1 Awal Cerita

Keluarga Handoko saat ini sedang dihampiri kebahagiaan karena cucu pertama perempuan telah hadir di antara lima cucu laki-laki. Dion Handoko adalah pewaris tahta keluarga Handoko yang ke-3, beberapa perusahan menjulang tinggi di pusat kota telah dimiliki keluarga Handoko, tidak hanya bangunannya saja yang menjulang tinggi tapi bisnisnyapun berkembang sangat pesat.

Dion memiliki seorang istri yang bernama Laras Wijayasati, istrinya Dionpun adalah anak seorang konglomerat dari keluarga Wijayasati jadi wajar saja kehidupan rumah tangganya sampai saat ini jauh dari kata susah.

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Dion pada seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruangan rawat istrinya.

"Istri Bapak baik-baik saja dan Bapak telah dikaruniai dua orang putri yang begitu cantik."

Dion merasa bersalah karena saat istrinya melahirkan Dion sedang mengurus bisnis tidak ada di samping istrinya. Dionpun memasuki ruangan dan memeluk Laras yang masih berbaring terlihat lemah "Maafkan aku sayang."

Seorang suster datang.

"Mohon maaf Pak Dion anak Bapak yang pertama mengalami kelainan." Datang seorang suster membawa hasil diagnosa.

"Maksudnya?" Tanya Dion dengan heran.

"Bisa jadi nanti jika anak Bapak beranjak dewasa dia tidak akan berjalan normal seperti orang biasa," kata Suster itu menyuruh Dion untuk keruangan Dokter.

Laras yang mendengar itu semua sangat SHOCK keluarganya tahu dia hanya melahirkan satu putri dan Laras nekat membuang putri pertamanya itu.

Setelah dari ruangan Dokter, Dion melihat ke ranjang anaknya, kenapa anaknya hanya satu.

"Aku sudah membuang anak itu Mas!" Kata Laras dengan santai.

"Apa?"

"Tidak lucu Laras janganlah bercanda!" Dion mencari anak pertamanya ke siap sudut kamar ini.

"Kenapa kamu lakukan semua ini Laras? Aku sangat kecewa dengan kamu Laras!!! Kamu kemanakan dia Laras!!!" Anak itu adalah sebuah anugerah kenapa kamu melakukan semua ini?" Dion murka pada apa yang Laras lakukan.

Tangan Dion melayang akan menampar Laras tapi tiba-tiba Handphone Dion berbunyi..

["Halo?"]

"Jadi anakmu telah lahir?" Suara di seberang sana terdengar jelas di telepon.

["Ya, anakku sudah lahir dia perempuan dan kuberi nama Lara Sati,"] ucap Dion sangat berat yang hanya mengatakan satu putrinya saja padahal dalam hati Dion sangat ingin mengatakan pada Ayahnya tentang kedua putrinya.

Dion yang dibutakan cinta pada Laras hanya bisa menuruti apa yang Laras katakan, Laras menyuruh seorang suster membuang putri pertamanya itu. Laras dan Dion sempat memberi nama pada putri pertamanya yaitu Limas Sati, jauh sebelum melahirkan Dion dan Laras sudah menyiapkan nama untuk kedua anaknya itu.

Sebagai seorang Ayah, Dion mencari suster yang Laras suruh untuk membuang putrinya, "Ayo Laras katakan aku mohon siapa nama suster yang kau suruh untuk membuang anak kita!!" Bentak Dion.

"Anak kita? Aku tak sudi mempunyai anak cacat."

"Pahamilah Laras aku sudah berjanji tak akan menceraikanmu sekeras apapun hatimu dan sebesar apapun masalah kita maka dari itu aku mohon Laras beritahu aku siapa nama suster itu!!" Dion tersungkur ke Lantai dan menangis.

"Aku akan memberitahunya asal kamu janji padaku bahwa kamu tidak akan membawa anak cacat itu kembali." Laras masih dengan egonya.

"Ya aku berjanji!! Katakanlah cepat!!" Dion bangkit dan berdiri.

"ANJANI---"

Dion tidak mau mendengar lagi ucapan yang akan dikatakan Laras, Dion langsung pergi ke luar ruangan mencari suster yang bernama ANJANI.

