1 Echoes Of Love|GAoW1| [1]

Aku kasih bonus bagian 1 deh..

Selamat membaca ya semoga suka.

Setelah ini mungkin bakal lama update karena aku mau ujian :(

Tapi doain aja aku pandai membagi waktu untuk semua kegiatan aku biar bisa cepat update :(.

Happy reading!

________

Seorang gadis berambut hitam kecoklatan berlari menyusuri jalanan padat kota New York. Kaki jenjang miliknya terus melangkah ke depan. Tidak peduli pada tumitnya yang mulai terasa pegal akibat high heels yang sebenarnya membuat badannya semakin terlihat bagus karena menjulang tinggi. Kedua matanya yang terlihat indah sesekali melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya yang kecil. Keringat pun juga sudah mulai menetes ke dahinya maupun ke badannya yang kurus.

Tatapan kagum orang yang melihatnya sama sekali tidak ia perdulikan. Tatapan mereka tidak lah penting. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana caranya agar ia dapat segera tiba di restaurant Echoes. Demi apapun dia sudah terlambat sekarang. Entah kenapa degan bodonya dia malah melupakan hari terpenting seperti hari ini. Hari dimana dia akan melakukan tes memasak yang akan langsung dicicipi oleh sang pemilik restaurant terbesar dan termahal di kota New York.

"Sedikit lagi sampai.." Gumam gadis itu sambil terus berlari setelah melihat restaurant mewah dan megah itu di ujung jalan.

Mulutnya terus melontarkan kata maaf pada orang yang tidak sengaja di tabraknya. Kalau kalian tanya kenapa tidak naik bus saja? Jawabannya adalah dia akan langsung di diskualifikasi karena tidak datang. Jadwal bus akan tiba 15 menit lagi dan sungguh dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk itu. Dan kenapa tidak naik taxi saja kan lebih cepat? Masalahnya adalah dia tidak punya cukup uang untuk membayar ongkos taxi yang begitu mahal. Menyedihkan bukan? Tapi itulah yang dinamakan sebuah kehidupan.

"Sorry miss." Ucap seorang pria muda yang tiba-tiba mencegahnya untuk masuk ke dalam restaurant.

langkah kakinya langsung terhenti ketika seorang security menghalangi jalan nya dengan tiba-tiba. Dia menatap pria itu dengan tatapan kesal sambil terus mengernyitkan dahinya. Apa pria itu tidak tau betapa buru-burunya dirinya sekarang?.

"Identity please." Ucap pria itu lagi.

Dia menghela napasnya kasar. Pria ini benar-benar tidak tau kalau dirinya sedang sangat terburu-buru sekarang. Dengan gerakan cepat wanita itu langsung mengeluarkan nomor peserta tes yang dia yakini sudah di mulai sekarang. Please god! Aku harap aku belum terlambat. Batin nya gelisah.

"Silahkan miss." Ucap pria itu setelah melihat kartu yang diberi Lova.

Aku langsung berlari menuju lift lalu menekan tombol lantai paling teratas secepat kilat. Sesekali aku menatap para pengunjung restaurant mewah itu yang menatap drinya dengan tatapan aneh. Aku beralih menatap pengunjung lainnya yang juga memakai pakaian mewah dan perhiasan mewah. Tanpa sadar aku malah memperhatikan pakaian ku yang bisa dibilang sangat sederhana. Aku sedikit menarik bibirku keatas lebih tepatnya sebuah senyuman masam. Walaupun aku bekerja setiap hari dan terus menabung. Aku tetap saja tidak akan mampu membeli satu lembar pakaian mewah seperti itu.

Aku kembali menatap interior yang ada di dalam restaurant ini. Tidak perlu diragukan lagi betapa mewah dan elegannya semua interior mewah yang ada didalam restaurant ini. 3 lampu crystal yang besar dan panjang tergantung di tengah lantai dasar ini. Lukisan-lukisan berseni tinggi yang aku yakini bernilai fantastis dibiarkan menggantung di setiap sisi dinding. Suasana classic yang begitu kental dan terasa membuat aku yakin kalau pemilik nya adalah orang yang punya selera tinggi akan segala hal yang berbau uang. Tentu saja karena hartanya yang aku yakini 100% tidak akan habis sampai 14 turunan. Oke aku mulai berlebihan. Tapi kenyataan nya memang seperti itu.

Ting!

