7 7. Rogers-Rogers!

Wajah Noah pucat pasi mendengar pertanyaan dari Ciel, sang kekasih yang dia cintai. Dalam hati, dia mengutuk diri karena lupa menarik resletingnya. Dia juga mengutuk Amara Dinah, pelacur pribadi yang mana merangkap menjadi selingkuhannya. Seharusnya dia tidak terburu-buru saat mengenakan pakaiannya sehingga tidak ada yang tertinggal. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah terjadi.

Setelah ini Noah bertekad untuk tidak berhubungan sexual di kampus lagi. Meski dia melakukannya di gudang belakang, tetap saja rasanya tidak tenang. Karena apabila ketahuan, mati dia di drop out.

"Noah? Kenapa diem? Ciel cuman bercanda kok… iya 'kan Nora? Ciel keliatan lagi bercanda 'kan?" Ciel meninju pelan lengan Nora, berharap Nora mau bekerja sama dengannya.

"Hahahahaha! Iya, Ciel cuman bercanda. Jangan dipikir pusing, Noah. Cewek lo ini goblok kok. Dimana bisa mikir macem-macem?" Nora mengikuti jalan cerita yang Ciel inginkan. Dia membela sahabatnya meski sejujurnya jengkel.

Siapa juga yang tidak jengkel saat tau bahwa sahabat bodohnya ini diselingkuhi secara terang-terangan? Belum lagi, sahabat bodohnya diam dan tidak melakukan apapun. Ciel seperti pasrah saja. Ya meskipun Nora tau bahwa Ciel sedang sibuk mencoba balas dendam dengan cara yang menurutnya apik.

Tetap saja rencana balas dendam ini terdengar tidak masuk akal untuk Nora. Pikiran Ciel terlalu jauh. Dia terlalu dimabuk oleh novel romansa yang di abaca. Berpikir bahwa balas dendam seperti ini akan sangat mudah. Mendekati, dicintai, dan berhasil membuat mantan kekasih menyesal. Ciel tidak tahu bahwa yang namanya realita selalu sulit. Tak akan pernah mudah.

Jika Nora menjadi Ciel, dia mungkin sudah melabrak Amara Dinah dan mempermalukannya. Dia juga akan memaki Noah, mengumumkan pada seisi kampus bahwa Noah adalah si brengsek yang tidak pantas dicintai. Si brengsek yang seleranya begitu rendah sampai berselingkuh dengan pelacur seperti Amara Dinah. Si brengsek yang saat ini berdiri di hadapan dia dengan tak merasa bersalah.

Iya, Noah menganggap Ciel hanya bercanda. Tanpa merasakan kecurigaan sedikitpun.

"Nora, Ciel hari ini balik sama gue ya?" tanya Noah pada Nora, menyadarkan Nora dari lamunan sinisnya.

Ah, si bucin menjijikan ini. Sahabat gobloknya masih saja mau pulang bersama kekasih brengseknya ini.

"Ya udah. Tapi, emangnya Ciel mau nungguin lo sampai kelas selesai?" tanya Nora, melirik Ciel yang ada di sampingnya.

Ciel yang pada dasarnya lemot tidak bisa memahami kode Nora. Padahal, Nora berencana untuk melarang Ciel pergi dengan Noah. Tetap, Ciel tidak mengerti. Yang dia pahami, Nora iya-iya saja saat Noah berniat mengajaknya pulang bersama. Goblok memang. Otaknya masih belum matang sempurna.

"Ciel gak masalah kok buat nungguin Noah. Lagian juga cuman satu jam." Katanya polos.

Noah tersenyum lebar, mengusap rambut Ciel dengan sayang. "Nanti nunggu di kantin, makan sepuasnya. Aku yang bayar."

"Makasih Babe…" Ciel malah berterima kasih.

"Sama-sama sayang…"

Nora yang jengah dengan kebodohan Ciel memutuskan untuk pergi dari sana. "Ck! Udahlah, gue balik sekarang. Selamat ngebucin, Ciel… jangan goblok banget ya lain kali… dan Noah, awas lo kalau macem-macem sama sahabat gue!" Nora mengancam Noah.

Noah menjawabnya dengan wajah bangga. "Gue sayang banget sama Ciel. Gak mungkin lah gue nyakitin dia."

"Bacot." Umpat Nora sebelum pergi jauh dari sana, menyisakan Ciel dengan senyum gobloknya. Bahkan, Ciel sempat-sempatnya melambaikan tangannya. "Bye-by Nora!"

