2 2. Calon Mantu Menjadi Calon Istri

Ucapan Ciel tentang dirinya yang hendak membalas dendam dengan cara apik nyatanya bukan sebuah kebohongan belaka. Karena, sore ini, tepat setelah Ciel selesai berkuliah, gadis itu berdiri tepat di depan sebuah perusahaan ternama yang digadang-gadang milik ayah dari sang kekasih, Noah.

Ciel memberanikan diri, sengaja mengenakan almamater kampus ternama nya dengan harapan bisa diterima begitu baik.

Dia masuk, menuju meja resepsionis untuk menanyakan seputar ayah Noah.

Katakanlah Ciel bodoh, karena memang begitu nyatanya.

"Ada yang bisa kami bantu, Dek?" Seorang resepsionis yang mana merupakan wanita dewasa memanggil Ciel dengan sebutan 'dek'. Sebutan yang sangat Ciel benci.

Meski kenyataannya Ciel merupakan anak terakhir, tetap saja dia membenci sebutan tersebut. Kesannya, Ciel seperti anak-anak. Padahal, usianya sudah cukup dewasa. Ya, sembilan belas tahun bukankah terbilang dewasa?!

"Panggil Kak, bukan Dek ya. Ciel udah gede. Udah bukan anak SD lagi!" Keluh Ciel.

Resepsionis tersebut menjadi canggung. Tetapi, dia menuruti permintaan Ciel dan memanggil Ciel dengan sebutan kakak.

"Baik Kak. Maaf sebelumnya, ada yang bisa dibantu?" Resepsionis tersebut bertanya kembali.

Ciel berdeham, mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan resepsionis tadi. "Ehm… ini benar perusahaan Papahnya Noah Leopoldo?" Tanya Ciel.

"Benar sekali, Kak. Ini adalah perusahaan milik Tuan Morozova, ayah dari Tuan Muda Noah. Ada yang bisa dibantu?"

Manik mata Ciel menyorot ke sekitar, seolah memastikan bahwa tak ada melihatnya. "Ehm… apa Tuan Morozova ada? Ciel ingin bertemu dengannya." Bisik Ciel.

"Sebelumnya, apa Kakak sudah membuat janji dengan Tuan Morozova?" Sebagai seorang resepsionis, dia tidak bisa semudah itu untuk membiarkan seseorang masuk dan bertemu dengan bos besarnya. Bisa-bisa, dia terkena masalah.

"Belum sih… tapi, Ciel calon menantunya. Ciel pacarnya Noah. Pasti boleh lah ya masuk?" Jawab Ciel dengan penuh percaya diri.

Resepsionis tersebut tampak ragu. Dia menghubungi Sang Tuan, mengkonfirmasi tentang Ciel.

"Sebentar, saya hubungi sekretaris dari Tuan Morozova terlebih dahulu." Kata resepsionis tadi.

Ciel hanya bisa tersenyum dan menunggu.

Setelah beberapa saat menunggu, Ciel akhirnya bisa mendapatkan kepastian dari hasil menunggunya tadi.

Sang resepsionis mendekati Ciel, memasang wajah yang tidak terbaca menurut Ciel.

"Tuan Morozova mengijinkan Anda untuk bertemu dengannya. Mari, saya antar."

Ciel merasa sangat lega mendengar hal itu. Dia langsung mengikuti resepsionis tersebut menuju lift, kemudian naik hingga ke lantai paling atas gedung tersebut.

Sampai di lantai paling atas, resepsionis tadi berujar. "Di lantai ini hanya ada satu ruangan di koridor sebelah kiri. Di sana Anda akan langsung diarahkan untuk bertemu dengan Tuan Morozova. Saya tidak bisa mengantar Anda lebih jauh lagi karena memang bukan kewenangan saya. Silahkan." Kata resepsionis tadi.

Ciel keluar dari lift, mengikuti arahannya untuk menuju koridor kiri.

Benar saja, pada ujung koridor, terdapat sebuh pintu besar berwarna coklat tua. Dan di depan pintu tersebut, berdiri seorang pria paruh baya yang bisa Ciel tebak usianya sekitar lima puluh tahunan.

Wajahnya terlihat sangat khas dengan orang Indonesia. Seperti Noah.

Setelah mengamati lebih jauh pria paruh baya tersebut, Ciel langsung menyimpulkan bahwa pria paruh baya itu merupakan ayah Noah.

Sejujurnya, Ciel sedikit kecewa karena yang dia temui bukanlah pria tampan dengan perawakan kekar dan wajah bule nya. Yang dia temui justru Om-Om khas Indonesia.

Ya, meski tidak berperut yang terlalu buncit.

