1 Echoes Of the Past|GAoW2| [Prologue]

Hello semuanya.

Happy reading!

______________

"Kita sudahi saja hubungan kita sampai disini." Ucap Axton dengan serius.

Sarah berhenti tersenyum saat pria yang telah menjadi kekasihnya selama beberapa bulan belakang ini mengatakan sesuatu yang tidak pernah terlintas di pikirannya selama ini. kedua matanya yang berwarna coklat milik wanita itu terlihat sedikit bergetar begitu juga dengan bibir tipis merah muda nya.

Sedangkan pria itu. Pria yang bernama Axton itu hanya terdiam tanpa berekspresi seperti orang asing yang baru pertama kali bertemu dengannya. Sarah tidak mengerti kenapa pria itu tiba-tiba ingin berpisah dengannya karena selama ini hubungan mereka baik-baik saja.

"Kenapa?." Tanya Sarah dengan ekspresi wajah yang terkejut.

Axton hanya terdiam sambil menatap Sarah dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebenarnya banyak hal yang ingin pria itu sampaikan pada wanita itu namun mulutnya tidak mampu lagi untuk mengucapkan kata-kata yang mungkin dapat menghancurkan perasaan wanita itu lebih dalam lagi.

"Aku tanya kenapa?!." Tanya Sarah sekali lagi dengan suara yang lebih kencang.

"Kita tidak cocok untuk bersama." Jawab Axton dengan wajah datarnya.

Kedua mata Sarah mulai berkaca-kaca. Wanita itu tidak menyangka kalau pria yang selama ini dia cintai dengan sepenuh hatinya dan bersusah payah untuk dia dapatkan pada akhirnya malah meninggalkannya dan mengatakan kalau mereka tidak cocok untuk bersama.

Lantas apa arti kebersamaan mereka selama ini?. Empat tahun bukanlah waktu yang singkat untuk bersama dan sekarang pria itu malah mengatakan mereka tidak cocok untuk bersama. Lantas kenapa kita harus memulai kalau pada akhirnya berpisah dengan alasan tidak cocok?.

"Jangan bercanda, Ax." Ucap Sarah tidak percaya.

"Apa aku pernah bercanda denganmu?." Tanya Axton dengan dingin.

"Kamu pasti masih lelah dengan ujian yang baru saja kita lewati tadi. Kita pulang dulu lalu membicarakan hal ini di rumahmu ya?." Ucap Sarah sambil tersenyum getir.

"Aku tidak lelah dan aku tidak sedang bercanda. Aku sangat serius sekarang." Jawab Axton dengan wajah seriusnya.

"Kamu benar-benar mau meninggalkan aku, Ax?." Tanya Sarah sambil menatap Axton dengan tatapan sedih.

"Iya." Jawab Axton dengan serius.

"Kamu benar-benar mau berpisah denganku, Ax?." Tanya Sarah dengan mata yang berkaca-kaca.

"Iya." Jawab Axton sekali lagi dengan serius.

"Kamu bilang kamu mencintaiku dan tidak bisa jauh dariku!. Tapi kenapa sekarang kamu mau kita berpisah?!. Apa aku melakukan kesalahan yang tidak kau sukai?!. Katakan padaku apa kesalahanku!. Aku akan memperbaikinya!."

Sarah menatap Axton dengan tatapan sedih. Dia ingin marah dan menangis dengan sekeras-kerasnya di hadapan pria itu namun saat melihat kesungguhan di mata Axton air matanya kembali masuk ke dalam kedua matanya. 

Hatinya memang terasa sangat sakit namun mulutnya tidak mampu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan untuk pria itu. Rasa cintanya terlalu besar dan dalam sehingga untuk marah saja dia tidak sanggup. Apa cinta harus sesakit ini?.

"Aku tidak suka wanita yang terlalu mengejar-ngejar pria seperti mu." Ucap Axton dengan wajah dinginnya.

"Kamu menganggap aku wanita seperti itu selama ini?." Tanya Sarah dengan suara yang mulai bergetar.

"Aku sudah bilang padamu dari awal kan?. Aku tidak suka wanita yang suka mengejar-ngejar pria seperti yang selama ini kau lakukan." Jawab Axton dengan serius.

