1 Chapter 1

Dimana ini?

Itulah yg kupikirkan pertama kali setelah membuka mataku. Plafon yang ku tatap bukan berwarna putih seperti yang biasaku tatap, yang biasa berada pada rumah-rumah umum. Melainkan berwarna coklat kayu sehingga memberikan suasana elegan dalam ruangan.

[...uhh.]

Mencoba untuk mengangkat badanku dari tempat tidur. Seluruh tubuhku lemas seperti seorang pasien yang baru terbangun dari koma. Lemah lungkai tanpa tenaga. Hanya untuk mengangkat badanku saja membutuhkan energi lebih. Menambah ketidaknyamanan keadaanku sekarang ini.

Aku merasakan ada yang sedikit aneh di sekitar tubuhku, terutama di bagian kepala. Kepalaku terasa sedikit lebih berat dari biasanya dan helaian rambut menutupi sebagian atas pandanganku.

Eh...?! Emang rambutku sepanjang ini?

Tersadar, aku pun mulai memeriksa rambutku. Rambut panjangku terkulai halus di kedua bahuku dan terurai dibagian belakang hingga bagian atas pinggang. Sayang sekali, bukan hanya itu yang mengejutkanku. Seluruh rambutku berwarna putih! Nope! I'm still young! Warna putihnya tidak terlihat seperti uban, melainkan berwarna putih silver. Aku sama sekali tidak pernah melihat orang dengan rambut warna silver dan aku pikir orang-orang disekitarku memiliki warna rambut hitam.

Aku sedang tidak bermimpi kan? Seingatku rambutku juga berwarn... ugh!

Ketika mencoba mengingat warna rambutku yang sebenarnya, kepalaku terserang pening. Seolah-olah ada penghalang yang menolak akses ingatanku tentang diriku.

Setelah beberapa saat rasa pening tersebut mulai mereda.

Ah.. Lebih baik lupakan saja masalah itu untuk saat ini. Ada hal lain yang lebih penting daripada uban palsuku... Where is this?

Mengganti fokus pikiranku, bola mataku mulai menulusuri ruangan yang cukup besar ini. Alat-alat medis modern dapat terlihat tertata rapi dalam ruangan. Aku merasa ada yg sedikit janggal dari ruangan ini. Aku tidak tahu apa itu, but I can feel it! Something's wrong!

Kucoba memeriksa satu-persatu sudut-sudut ruanganku berada. Ruangan tersebut cukup luas dengan ukuran sekitar 5x4 meter. Di sekitar tempat tidur terdapat alat-alat medis rumit nan aneh yang aku tidak tahu-menahu apa fungsinya. Kursi, Meja, Cermin, Lemari, dan furnitur lain dengan desain simpel dan elegan menempati beberapa bagian ruangan. Lampu mewah modern tergantung dibawah plafon. Tepat didepan tempat tidur terdapat Curved TV UHD. Perabotan dalam ruangan ini terlihat mewah sehingga memberikan kesan 'kelas atas' bagi siapapun yang melihatnya. Ditambah dengan sinar matahari yang masuk melalui celah tirai dari samping membuat ruangan ini nyaman untuk ditempati.

Seberapa pun mewahnya, ini masih di dalam rumah sakit kan?

Yep. Semewah-mewahnya ruangan jika terdapat alat-alat medis pastilah ruangan tersebut ruangan untuk pasien. Aku memang asing dengan suasana 'kelas atas' ruangan ini. Hanya saja, bukan itu yang membuatku merasa aneh. Mencoba untuk memeriksa sekali lagi, tetap saja aku tidak menemukan jawaban yang ku inginkan.

[Hahh...]

Mengeluh. Aku menduga ada sesuatu yang salah dengan ingatanku.

Ahh... Biarkan saja lah... Nanti mungkin juga ketemu jawabannya.

