1 Prolog

Apakah aku akan mati?

Setelah bertarung berhari-hari dengan monster sialan itu, pada akhirnya gelar 1000 manusia terkuat hanya omong kosong.

Luka-luka memenuhi seluruh tubuhku, lubang di perut, kehilangan 1 tangan, goresan-goresan yang dapat kau lihat di segala tempat, itu semua benar-benar menyakitkan.

Agh... rasa lapar dan kelelahan mental membuat keadaanku semakin buruk, aku kesulitan untuk berpikir dengan benar, berkali-kali ide untuk beristirahat sejenak telah muncul dalam kepalaku.

Tapi aku tahu, jika aku menutup mata 5 menit saja, aku akan segera menjadi makanan untuk makhluk lain.

Semua metode kebangkitan yang kusiapkan sudah kugunakan, saat aku mati tidak ada lagi kata yang berikutnya, semuanya akan berakhir, semua mimpi, keinginan dan alasan aku terus berjuang hingga saat ini, akan menguap menjadi udara kosong.

"Bersihkan yang sebelah kanan, terus serang, berikutnya adalah yang terakhir"

Kapten tim terus mengatakan hal yang sama sejak 3 hari yang lalu, kami telah bertarung tanpa henti berminggu-minggu, aku bahkan lupa kapan terakhir aku makan, sesekali aku meminum darahku sendiri meski aku tahu itu tidak akan membantu apa pun.

""Ya kapten""

Semua orang menjawab secara bersamaan, meski tidak ada yang tahu apakah ini benar-benar yang terakhir.

Pedang di tanganku kuayunkan berulang kali menebas berbagai monster aneh yang bahkan namanya tidak aku tahu. Energi dalam tubuhku terus terkuras dan terisi kembali dari setiap monster yang kubunuh.

Setelah menyerang monster terakhir di dekatku, aku mencoba menarik nafas sebentar, mengamati sekeliling menggunakan visi khusus.

Dalam pandangku bentuk monster serta lingkungan sekitar tiba-tiba berkedip dengan aneh, itu hanya sebentar tapi aku baru saja membayangkan skenario terburuk di kepalaku.

Tidak, ini tidak mungkin.

Saat aku menggunakan sihir yang sama untuk mengkonfirmasi, gambar di sekeliling berkedip sekali lagi.

"Barra, aktifkan Fake Devouring milikmu, sekarang!"

Aku segera memberi perintah kepada salah satu rekanku, di sisi lain pikiran ku masih telah dipenuhi kecurigaan.

Ilusi, lingkungan ini telah di tutupi ilusi, tapi sejak kapan? Bagaimana bisa tidak ada satupun orang menyadarinya?

"Kenapa tidak kau lakukan sendiri" kata Barra dengan acuh tak acuh.

Semua orang ingin hidup, dan setiap Mana sihir yang dimiliki dapat meningkatkan kemungkinan itu. Jika seseorang bisa, ia pasti ingin menyimpan setiap Mana sihir yang bisa ia gunakan. Jadi aku tidak terlalu heran dengan penolakan Barra.

Aku memang punya mantra dengan efek yang mirip, hanya saja energi sihir yang kumiliki hanya tersisa sedikit, dan aku memerlukannya untuk mengaktifkan mantra lain jika kecurigaanku terbukti benar.

Tetapi aku tidak menjelaskannya, karena aku tahu itu tidak akan berguna, dia hanya akan menganggap jawabanku sebagai alasan untuk mengemat Energi Mana.

"Barra, lakukan saja"

Itu adalah suara kapten, fakta dia menyetujui 'permintaanku' dia mungkin mengerti ada sesuatu yang salah terjadi sekarang.

"Baik kapten"

Meski menggertakkan gigi keberatan, Barra tetap melaksanakan perintah kapten. Ia memulai mengucapkan mantra dalam bahasa iblis.

Di belakangnya lingkaran mantra berwarna merah darah muncul, tanduk serta sayap iblis mencuat dari tubuh Barra. Ia kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.

Dalam prosesnya pemandangan di depanku perlahan-lahan terserap ke dalam mulut Barra, seperti kulit yang di kelupas dan kemudian menampilkan gambar horor di baliknya ke pada semua anggota tim.

Tanah yang seharusnya ditutupi warna darah, hanya terlihat hitam sekarang, warna hitam ini bukanlah cairan biasa, karena benda hitam ini terus bergerak mendekat ke arah makhluk hidup terdekat.

Monster-monster yang sedang kami lawan, semuanya memiliki benda hitam yang menempel pada tubuh mereka.

