3 NASIB YANG DI PHP

Tika lucu, habis ngambek malah minta dijajanin beli pakan kucing kesayangan dan kandang baru lebih besar. Tapi bukan cuma itu, dia juga minta di jajanin abang banyak makanan dan buku novel.

Abang cuma ngintilin dan gesek kartu, mengikuti saja tanpa komentar selagi adik manisnya tidak merengek ataupun ngambek berkepanjangan.

Tidak enak rasanya kalau tidak diributin Tika sehari saja, kaya kemarin ngambekkan dua hari mendiamkan Farhan. Padahal Farhan mau curhat kalau liat mantannya uplod poto dengan tangan saling membentuk love jadi ada yang nyeri didada melihat itu sedang dia masih belum punya pasangan buat sombongkan diri.

Jangan ikuti jalan abang, ya, teman-teman. Nggak baik, sama saja memanfaatkan pasangan kita yang sudah begitu memberi hatinya pada kita. Ternyata hanya untuk pamer sama mantan.

Nanti patah hati, situ mau tanggung jawab?.

Nggak kan. Yang ada melarikan diri iya. Terus saling menuduh karena tidak mau di angkat dalam masalah yang kamu tinggalkan.

"Abang, ini bagus gak?."

"Bagus, yaudah beli itu aja."

"Ih, tapi kayanya inimah bikin anak kucing molos. Warnanya juga nggak cocok sama warna bulu Miu."

"Ah..gimana kalau ini bang? Aku suka sama bantal tidurnya. Imuttt."Tika tunjuk lagi kandang kucing besar tingkat dua berwarna pink beserta tambahan bantal tidur kucingnya.

"Bagus, beli itu yang kamu suka."

"Ihhh, abang dari tadi bagus-bagus mulu. Udahlah mending balik aja."

Dengan itu Tika hengkang dari petshop berjalan dengan kesal. Abang aneh, dimintain pendapat dijawab semua dikata bagus.

Tapi itu juga pendapat sih, ya tapikan bilang apa kek selain bagus. Iya itu bagus tapi kandangnya kecil. Gitukan enak ada tapinya bukan bagus-bagus doank.

Lebih aneh lagi Tika. Sudah diberi jawaban malah ngambek lagi, ketimbang tidak dijawab, dicuekin.

Nanti panjang lagi masalahnya.

Dasar cewek!.

.

.

Di mobil keduanya diam, Tika masih marah tapi abang terlihat masa bodo. Walau sesekali melirik kearah Tika yang ogah noleh. Tapi abang malah menjelaskan tanpa ditanya ya Tika abaikan juga.

"Semua kandanganya kan bagus, makannya abang bilang bagus. Yang pakaikan Miu, jadi tergantung nyamannya si Miu dimana. Kenapa kamu yang cemberut gini? abang salah ya jawab bagus?."

Bodo abang, sudah tau perempuan itu membingungkan malah ditanya. Ya wasalam deh tidak dapat jawaban. Habis kadang si perempuannya juga tidak tau kenapa dia begitu.

Yang akhirnya abang bawa Tika ke tempat makan sate topcer dekat alun-alun kota menuju jalan pulang, tanpa kata abang turun diikuti Tika yang diam-diam menahan lapar tapi masih marah kaya kucing minta dielus-elus sayang.

"Pak, sate ayam 25 tusuk, sop daging 1 sama soto babat satu, nasi dua yang satu setengah ya pak."

"Siap den, kesini sama siapa toh?."

"Sama si Tika pak, biasa lagi ngambek. Makannya saya ajak makan sate ayam kesini" Lalu abang tertawa bersama pak Nana yang sudah kenal abang karena sering datang makan kesini tiap minggu.

"Tumben atuh, kemarin bawa pacar kenapa sekarang si Tika lagi yang dibawa?"

"Biasalah, yaudah. Saya duduk pak, buat yang enak sopnya. Awas aja kalau kagak, nama warung topcer tapi masakan kagak enak. Gue beli semua nanti satenya." Abis itu abang ngakak garing sama si bapak.

Tika mah apa atuh, masih dalam mode pura-pura marah tapi laper. Abang duduk didepan Tika yang sedang memainkan ponselnya, diabaikan abang jago satu ini. Abang juga diam-diam saja jadi Tika malas mengajak bicara biarkan saja sampai pesanan datang dan makan dalam diam tanpa obrolan seperti biasanya.

Eh tapi, setelah kenyang menghabiskan 17 tusuk sate dan satu mangkuk sop daging Tika tersenyum dan bilang.

"Makasih abang, Tika dah kenyang sekarang."

Dengan menepuk perutnya yang kembung dan diangguki oleh si abang dengan senyum jenaka. Sudah dibilang jurus jitunya kasih makan kesukaan Tika nanti juga nurut, buktinya kaya sekarang. Malu-malu meong nyeruput es teh botol punya abang yang masih ada, kemudian menyisakan es batunya saja.

Dan mengalir begitu saja kaya air kali ciliwung tanpa sampah. Terus tiba-tiba abang dengan postur tegang megang kedua tangan Tika sampai Tika kedip-kedip imut amit-amit bertanya.