Sekali lagi, mengganti perhatianku kepada hal lain aku menengok ke arah tirai di samping ruangan. Aku mulai turun dari kasur dan mulai berjalan ke arah tirai. Ingin memeriksa apa yang ada di luar ruangan ini, tirai tersebut aku buka dengan perlahan.

[Waaahh...]

Pemandangan kota modern terpapar di luar jendela. Hampir seluruh kota dapat terlihat dari sini menandakan bahwa aku berada di tempat yang cukup tinggi, bahkan mungkin berada di lantai atas gedung pencakar langit. Mataku terpana melihat kota dari ketinggian ini untuk pertama kalinya. Gedung-gedung saling berlomba-lomba mencapai awan. Hutan buatan menyelingi padatnya kota. Kepadatan penduduk yang menjadi ciri khas perkotaan dan lalu lintas yang padat dengan mobil terbangnya... Wait!!

Wait! Wait! Wait...! Mobil terbang? Bukankah ini terlalu modern?

And then something finally clicked. Seperti menemukan potongan puzzle yang hilang, aku akhirnya menemukan jawaban mengapa aku merasa aneh selama ini. Bukan karena suasana 'kelas atas' ruangan ataupun ketinggian rumah sakit ini. No! That's not it! Alasanku merasa aneh karena semuanya terlalu modern seakan-akan berada film-film sci-fi. Alat-alat medis yang terlampau canggih, perabotan dengan desain 100 tahun lebih maju, curved TV UHD yang tampak normal tapi fungsinya pasti lebih dari sekedar normal.

Sesuai dengan yang aku katakan tadi, jawaban pasti akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi, jawaban yang kudapatkan sangatlah berbeda dari yang kubayangkan sehingga membuat kepalaku sakit dengan alasan yang berbeda.

[Ini masih di bumi kan???]

Saking terkejutnya aku pun berteriak! Mencari jawaban. Sayangnya tidak ada orang lain di ruangan itu dan hanya membuatku mendesah panjang sekali lagi dan menyerah kepada keadaan.

Aku berjalan loyo ke arah cermin besar yang terletak di ujung ruangan, ingin memeriksa penampilan diriku. Hal aneh apa yang akan muncul selanjutnya? Aku mempersiapkan diri agar tidak terkejut lagi oleh bagaimana bayanganku yang akan muncul dalam cermin.

[Uwaaaahh...]

Namun, tetap saja hal yang tidak biasa akan membuatmu terkejut.

Kulit putih. Wajah memukau dengan bola mata merah muda yang memikat. Bulu mata elok. Hidung dengan proporsi pas, tidak mancung dan tidak pesek, serta bibir mungil yang imut. Rambut yang awalnya berwarna silver ketika ku perhatikan kembali ternyata terdapat semiran merah muda sehingga memberi kesan warna silverish pink.

Pretty... Itulah kesan yang kudapatkan ketika melihat banyangan di dalam cermin. Dengan tinggi sekitar 160cm dan tubuh dengan proporsi yang ideal, bayangan tersebut mencoba untuk mencubit pipinya sendiri. Kemudian, dia melepaskannya kembali. Mencubit lagi, melepaskan kembali. Mencubit lagi dengan keras!!

[Awww...]

Sembari mengusap pipiku yang merah karena terlalu keras kutarik, aku yakin kalau sekarang aku benar-benar terbangun. Tanganku lalu meraih daun telingaku dan mencoba merasakan bentuknya. Yep... ujung telingaku runcing. Aku tidak menyebutkannya tadi sebab kukira aku masih berada dalam dunia mimpi.

Sayangnya tidak. Aku punya telinga runcing seperti peri-peri yang berada dalam dongeng yang entah darimana asal aslinya aku tidak tahu.

[Hahhhh.... Sesuai dugaanku, ini bukan di bumi.]

Teknologi yang terlalu modern dan figurku yang seperti dalam novel-novel fantasi yang pernah aku baca. Sungguh tidak nyata. Aku ingin terbangun dari mimpi aneh ini meskipun aku tahu bahwa aku hanya ingin melarikan diri dari realita yang ada.