Pada tubuh kami pun sebenarnya sudah banyak benda hitam aneh yang menempel, terus berusaha memecah sihir pertahanan yang masing-masing orang miliki.

"Sh*t" "B*ngs*t" "Apa-apaan ini?" "Parasit"

Umpatan terdengar dari segala arah, disaat semua orang panik diam-diam aku mencoba mengaktifkan mantra sihir. Segera dengan posisiku sebagai pusat, lingkaran sihir raksasa muncul di permukaan tanah.

Melihat ini orang-orang yang bersiap lari segera menghentikan ancang-ancang mereka, segala bentuk lingkaran sihir pertahanan yang hendak diucapkan segera mereka tarik kembali.

Orang-orang yang berada di luar lingkaran sihir, segera berlari mendekat.

""Change Reality"" Suaraku menggema di medan perang ini, terdengar dalam serta memberikan rasa tua yang aneh.

Lingkaran sihir di bawah kakiku terangkat naik, dalam sekejap benda hitam dalam area lingkaran sihir telah berubah menjadi cairan merah seperti jely.

"Mundur"

Kapten segera memberi perintah, tanpa penundaan semua orang langsung menyebar ke segala arah.

Ilusi sebelumnya pasti dibuat oleh seseorang, dan masing-masing dari kami tahu ini, karena itu kami berpencar berharap orang tersebut hanya mengejar salah satu dari kami dan membiarkan yang lainnya pergi.

Aku melompat ke udara demi menghindari benda hitam yang memenuhi tanah.

Dalam satu kali lompatan tubuhku terdorong hingga 1000 meter, meninggalkan suara ledakan di belakang.

Tidak ada orang yang lebih lemah dari seorang Legenda yang berpartisipasi dalam misi ini, jika aku tidak sedang kelelahan sekarang, lompatanku pasti akan 3-4 kali lipat lebih jauh dari ini.

Terus melompat cukup jauh, aku kemudian melihat kapten sedang berdiri mematung memandang perbatasan antar hutan dan padang pasir.

"Ada apa kapten, apakah ada yang aneh dengan padang pasir di depan?"

Perbatasan hutan dan padang pasir ini, kami sudah melewatinya sebelumnya jadi tidak ada yang aneh, untuk berjaga-jaga aku juga sudah mengamatinya dengan visi khusus dan tidak ada perubahan apa pun.

"Ada apa katamu? Apakah pertarungan panjang membuat ingatanmu memburuk, kita memang pernah melewati tempat ini, meski berjalan sambil bertarung membuat perjalanan menjadi lebih lambat, tapi... itu seminggu yang lalu"

"!!!" merinding merayapi seluruh permukaan kulitku, jantungku berdetak seolah ingin terlepas dari tempatnya.

Sialan

Aku bukan orang bodoh jadi aku bisa segera mengerti maksud kapten, tidak mungkin kami sudah kembali ke daerah yang sama ketika aku hanya melompat-lompat selama 5 menit.

Entah kenapa otakku menganggap ini normal, jika kapten tidak menyebutkannya mungkin aku tidak akan menyadarinya.

Aku menggunakan visi khusus sekali lagi, berhati-hati mungkin ada ilusi lagi di depan, tapi setelah mencobanya berulang kali masih tidak ada yang berubah. Yang mengindikasikan semuanya normal, membuatku semakin bingung.

"Lalu tunggu apa lagi kapten, ayo kita pergi ke arah lain"

Tetap setelah kata-kata ini diucapkan, aku melihat seekor belalang terbang mendekat dengan kecepatan yang sangat tidak masuk akal.

Dalam sekejap mata belalang sudah ada didepanku, mengayunkan lengannya yang seperti sabit dan memotong pinggangku, memisahkan tubuh bagian atas dan bawah menjadi dua.

Aku bahkan tidak sempat menghindar, saat aku membuka mataku aku melihat kapten berbaring di sisiku. Dia juga terkena serangan belalang terbang, hanya saja dia lebih beruntung dariku, serangan tersebut hanya membuat kaki kanannya terpotong, dengan kemampuan regenerasi bawaan milik kapten kaki tersebut pasti akan tumbuh lagi dalam 1 jam.

Berdiri dengan 1 kaki, kapten bersiap untuk melawan, namun anehnya belalang hanya mengawasi dari jarak 10 meter.

Kapten tidak maju menyerang, memanfaatkan momen ini kapten mengucapkan mantra dengan bahasa yang aneh, di sisi lain belalang yang awalnya diam kemudian mengangkat lengannya yang seperti sabit dan meletakan di lehernya sendiri.

