webnovel

Dungeon Apocalypse: Earth Violates The Rules (Indonesia)

Dunia telah berubah, munculnya monster-monster aneh, kekuatan super, Dungeon, Hewan berevolusi, serta terlihatnya kembali makhluk-makhluk legenda, telah membawa dunia pada kehancuran. Alan hanyalah seorang bawahan biasa dari seorang dungeon master di dunia apokalip ini. Pencapaian terbesarnya adalah menjadi bagian dari 1000 penyerang Dungeon terkuat. Tapi itu masih belum cukup, pada akhirnya dia mati setelah dimakan oleh monster dalam pertarungan. Ketika dia membuka matanya lagi, dia terkejut ketika menyadari bahwa dia telah kembali ke dunianya 27 tahun di masa lalu, di hari tepat sebelum apokalip terjadi. Dengan pengetahuan masa depannya, apa yang akan dia lakukan? Temukan artefak suci? Mencari harta tersembunyi? Menjadi pendekar pedang terbaik? Bahkan dengan semua itu masih belum cukup. Dengan menggunakan pengetahuannya tentang masa depan, dia akan berusaha menjadi seorang 'Farmer'. Menjadi Dungeon Farmer terbaik.

Night_Farmer · Fantasy
Not enough ratings
89 Chs

Dungeon Lantai 1

Begitu Alan dan Pandu melewati Pintu di ujung lobby, mereka langsung di teleportasi ke lantai 1 Dungeon. 

Pintu di ujung lobby memang di gunakan untuk transfer, biasanya Pintu ini menyediakan pilihan nomor lantai seperti layaknya sebuah lift, tapi karena hanya lantai 1 yang telah selesai dibangun saat ini, mereka langsung di transfer tanpa ditanyai pilihan terlebih dahulu.

Di lantai 1, pandu sekali lagi melihat sebuah barrier pelindung yang sama seperti di luar dungeon, barier dengan bentuk kubah setengah lingkaran, perbedaannya barier di lantai 1 ini sedikit berwarna putih, sisi luar Barier masih bisa terlihat tapi tidak sejernih barier di luar Dungeon yang hampir transparan seperti kaca.

Seperti biasa Pandu mulai merekam lingkungan serta benda-benda unik di sekitar dengan kameranya, misalnya merekam panah seperti crossbow dibaut seperti pertahanan atau merekam bebera batu berbentuk yang tergeletak beigtu saja.

Di sisi lain, selain menjawab pertanyaan Pandu tentang fungsi benda dan lainnya Alan tidak banyak berbicara, perhatiannya telah di fokuskan pada jejak di sudut timur laut Dungeon.

Tanpa sadar Alan memiringkan kepalanya karena bingung.

Pandu yang melihat fokus Alan terganggu, segera ikut melihat arah pandang Alan ke sudut timur laut.

Sebagai orang yang biasa menjelajah hutan, Pandu juga tahu beberapa hal tentang jejak. 

Memang biasanya ia tidak akan bisa mengidentifikasi jenis jejak tanpa melihatnya lebih dekat. Tapi setelah melihat arah jejak yang berasal dari dalam barier, dan semak-semak yang terlihat seperti terpotong dengan senjata tajam, kemungkinan besar jejak ini di tinggalkan oleh 2 orang yang telah mengunjungi Dungeon sebelum mereka.

"Ayo pergi Pandu"

Pandu kemudian melihat Alan berjalan ke arah timur laut, di mana jejak kedua orang sebelumnya mengarah.

"Alan, apa kau akan menolong mereka berdua?"

Pandu langsung menggunakan kata menolong lagi dalam pertanyaannya, karena ia yakin kemungkinan mereka akan bisa bertahan sendirian sangat kecil, terutama setelah cara mereka memasuki hutan dengan ceroboh.

"Mungkin iya mungkin juga tidak, jika kita bertemu dalam perjalanan dan mereka sedang kesusahan aku akan menolong mereka, tapi jika mereka sudah mati, apa yang bisa di tolong?"

Sebelumnya saat Alan berbicara tentang jejak, tanpa sadar Alan menyamakan mereka terhadap orang-orang kuat yang terbiasa pergi tanpa meninggalkan bau apapun.

Tapi Alan kemudian tersadar, mereka berdua adalah para pemula, mereka adalah orang-orang yang ceroboh yang tidak tahu arti persiapan, mengikuti jejak mereka cukup mudah, berikutnya mereka hanya bisa mengandalkan keberuntungan apakah mereka masih hidup ketika Alan bertemu mereka.