***

***

"Assalamualaikum!" Ciel uluk salam saat masuk ke dalam rumahnya bersama dengan Noah sang kekasih. Sama seperti Ciel, Noah juga menyempatkan diri untuk mengucap salam.

Ciel meletakkan tasnya di meja ruang keluarga, sedangkan Noah duduk di sofa sambil memeluk tasnya sendiri dan mulai bermain ponsel. "Mamah sama Papah mana?" tanya Noah, mencari calon mertuanya.

"Mamah pergi ke Mall mungkin? Kalau Papah 'kan di LA." Jawab Ciel sambil menguncir rambutnya dan menuju kamar untuk berganti pakaian.

Noah yang duduk nyaman di sofa ruang keluarga merasakan sebuah keanehan. "Bukannya waktu itu katanya Papah kamu udah pulang dari LA ya Babe?"

Ciel terdiam membisu. Langkah kakinya terhenti tepat di ambang pintu kamar. Tenggorokannya tercekat dan otaknya mulai panas karena berpikir keras mencari alasan. "Ehm… Papah berangkat lagi."

Noah sedikit curiga, namun dia tidak terlalu mementingkannya. "Kalau Abang Zael dimana?" Abang Zael adalah nama Kakak laki-laki Ciel yang saat ini sudah bekerja. Selisih usianya sekitar empat tahun. Dia bekerja sebagai seorang manager di sebuah perusahaan besar. Karir adalah hidupnya.

"Abang hari ini ada meeting penting. Jadi bakalan lembur." Jawab Ciel.

Noah mengangguk mengerti. "Rumah sepi berarti?"

Ciel masuk ke dalam kamarnya, mengganti pakaiannya tanpa menutup pintu. Lagipula, Noah sedang sibuk dengan ponselnya. "Enggak kok. Ada Bibi sama Pak kebun juga."

Setelah selesai mengganti pakaian, Ciel keluar dari kamar dan duduk di samping Noah. Seketika itu juga Noah langsung mendekapnya. Kepalanya mendusel manja di leher Ciel. "Kawin yuk sayang!" ajak Noah, bercanda.

Dimana berani melakukan itu pada Ciel. Bisa mati di keroyok oleh Papah Ciel dan Abang Zael.

"Ih, Noah mesum! Nyebelin. Gak mau ah! Dibilang nikah dulu kalau mau gitu-gituann." Ciel melayangkan protesnya.

Noah tertawa kecil, mengusap rambut Ciel dengan romantisnya. "Bercanda, sayang… aku mana berani macem-macem sama kamu? Bisa dihajar Papah kamu nanti. Lagian ya, aku anak baik-baik. kamu tau itu."

Otak Ciel menolak ucapan Noah. Anak baik-baik dia bilang. Anak baik-baik mana mungkin bermain dengan seorang pelacur di belakang kekasihnya sendiri? sudah begitu Noah tidak terlihat merasa bersalah sedikitpun. Cih! Seperti itu masih bisa bilang anak baik-baik.

"Noah mau minum apa? Ciel ma uke dapur ambil minum." Tanya Ciel yang merasa tidak betah lagi dengan kekasihnya ini. Apalagi saat Ciel sadar kalau Noah habis bermain dengan Amara Dinah. Cih… seenaknya menyentuh Ciel setelah menyentuh wanita lain.

"Aku mau es jeruk dong sayang… pengen yang seger-seger." Ucap Noah.

Ciel segera beranjak dari sana, tak lupa membawa ponselnya. Karena tujuan dia ke dapur bukan hanya untuk membuat minuman. Melainkan untuk melaporkan apa yang Noah lakukan hari ini kepada Ales.

Dia langsung menghubungi Ales. Dan tidak perlu menunggu lama untuk panggilan itu akhirnya terjawab.

"Ada apa?" suara berat dan sexy Ales langsung terdengar. Ciel mesam-mesem bahagia mendengarnya. duh, suara sexy calon selingkuhannya ini…

Ciel mengubah panggilan suara tersebut menjadi panggilan video. "Rogers Rogers! Ciel melapor Rogers!" Ciel bertingkah seperti mata-mata sungguhan. Dan ini membuat Ales geleng-geleng kepala.

"Tidak perlu bertingkah seperti itu, Ciel. Biasa saja." Tegur Ales.

Ciel mengerucutkan bibirnya. "Noah tadi habis nana ninu sama selingkuhannya. Amara Dinah." Ucap Ciel dengan polosnya.

Ales tepuk jidat, jengah. "Gak sekalian kamu lapor berapa kali Noah tarik nafas hari ini?"

"Harus ya Ciel melaporkan itu?"

"Goblok!"

avataravatar
Next chapter