Hmm..? Sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting?

Aku merasa ada hal penting yang terlewatkan. So, once again aku membuka memoriku untuk memeriksa hal apakah yang terlewatkan? Aku mencoba mengingat tentang diriku. Dan seketika aku mencoba mengingatnya, rasa pening itu kembali dan menghilangkan konsentrasiku.

Aku pun mencoba mengingat hal-hal di sekitarku, tentang lingkungan tempatku tinggal. It's okay... I can remember it. Menurut ingatanku lingkungan tempatku hidup hanyalah rumah biasa dan teknologi yang ada tidaklah semodern ini.

Tok... tok... tok...

Seseorang mengetuk pintu selagi aku memikirkan hal tersebut. Membuatku terheran siapa yang datang berkunjung. Sebelum menjawab aku mempersiakan diri terlebih dahulu.

[Silahkan Masuk...] (Me)

Pintu pun bergeser terbuka. Seorang butler masuk ke dalam ruangan kemudian berdiri di depanku dan membungkuk dengan postur tegap.

[Ojou-sama, sepertinya anda sudah terbangun. Bagaimana keadaan Anda?] (Butler)

[...] (Me)

Aku hanya bisa terdiam. Banyak hal aneh yang aku lihat sejak aku terbangun dan mungkin inilah hal paling aneh yang aku lihat hari ini.

[Ojou-sama...?] (Butler)

Aku ingin menanyakan semua keganjilan yang ada didepanku. However, I must ask something else first.

[Emm... Siapa kamu?] (Me)

[Eh...?] (Butler)

Mata sang butler mendadak bulat karena terkejut. Kemudian, sang butler langsung memperbaiki posisi tingkahnya layaknya seorang butler profesional.

[Apa yang Anda katakan Ojou-sama... Saya pelayanmu Arthur. Apakah Anda benar-benar sudah baikan?] (Butler)

[E-eh, Iya, ak... saya sudah baikan.] (Me)

Aku sedikit gagap karena tidak biasa berbicara secara formal.

[Syukurlah... Saya akan melaporkan hal ini kepada...] (Butler)

[Tunggu... ada hal yang ingin saya tanyakan.] (Me)

Sebelum butler tersebut menyelesaikan kalimatnya aku menyelanya, yang aku ingin tanyakan belum selesai. Hal yang paling penting yang membuatku penasaran dari tadi.

[Siapa aku?] (Me)

[Eh...?] (Butler)

Mata sang butler tersebut membulat kembali. Aku sedikit tersenyum karenanya. Sejak awal aku sudah dibuat terkejut oleh banyak hal. Aku merasa sedikit lega karena tidak hanya aku yang merasa terkejut akan situasi ini.

Aku sudah menyadari sejak tadi bahwa ada yang salah dari ingatanku. Aku tidak bisa mengingat siapa diriku. Ketika aku mencoba mengingatnya, kepalaku terasa pening. Setelah itu, aku mencoba mengingat tentang lingkungan tempatku hidup dulu dan syukurlah aku mampu mengingatnya. Jadi, aku menyimpulkan hal yang tidak bisa ku ingat hanyalah hal mengenai diriku. Dan selagi ada orang yang mengenalku aku mencoba untuk bertanya. Akan tetapi, sepertinya yang ditanya tidak bisa merespon pertanyaan ku.

[Eeehhhhhhhhhhh...??] (Butler)

Dear diary, hari ini aku terbangun dengan segudang kejutan. Banyak peristiwa aneh yang terjadi disekitarku. Mulai dari terbangun di tempat yang asing, aku yang tidak bisa mengingat tentang diriku, figurku yang ganjil, serta butler di depanku yang jauh lebih ganjil. Aku yakin kedepannya masih banyak kejutan-kejutan lainnya yang akan menyerangku.

avataravatar
Next chapter