"Wanita itu harus punya harga diri yang tinggi." Ucap Axton lagi dengan nada yang dingin.

Sarah menundukkan kepalanya ke bawah sambil menahan air matanya yang terus mendesak ingin keluar dari kedua matanya. Hatinya terasa sangat sakit dan terasa seperti tertusuk ratusan jarum yang sangat tajam lalu tercabik-cabik menjadi ribuan keping berbentuk kecil.

Sarah mengusap air matanya yang jatuh ke atas pipinya. Dia pikir pria itu sudah berubah dan tulus padanya tapi nyatanya pria itu masih tetap sama seperti pertama kali mereka bertemu. Pria itu tetap dingin dan tak tersentuh. Terasa sangat jauh dan tak mungkin untuk digapai.

Awalnya Sarah pikir Axton adalah pria yang mungkin akan menjadi belahan jiwanya yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Saat melihat Axton untuk pertama kalinya, Sarah merasa ada sebuah getaran yang menggetarkan jiwa dan raganya jadi dia memutuskan untuk mengejar pria itu sampai dia mendapatkan hati pria itu.

Namun sepertinya semua usaha nya selama ini tidak berhasil dan berakhir sia-sia. Karena pada akhirnya hanya dirinya yang merasakan getaran itu dan mencintai pria itu sendirian. Sekarang dia akan menyerah untuk selamanya.

"Baiklah." Ucap Sarah dengan tegar.

Sarah menatap pria itu dengan tatapan mata yang serius. Dari awal dia memang sudah siap jika suatu hari pria itu pergi meninggalkannya karena dari awal Sarah sudah tahu kalau dia tidak akan pernah bisa mendapatkan hati pria itu.

"Mari kita akhiri hubungan kita sampai disini." Ucap Sarah dengan suara yang sedikit bergetar.

"Terima kasih atas kebaikan hatimu mau bersama denganku sampai detik ini. Semoga kamu menemukan wanita yang jauh lebih baik dan memiliki harga diri yang sangat tinggi." Ucap Sarah lagi dengan kedua mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Terima kasih." Ucap Axton dengan wajah datarnya.

"Selamat tinggal." Ucap Sarah dengan singkat.

Sarah berdiri tanpa ragu lalu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan pria itu sendirian. Kisah mereka kini telah usai sekarang dan mungkin mereka tidak akan pernah bisa bertemu lagi nanti karena pintu hatinya sudah tertutup rapat sekarang.

Sarah memang sangat mencintai pria itu namun jika mereka tidak ditakdirkan untuk bersama dia bisa apa?. Sarah mengusap air matanya yang terus berjatuhan. Bodoh. Kenapa juga dia harus menangis karena pria brengsek itu?.

"Taksi!." Teriak Sarah saat dia sudah berada di pinggir jalan raya.

Sarah masuk ke dalam mobil taksi itu dengan cepat tanpa berpikir dua kali lagi. Sopir taksi itu sedikit terlihat bingung karena Sarah terus menangis dengan kencang tanpa mengatakan kemana tujuannya.

"Maaf, nona. Kita mau kemana?." Tanya pria itu dengan canggung.

"HUAAA-... KEMANA SAJA, PAK." Jawab Sarah sambil menangis dengan keras.

"Baik, nona." Ucap pria itu dengan panik.

Rintik-rintik hujan mulai membasahi bumi secara perlahan-lahan seolah-olah langit turut bersedih untuk hati wanita itu yang baru saja patah berkeping-keping. Suara hujan yang semakin lama semakin terdengar keras turut menutupi suara tangisan pilu wanita itu.

Wanita yang bernama Sarah itu kini telah menyadari kalau cinta itu tidak selamanya berakhir dengan indah dan bahagia. Ada kalanya kita perlu merasakan sakitnya ditinggalkan agar kita lebih mengetahui apa itu arti dari cinta yang sebenarnya.

Terima kasih, Axton.

Kamu adalah kenangan terbaik yang pernah aku rasakan dalam hidupku dan terima kasih telah mau menjadi bagian dari kenangan terbaik itu. Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu sedetik saja. Karena tanpa kamu didalamnya, semua kenangan ku tidaklah berarti.

Kini selamat tinggal. 

Sang pemberi kenangan terbaik dalam hidupku.

________________

To be continuous.

avataravatar
Next chapter