Tanpa ragu belalang dengan tubuh wana ungu itu, memotong lehernya sendiri.

"!!!" Di dalam hati aku sudah mengumpat dengan keras.

Benar-benar mantra yang menakutkan, aku yakin itu sejenis mantra kontrol pikiran, aku tidak pernah tahu kapten memiliki mantra seperti itu.

Kapten memandangku sebentar. Ia kemudian mengeluarkan botol kaca kecil dengan cairan merah di dalamnya, berniat memberikannya kepadaku.

Aku tahu apa itu, warna merah yang berkilau dan gelembung-gelembung yang terus muncul dengan tidak wajar, tidak salah lagi itu adalah ramuan regenerasi.

Saat kapten sudah mengulurkan tangannya hendak memberikan ramuan regenerasi kepadaku, tiba-tiba ekspresi bingung terbentuk di wajahnya, ia kemudian memandang tubuhnya sendiri yang telah kehilangan satu kaki.

"Kemampuan regenerasiku tidak mau bekerja!" seru kapten.

Oh ayolah di saat seperti ini?

Kapten kemudian memandang bolak balik tubuhku yang hanya tersisa separuh dan botol ramuan regenerasi ditangannya. Kapten mungkin ragu-ragu untuk memutuskan, meski sebenarnya aku bisa menggendongnya nanti, jika ia kesulitan berlari, namun baik aku dan kapten tidak memiliki jaminan tentang itu.

"Screee!!!"

Dari jauh terdengar suara monster yang sangat kami kenal, monster yang akan menjadi dewa kematian jika kau bertemu dengannya di saat ia lapar.

Ekspresi Kapten langsung berubah ketakutan seolah bertemu mimpi buruk miliknya.

"Maaf sobat, aku harus meninggalkanmu di sini"

Aku tahu itu, lagi pula aku hannyalah orang asing baginya, tidak aneh jika kapten tidak mempercayaiku.

Dia tidak memiliki jaminan bahwa aku tidak akan meninggalkannya untuk menghambat monster di belakang. Ada banyak sekali orang yang melakukan hal seperti itu, justru mungkin hal itulah yang sedang kapten coba lakukan sekarang.

Ketika kapten membuka tutup botol dan menyiramkannya pada kakinya sendiri, aku sudah lama menutup mataku tidak peduli.

Rasa sakit dari pinggangku membawa perasaan aneh yang perlahan menyebar ke seluruh tubuh.

Sebuah bentuk energi yang kacau, dengan sedikit rasa racun terasa sangat jelas, membuatku mengerti mengapa regenerasi kapten tidak bisa bekerja.

Sejak mengenali jenis energi kacau ini, aku tahu baik aku maupun kapten tidak akan selamat dari sini.

"Haha..."

Aku tertawa, meski aku sendiri tidak tahu apa yang kutertawakan.

Racun semakin menyebar keseluruh tubuhku, membuat pikiranku kacau.

Aku mengingat ranking Dungeon Attacker yang ku duduki saat ini. Aku tahu itu hanya omong kosong, mungkin hanya kebetulan, aku mati pada saat aku mencapai rangking 666.

Itu adalah angka sial.

Kemudian aku mengingat pencapaian dalam hidup yang kujalani selama ini dan aku kembali teringat harapan pertama serta utamaku, yang hingga hari ini masih belum tercapai.

'Maafkan aku Lina, aku gagal menemukan item yang bisa membangkitkanmu kembali.'

Menyadari aku akan benar-benar mati dan tidak bisa mewujudkan semua mimpiku, tanpa sadar aku meneteskan air mata yang telah lama kulupakan.

Bersamaan dengan tetes air mata itu, kesadaran terakhirku meredup.

Adegan masa lalu di putar mundur dalam kepalaku.

Kata orang, saat seseorang meninggal, otak akan memutar ulang adegan yang telah di alami semasa hidup. Jadi apakah itu benar? Entah bagaimana, di dalam pemikiranku adegan masih terus diputar ulang.

Sehari yang lalu, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, 1 tahun yang lalu, 2 tahun... melihat ingatan ini lagi, perasaan rumit muncul dalam benakku ... 5 tahun yang lalu...10 tahun... 20 tahun... 27 tahun yang lalu.

Adegan tiba-tiba berhenti di putar ulang. Pada saat yang bersamaan aku kembali merasakan kebebasanku, tidak ada rasa sakit, tidak ada udara penuh bau amis darah, aku masih bisa merasakan tubuh bagian bawahku yang masih utuh.