"Abang kenapa?."

Terus abang sedikit menunduk dan mendekat sambil berbisik.

"Dibelakang kamu ada mantan yang mutusin abang, dan dia lagi sama selingkuhannya. Kamu diam aja, ikutin abang."

Tika mau nengok buat liat udah dipagangin aja palanya sampai kedua pipinya ditekan tangan abang yang besar.

"Sayang! Kan tadi aku bilang jangan tengok, kenapa masih maksa, ku hukum mau?."

Geleng otomatis pala Tika pas dengar suara abang ditekan dengan bibir menipis, karena Tika ngeyel di bilang jangan nengok masih saja nengok. Ya abang lagi, tau manusia kalau dilarang suka dilanggar.

Serem liat abang memicing natap punggung mantan dan selingkuhannya tertawa berasa dunia milik berdua dan abang hanya angin lalu, walau tadi sempat natap abang, mantannya malah melengos seakan tidak kenal.

Padahal nggak semua mantan begitu kok, hanya gimana cara kita mengakhiri dan menyikapi perpisahan itu. Bukan semua berujung lupa sejarah kalau masa lalu kita pernah diisi lembaran mereka.

Bisa jadi masa lalu baik atau buruk itu jadi pelajaran yang sesekali diingat bahwasannya kita pernah menjadi bodoh karena emosi bernama cinta.

"Huh. Mantannya aja keliatan nggak modal, liat cara pakai bajunya aja nggak ada okenya. Bagus abang dibawa kemana-mana."

"Hu'uh"

Tika hanya turuti dan mengiyakan kemudian menggeleng dengan kedua tangan yang kini sudah ada dalam genggaman abang.

"Kamu udah kenyang, jangan diet-diet ya. Aku suka kamu yang berisi, empuk sana sini buat diunyel-unyel."

Tika menatap horor abang seketika sedang abang menatap kearah belakang Tika dengan tatapan meremehkan. Terus omongannya tanpa filter dan volumenya bukan main keras. Hampir menyamai suara pengamen nyanyi.

"Masih ada yang mau kamu makan nggak?. Atau mau beli buat dibawa pulang?."

Tika geleng-geleng tapi kedua tangannya langsung ditarik abang dan ditatap tajam mengancam, Tika telan ludah sulit. Terus mengangguk ikutin alur buatan abang tanpa info, dadakan terus kaya tahu bulat.

"Aku mau beli dua porsi sate lagi, sekalian deh sama sop dagingnya ya."

Tika asal bicara saja, biarkanlah. Padahal dia sudah kenyang tapi karena abang memulai lagi aksi membuat mantan tersayang panas, dengan menjadikan Tika sebagai objek pacar bohongan.

Abang ini sering banget di tinggalin mantan pas lagi sayang-sayangnya, banyaknya sih karena selingkuh. Abangmah mana berani selingkuh, terlalu Setia sudah kaya sapi di cucuk hidungnya. Manggut aja sama omongan pacar, kalau suruh jauhin sesuatu yang pacarnya nggak suka kalau tidak mengganggu pekerjaan abang, hayu aja.

Masalahnya itu, abang suka nggak bisa duluan nyari pengganti sehabis ditinggal pacar selingkuh. Yang ada abang stuck dulu beberapa bulan sampai nemu lagi. Tapi kalau Tika yang dekat sama cowok malah abang yang belingsakan sampai mulutnya keluar api.

Uh. Untung bau mulut abang Wangi mint, jadi Tika tidak pingsan pas abang buka mulut buat ngomentarin gebetan Tika.

Serius, kaya kemarin itu gebetan Tika malah mundur teratur sehabis abang bilang begitu. Walau awalnya gebetan Tika biasa-biasa saja, tapi kalau sering di omong begitu ketika Tika baru balik jalan pasti abang tiba-tiba sudah ada didepan rumah.

Terus nanti mulut bon cabenya bunyi terus kaya burung mau ikut lomba. Tau kan sobat, lomba burung yang kaya menyanyi. Berisik dan mengganggu bagi yang tidak biasa.

"Oke, aku pesankan dulu ya."

Abang beneran berdiri dan mendekati si mamang sate untuk pesan apa yang Tika asal omongkan. Abang bener-bener totalitas ya kalau mau bikin mantan menyesal.

Tika menoleh untuk melihat jika pasangan selingkuh itu tengah bertengkar karena si mantannya abang minta dipesankan minum tapi pacarnya main game terus. Serius, Tika sampai bisa dengar mereka sedang debat.

"Taruh hp kamu sebentar, ambilin aku minum. Nggak ribet kok."

"Sebentar, aku bentar lagi menang. Kalau nggak bisa kamu ambilkan, punya tangan sama kaki. Atau panggil aja deh mamangnya, gampang kan?." Tanya pacarnya dan mantan abang melengos sampai bertabrakan dengan Tika.

Tapi langsung melengos sebal.

Dah lah.

Tika malas ikut lebih jauh, biar nanti abang ceritain aja sendiri.

.

.

.

avataravatar
Next chapter