"Tapi kenapa kau.."

"Aku tahu apa yang kau maksud, tentang arah tujuan kita ini sebenarnya hanya kebetulan, sejak awal aku memang sudah berniat ke arah timur laut, ke tempat dimana para goblin Titan tinggal"

Dari ke empat jenis goblin yang ada di dungeon Alan telah melakukan seleksi baik-baik.

Goblin Titan cenderung memiliki ukuran yang besar, dan bagi sebagian orang awam kata besar selalu mendominasi.

Dengan mengalahkan Goblin berukuran besar ini Alan ingin menunjukkan bahwa monster di Dungeon tidak terlalu menakutkan seperti yang mereka bayangkan, asal seseorang tahu kelemahan dan cara menangani monster sesuai jenisnya, dia bisa mengalahkan monster dengan mudah.

Alan tidak menduga kedua orang sebelumnya juga berjalan menuju timur laut Dungeon, ini adalah keberuntungan mereka.

Setelah berjalan beberapa langkah keluar dari barier, Alan diam-diam memberikan perintah pada Lina, untuk membentuk sebuah senjata di tangannya.

Kemudian Cahaya-cahaya kecil berkumpul dan membentuk sebuah pedang satu mata di tangan kanan Alan.

"Pedang? Itukah jenis senjatamu Alan?"

Alan hanya mengangguk menjawab pertanyaan Pandu.

Setiap penyerang Dungeon memiliki senjata bawaan yang diberikan saat setelah menggunakan kristal perubahan, tapi Alan adalah master Dungeon apa yang ia miliki adalah core bukan senjata.

Normalnya master Dungeon tidak bisa merubah core menjadi senjata karena Gaia tidak pernah mengajarkannya, trick seperti ini baru di ketahui ketika beberapa master Dungeon dari fraksi iblis membocorkannya.

Meski senjata yang di proyeksikan dari core ini tidak memiliki cheat yang akan semakin kuat dengan sendirinya setelah membunuh monster Dungeon, bukan berarti senjata master Dungeon tidak bisa bertumbuh sama sekali, hanya saja itu akan memerlukan banyak uang untuk melakukannya. 

Di sisi lain, tidak seperti senjata khusus penyerang Dungeon yang jenisnya sudah di tentukan sejak awal. Senjata yang di proyeksikan dari core ini lebih fleksibel, bentuknya dapat di ubah-ubah sesuai keinginan master Dungeon.

Jadi jika master Dungeon meningkatkan core dungeon, sama saja ia memiliki berbagai jenis senjata yang di tingkatkan, yang dapat digunakan sesuai kebutuhan dan keadaan.

Tentu Alan yakin hal ini tidak akan mencurigakan, lagi pula bahkan penyerang Dungeon sendiri meski memiliki senjata khusus bukan berarti mereka tidak bisa menggunakan senjata lainnya, banyak contoh di garis waktu lain menggunakan senjata sihir produk dari ras lain sebagai second weapon.

Alasan alan memilih pedang, itu hanya karena di garis waktu lalu ia juga menggunakan pedang satu mata, sehingga ia lebih pandai dan terbiasa dengan senjata jenis ini.

Saat melirik Alan, Pandu tahu persiapan Alan masih belum selesai, setelah pedang Alan kemudian mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit yang dilengkapi pelindung besi di bagian punggung tangan. 

Semua orang pernah menonton film, Pandu juga termasuk, dan kebetulan dia pernah melihat sarung tangan jenis ini di suatu film, berkat itu dia bisa tahu fungsi sarung tangan itu tanpa bertanya.

Lempengan besi yang ada di punggung tangan berfungsi untuk menangkis serangan, sedangkan mengapa permukaan besi dibuat tidak rata itu bertujuan untuk menghentikan serangan sehingga tidak tergelincir sehingga mengenai bagian lengan yang tidak terlindungi.

"Persiapan yang bagus Alan, apakah sarung tangan itu adalah item sihir?"

Item sihir, seharusnya nama ini belum populer sekarang, Alan yakin Pandu hanya asal menebak, dan sayangnya ia juga akan di kecewakan.

"item sihir? Apa itu? Sarung tangan ini hanya sarung tangan biasa yang ku pesan lewat teman beberapa hari yang lalu, sedangkan bahan kulit ini, hanyalah imitasi bukan kulit binatang sungguhan"

Jika Alan berniat menggunakan kulit binatang nyata, ia lebih memilih berburu jenis binatang sendiri dari pada menggunakan binatang yang ada di bumi.