Kepalaku merespons agak terlambat, aku kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang ditampilkan di depan mataku ini.

Sebagian kecil kesadaranku mungkin sudah menebak apa yang terjadi, tapi aku masih sulit untuk mempercayainya.

Menggunakan tangan kiriku, aku mencoba mencubit pipiku untuk memastikan apakah aku sedang bermimpi atau tidak.

Tanpa sadar tanganku mencoba mencubit sekeras mungkin sehingga meninggalkan bekas merah di pipi.

Ini bukan mimpi, aku benar-benar bisa merasakan rasa sakit di pipiku.

Jantungku berdetak dengan kencang, mataku memerah hampir menangis.

Apakah aku terlahir kembali?

Meski aku sudah memastikannya, aku masih sulit mempercayainya.

Lagi pula kekuatan yang dapat membuatku kembali ke masa lalu, itu bukan kekuatan tingkat rendah, bahkan orang yang menyebut dirinya sebagai dewa maupun Raja iblis tidak mampu melakukan hal-hal seperti 'kembali ke masa lalu'.

Karena waktu juga memiliki aturannya sendiri, waktu tidak pernah menjadi bagian dari hukum dunia.

Aku pernah membacanya dalam sebuah buku tentang hukum waktu, awalnya ku pikir isi buku hanya sebuah fiksi.

Baru setelah berulang kali ku konfirmasi, aku bisa yakin semua yang di katakan dalam buku adalah kebenaran.

Dalam buku tersebut di jelaskan,

"Merubah garis waktu itu mustahil, ketika seseorang merubah garis utama dan menciptakan garis waktu palsu, Time eater akan menghancurkan/menyerap timeline palsu dan kemudian mengembalikan orang tersebut kembali ke timeline utama di saat ia pertama kali mengambil tindakan yang berbeda dengan timeline utama"

"Orang tersebut tidak akan mengingat masa depan yang dialami dirinya baik di timeline utama maupun di timeline palsu. Time eater hanya menyisakan ingatan bahwa ia telah mencoba kembali ke masa lalu dan di gagalkan, sebagai peringatan untuk tidak mengulanginya lagi."

Penjelasan dalam buku itu sangat berkebalikan dengan situasiku sekarang, karena itulah aku sulit mempercayai fakta bahwa aku telah kembali ke masa lalu.

Mencoba membuktikan teori ini, aku melempar vas bunga di dekatku ke arah lemari kaca.

Ini hanya sebuah tindakan kecil, apakah akan ada butterfly effect atau tidak aku tidak yakin. Tapi meski kecil, tindakan ini adalah 'tindakan yang berbeda dengan timeline utama'.

Setiap detik yang berlalu membuat jantungku berdebar semakin kencang, nafasku menjadi tidak teratur.

Bahkan setelah menunggu cukup lama 'time eater' masih belum datang.

Ketika fakta dalam buku telah dibantah, anehnya aku masih tidak meragukan kebenaran isi dari buku tersebut, aku malah berpikir mungkin keadaanku sedikit berbeda dengan sesuatu seperti 'kembali ke masa lalu'.

Aku mencoba mengingat kembal isi buku tentang waktu itu, sayangnya ingatanku di waktu itu telah berkarat. lagi pula sudah 27 tahun berlalu, tidak aneh jika aku telah lama melupakannya.

Aku masih ingat, dulu buku tersebut menghilang dengan cara ajaib, tapi bagaimana dan kenapa buku itu bisa menghilang aku sama sekali tidak mengingatnya.

Cara aneh buku tersebut menghilang membuatku merasa isi buku cukup penting, aku kemudian mencoba membuat salinannya berdasarkan ingatanku setelah membaca waktu itu.

Dan berkat tindakan ini aku masih bisa mengingat beberapa bagian isi buku hingga sekarang.

Aku sedikit menarik nafas sebentar untuk menyegarkan ulang pikiran.

Keadaan 'aku telah kembali ke masa lalu' adalah fakta, meski begitu untuk alasan tertentu yang tidak kuketahui aku tidak di hadang oleh time eater meski aku telah 'kembali ke masa lalu'.

Memikirkannya lebih lanjut adalah tindakan yang percuma, karena aku sama sekali tidak memiliki dasar atau petunjuk apa pun.

Di sisi lain, aku masih mengingat dengan jelas tepat hari apa aku di kirim ke masa lalu. Melihat jam di dinding menandakan pukul 05.00 AM, yang berarti 'itu' akan terjadi 2 jam dari sekarang.

Aku harus segera bersiap-siap dan mengemasi barang-barang.

avataravatar
Next chapter