Tanpa basa-basi sedikitpun, Ciel langsung menggapai tangan pria paruh baya tadi, menjabatnya.

"Perkenalkan, Om. Saya Ciel… kekasihnya Noah. Saya sudah lama ingin bertemu dengan Om… Ciel sejujurnya naksir sama Om. Ciel dekat sama Noah cuman biar bisa dekat sama Om." Oceh Ciel tanpa tahu malu. Katakanlah Ciel seperti penjilat. Di sini, dia mengatakan hal tersebut. Tentang dia yang dekat dengan Noah untuk dekat dengan ayahnya. Tetapi, yang sebenarnya terjadi justru tidak demikian. Dia dekat dengan ayah Noah untuk membalas dendam.

Dan rasa tidak tahu Ciel justru membuat pria paruh baya tadi merasa malu. Dia terkejut dengan kedatangan gadis muda yang tiba-tiba mengoceh panjang lebar dan mengungkapkan perasaannya begitu saja.

Saking kagetnya, pria paruh baya itu sampai termenung beberapa saat, mengamati penampilan Ciel dari atas sampai bawah.

"Ciel?" Tanya pria paruh baya tadi dengan suaranya yang lemah.

Ciel merasa bersemangat saat mendengar namanya di sebut. Dia manggut-manggut antusias. "Iya! Aku Ciel! Pasti Noah udah ceritain tentang Ciel ya ke Om?"

"Hm?"

Melihat raut wajah pria paruh baya tadi kebingungan, Ciel jadi ikut kebingungan. "Om… kayaknya gak suka lihat Ciel. Tapi, gak apa-apa. Ciel bakal bikin Om suka sama Ciel! Om gak perlu khawatir! Ciel punya banyak jurus andalan untuk menaklukan hati laki-laki, buktinya anak Om aja luluh sama Ciel."

Mendengar kata anak, pria paruh baya tadi langsung tertawa terbahak-bahak. Dia menggeleng pelan, kemudian berujar. "Kamu kira saya Tuan Morozova ya?"

Ciel menganga lebar. Jadi, pria di depannya bukan Tuan Morozova?

"Ya… iya. Perawakannya udah pas banget kayak bapak-bapak anak satu yang anaknya udah gede. Pokoknya perawakan Om persis kayak Ayah Ciel. Jadi, Ciel gak salah 'kan?" Ciel menjawab dengan sedikit ragu. Dia menelan ludahnya susah payah, berharap dirinya tidak salah orang.

Sayangnya, Ciel salah besar. Pria tadi bukan Tuan Morozova. Pria itu mengulurkan tangannya, menjabat tangan Ciel.

"Perkenalkan, saya Adi. Sekretaris dari Tuan Morozova. Saya bukan Tuan Morozova, Ciel… saya hanya sekretarisnya. Untuk Tuan Morozova sendiri, dia ada di dalam sedang menunggu kamu yang katanya calon menantu dia."

Jeder!

Andaikan saja ini merupakan sinetron, mungkin petir langsung bersahutan di luar sana, menanggapi betapa malunya perasaan Ciel saat ini.

"A-anda bukan… Tuan Morozova?"

"Ya, saya bukan Tuan Morozova seperti yang kamu duga. Saya hanya sekretarisnya." Jawab Adi, sekretaris Tuan Morozova.

Ciel menggigit bibir bawahnya, menelan ludahnya kasar. "Begitu ya—" ucapan Caelia tiba-tiba langsung terhenti kala pintu ruangan besar tersebut terbuka lebar.

Bersamaan dengan itu, seorang pria tampan berperawakan kekar dengan rambut berwarna kecoklatan nya keluar dari ruangan tersebut. Tubuh dengan tinggi seratus sembilan puluh sentimeter itu berdiri persis di depan Ciel, membuat Ciel tanpa sadar mendongak dengan matanya yang berbinar sempurna.

"Ini Tuan Morozova, Ciel." Sahutan dari Adi membuat Ciel tersadar dari pikirannya sendiri. Pikiran yang sialnya sedang mengagumi ketampanan pria bermanik biru kehijauan di depannya.

"T-tuan Morozova?" Cicit Ciel, ketakutan.

Pria yang dia panggil dengan nama Tuan Morozova menatap Ciel, mengunci manik hitam legam di depannya. "Hm. Dengan saya sendiri. Jadi, kamu calon menantu saya?"

Oh My god! Suara serak milik pria itu membuat Ciel merinding seketika. Sampai-sampai, saking terpesona nya Ciel pada si Tuan Morozova, dia tanpa sadar berujar. "B-bukan… Ciel bukan calon menantu. Tetapi, calon istri Anda."

avataravatar
Next chapter