Pintu lift terbuka lebar dan aku langsung memasuki lift yang terbuka lebar itu dengan cepat dan tak lama kemudian pintu itu tertutup rapat kembali. Aku meremas jari-jemari ku yang mulai terasa dingin dan berkeringat. Aku harap aku belum terlambat untuk mengikuti tes ini. Aku sangat berharap pada tes ini karena aku ingin hidup bebas setelah ini.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka lebar dan langsung menampilkan sebuah ruangan luas yang sudah diatur 20 meja dapur yang tertata rapi. Tanpa sadar aku malah membuka mulut ku karena terpana.

Baru pertama kali selama aku berada di dunia ini melihat dapur mewah seperti ini. Selama ini aku hanya memakai peralatan seadanya yang di tinggalkan mommy padaku. Tapi kini dengan mata kepalaku sendiri aku melihat peralatan masak yang bagus dan canggih. Awesome!

"Miss Jovanka Lovata?." Ucap seorang pria yang kini menatap Lova dengan tatapan bertanya.

Aku langsung tersadar lalu menatap seseorang yang memanggilku dengan mulut yang masih terbuka.

"Yes." Jawab Lova dengan cepat.

"Untung saja kau datang tepat waktu karena acara akan segera dimulai." Ucap pria itu dengan lega.

Aku menghembuskan napas ku lega. Jadi ternyata aku belum terlambat. Tidak sia-sia aku berlari seperti orang kesetanan tadi. Batinnya dalam hati.

"Meja mu nomor 2 dan ini apron milikmu." Ucap pria itu seraya memberikan satu apron putih kepada Lova.

Aku langsung mengambil apron itu dari tangannya lalu tersenyum kearah pria itu dengan ramah.

"Thank you, sir." Ucap Lova dengan sopan.

Aku berjalan kearah meja nomor 2 sembari menggulung rambut ku keatas. Setibanya disana aku langsung memasang apron yang sudah tertera nama ku di sebelah atas kanan nya.

"Baiklah tes memasak hari ini akan segera dimulai dan pastikan semua peserta yang ada disini sudah hadir dan siap." Ucap seorang pria yang terlihat sudah lumayan berumur.

Aku memasang sarung tangan karet pada kedua tanganku sambil terus memperhatikan arahan yang pria itu katakan. Aku yakin dia adalah manager di restaurant ini kalau dilihat dari pakaian formal yang dia kenakan.

"Tema masakan hari ini adalah kehangatan dari masakan rumah." Ucap pria itu lagi dengan bersemangat.

Aku hanya diam menanggapi tema itu sedangkan peserta lain mulai bergumam dengan kecewa.

Tanpa sadar aku mulai membayangkan mommy yang memasak di rumah kami dulu. Senyuman hangatnya yang menyentuh langsung dasar hati ku. Kelembutan gerakan tangannya ketika membuat makanan membuat kami dapat merasakan cinta yang ia salurkan di makanan nya. Aku menghela napasku dengan pelan. Semua kehangatan keluarga kecil kami telah sirna saat Tuhan mengambil mereka semua untuk kembali ke tempat asalnya. Ah ... aku jadi merindukan orang tua dan kakak ku.

"Ini adalah permintaan langsung dari pemilik restaurant Echoes. Kalau ada yang keberatan silahkan meninggalkan tes ini sekarang juga."

Semua peserta yang bergumam langsung diam seketika.

"Baiklah kalau tidak ada yang keberatan. Waktu memasak yang akan kita terapkan adalah 50 menit dan masakan kalian akan langsung di nilai oleh pemilik restaurant ini dan Mrs. Abhivandya." Ucap pria itu dengan bangga.

Aku mengerjapkan mataku. Kritikus makanan paling terkenal di New York juga dilibatkan di tes ini?. Holy shit!. Apa jadinya orang yang tidak punya latar pendidikan seperti dirinya ini.

"Jangan khawatir semua bahan sudah kami sediakan. Dari berbagai negara yang ada di dunia dan bahkan bahan yang langka sekalipun." Ucap pria itu menjelaskan lebih lanjut.

"Jadi jangan takut jika kalian akan kehabisan bahan masakan atau tidak mendapatkan bahan sesuai dengan keinginan kalian."

"Oke tanpa membuang waktu lagi. Saya akan menghitung mundur sebelum timer nya di aktifkan."

"3" Aku menelan ludahku dengan susah. Jantung sudah terpacu dengan sangat cepat.

"2" Aku menggigit bibir bawahku sambil memikirkan apa yang akan aku masak.

"1" Ah! Aku akan memasak menu itu!. Pikir Lova.

"Start"

_______

To be continuous.

avataravatar
Next chapter