"Haha... lupakan Alan, itu hanya omong kosong"

Alan memang berniat untuk segera melupakannya, tapi ia tanpa sengaja mengingat orang-orang yang bisa melihat masa depan, seperti oracle, astrologer, divinator dll. Ia bertanya-tanya apakah Pandu salah satunya?

Setelah berpikir beberapa saat Alan segera menolak kemungkinan ini, jika Pandu bisa melihat masa depan, dia pasti akan berada pada rangking 300 teratas, karena kemampuan curang mereka yang dapat merasakan bahaya sebelum waktunya.

Kata-kata item ajaib pasti hanya benar-benar omong kosong, kecuali di garis waktu ini ada beberapa penyimpangan tidak diketahui. Alan segera mencoba membuat pertanyaan untuk mengkonfirmasi dugaannya.

"Pandu, apakah kau tidak akan mengeluarkan senjatamu?"

"Aku akan, tapi aku sedikit malu karena senjata ku tidak se bagus milikmu Alan"

Pandu kemudian mengucapkan mantra, dari telapak tangannya muncul sebuah bola cahaya yang kemudian memanjang membentuk sebuah tongkat, dengan salah satu ujung yang membentuk kerucut.

Sebuah tombak, dan juga tipe pembentukan yang sama seperti di masa lalu.

Alan sekarang yakin tidak ada yang berubah di garis waktu ini.

"Apa kau melihatnya Alan? Senjata ini seharusnya sebuah tombak, tapi dibanding tombak senjata ini malah lebih mirip kayu dengan ujung yang di buat lancip"

"Tak apa, tidak perlu di pikirkan, begitu kau membunuh 1 monster saja, pasti bentuk senjatamu akan berubah"

Kata-kata ini bukan hanya sekadar hiburan, setelah membunuh monster nanti bentuk memang akan menjadi lebih baik, tapi sayangnya perubahan cepat seperti ini hanya akan terjadi di fase awal, semakin tinggi senjata, semakin banyak monster yang perlu dibunuh untuk meningkatkan.

"Benarkan? Aku jadi tidak sabar untuk membunuh monster"

Alih-alih menjawab Alan hanya tersenyum dan kembali fokus berjalan.

Melihat reaksi Alan, pandu juga kembali fokus ke sekeliling, bagaimanapun juga mereka sedang berada di alam liar sekarang, Pandu mencoba menggunakan semua pengalaman yang ia miliki untuk mencoba merasakan pergerakan di sekitar, tapi anehnya meski ia beberapa kali merasakan ada hewan yang mengintai, mereka sama sekali tidak mencoba mendekat dan hanya membiarkan mereka berdua lewat begitu saja.

Untuk sesaat dia bingung.

Alan yang melihat ini, sudah menebak apa yang Pandu pikirkan, atau bahkan bisa dibilang dia mengantisipasinya jadi dia menjawab tanpa bertanya.

"Tak perlu di pikirkan, mereka mungkin sudah hafal denganku, karena aku 2 hari kemarin hanya tinggal di dungeon, sambil berkelahi dengan beberapa binatang untuk membandingkan dengan yang ada di bumi"

Tentu saja bohong, Alan sebenarnya menggunakan otoritasnya untuk mengusir hewan-hewan yang mengganggu. 

Dia terlalu malas untuk bertarung dengan mereka, jadi untuk sementara Alan mengusir mereka agar tidak ada pertarungan.

Tentu Alan tidak bisa menggunakan otoritas ini hingga akhir nanti, selain karena terlalu tidak normal, Alan tidak ingin penonton berpikir hutan sama sekali tidak berbahaya yang pada akhirnya membuat mereka ceroboh.

"Wow hebat, Alan apakah kau sering tinggal di hutan sebelumnya?"

"Ya, tapi tolong jangan publikasikan ini di video mu"

Saat kata-kata 'ya' keluar dari mulutnya, entah mengapa Alan merasakan telepati dari Pandu. Telepati yang mengajaknya untuk berjabat tangan sambil berkata 'i see you are man of culture as well' kepada dirinya.

Ini pasti hanya ilusi, pikir Alan.

"Pandu, sepertinya kita hampir sampai ke tempat mereka"

Untuk sesaat Pandu bingung menentukan siapa mereka yang Alan maksud.

Baru ia kemudian mengingat dua orang pengunjung yang juga lewat arah ini, tapi tetap saja Pandu sulit mempercayai nya..

Karena sejak melangkah keluar dari barier mereka hanya baru berjalan sekitar 10 menit, dan sekarang sudah akan ketemu?