Anjani tidak Dion temukan, sudah lelah mencari kesetiap penjuru rumah sakit ini tapi yang ia cari tidak ia temukan.

"Blugg!!" Dion mendobrak pintu ruangan Laras.

Laras sudah tidak ada di ruangan, hanya ada suster yang sedang merapihkan tempat tidur bekas Laras kemarin.

"Di mana istri saya?"

"Maaf Pak Dion, Bu Laras sudah dibawa pulang oleh keluarganya."

"Hah--?"

Dion segera pulang ke rumah di perjalanan Dion sangat sedih, kecewa dan geram pada istrinya itu, mengemudi mobilpun sangat tidak beraturan ia menerobos lampu merah untung saja Dion bisa lolos dari maut, baru saja ada sebuah truk yang hampir menghantam mobil Dion.

Mobilnya terparkir di sebuah rumah mewah bernuansa romawi kuno, halamannya begitu luas. Semua pelayan berjejer menundukan kepala ketika Dion tiba di rumah.

Suara orang-orang ramai di dalam rumah membuat Dion kaget, keluarganya telah datang jauh-jauh dari Cairo hanya untuk melihat kelahiran putrinya. Dion yang tadinya akan marah pada Laras hanya bisa menahan.

"Ahlan wasahlan ya marhaba anakku," Jidah memeluk Dion.

"Marhaba Ibu." Dion mencium kening Jidah.

"Selamat atas kelahiran anakmu Dion," ucap istri pertamanya Handoko yang sekaligus Ibu tirinya.

"Iya, eh Papah mana Bu?" Tanya Dion pada Jidah.

"Papahmu sudah tua Dion, dia ada di Jerman menikmati masa tuanya," jawab Ibu tiri.

"Iya Dion, Papah sudah tidak kuat untuk berjalan lama katanya," sambung Jidah.

Jidah yang menjadi istri ke-duanya Handoko tidak pernah masalah kalau Handoko jarang menemaninya di Cairo, Handoko lebih sering ada di Jerman bersama istri pertamanya. Dion anaknya Jidah tapi gaya hidup Dion lebih cenderung mengikuti kakanya Lukas di Jerman dibanding Azzam yang agamis. Azzam lahir di Cairo dan besar di Cairo, kalau Dion lahir di Indonesia dan besar di Jerman.

Dion masuk ke kamar ada Laras yang sedang memomong Lara anak keduanya.

"Kamu yang panggil Ibu aku kesini hah!!?" Dion mendorong bahu Laras dengan keras.

"Aww sakit Mas!"

Tok..tok..

"Ada apa Dion? Ibu dengar ada suara keributan?" Jidah masuk kamar.

"Engga bu hehe." Dion kembali berpura-pura seperti biasa.

"Dion Ibu hanya ingin mengatakan tentang kelahiran anak pertamamu itu kita adakan syukuran ya sebagai rasa syukur kita kepada Allah dan kita undang keluarga besar Wijayasati," jelas Jidah yang ingin cucunya ini mendapat keberkahan dari orang-orang yang hadir mendoakan.

"Tapi Bu sykuran itu adat mana ya?" Tanya Laras. Laras ini dibesarkan keluarganya di Jerman jadi wajar saja dia tidak tahu.

"Biasanya orang Indonesia juga suka melakukan, mereka akan mengundang Ustadz dan anak yatim untuk mendoakan bayi yang baru lahir," jelas Jidah.

Dion dan Laras hanya bisa menuruti apa yang Jiddah katakan.

Saat malam Dion tidak bisa tidur memikirkan keberadaan Limas, ia memandang ke sebelah kiri, ada Laras sedang tertidur seorang istri yang telah mengecewakan hatinya.

"Kenapa ia tega membuang anaknya, ibu macam apa dia ini," gumam Dion memandang wajah Laras.

Kalau bercerai menurutnya adalah hal terbaik mungkin saat ini dia akan menceraikan istrinya itu, tapi Dion tidak bisa membohongi hatinya sendiri dia sangat sayang kepada Laras. Dia ingin hubungannya langgeng sampai tua nanti, Laras adalah cinta pertama Dion dan Dion ingin menjadikan Laras sebagai cinta terakhirnya juga, tak ada yang lain di hati Dion kecuali Laras

avataravatar
Next chapter