu tidak cukup untuk menembus kulitnya yang tebal.

"Aku juga punya alasan atas semua dosa yang kulakukan di masa lalu. Selalu ada alasan, dan aku yakin kau juga tahu itu." Jelas si pemuda. "Namun ketahuilah... kekuatan ini sudah menolong lebih banyak orang daripada yang kau tahu."

"Menolong apaan! Itu tak ada artinya kalau kakak mengorbankan keluarga kita! Kakak... sudah benar-benar keterlaluan." Siska menghela nafas dalam, lalu merapatkan kedua kakinya, dan berdiri tegak dengan posisi siap memanah. "Kalau kakak nggak mau memberitahu jawabannya, maka aku akan menggunakan cara kasar!"

"Ya, terserahlah."