webnovel

Apakah mungkin?

Benar saja dugaanku. Kisahku tak berhenti di lorong rumah sakit. Beberapa kali namanya muncul di deretan pesan masukku. Hingga sampai pada malam ketika ia menemaniku hingga fajar menyingsing.

Semenjak malam itu, kamipun semakin dekat. Meskipun hanya lewat whatsapp, tapi aku merasa beruntung bisa kenal dekat dengannya. Entahlah, aku mulai dihantui rasa gundah. Tetapi aku tak mau dengan cepatnya mengartikan rasa ini sebagai rasa suka. Biarlah berjalan semestinya, mengikuti alur.

🌻🌻🌻

Hari ini aku harus kembali bergelut dengan tugas kampus, menyiapkan berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh dosen PA ku, setelah libur semester habis. Kali ini aku berniat untuk meminta bantuan seniorku itu untuk menyiapkan berkasku yang belum sempat ku print. Tapi ternyata, kini ia tak lagi bekerja di sana. Lantas dengan alasan apa lagi agar aku bisa komunikasi dengannya jika ia sudah tak disana, gumamku.

Telepon pintar ku bergetar beberapa kali. Kuabaikan begitu saja karna aku masih dijalan. Ketika sampai kampus dan kulirik pesan yang masuk, ternyata namanya yang muncul. Seketika senyumku mengembang.

"Kau kenapa?" tanya Isna heran melihatku cengengesan sendiri.

"Ah tidak, aku tak apa" jawabku malu.

Isna memandangiku ragu, ia berusaha mencari sesuatu dari gerak-gerik anehku.

"Sudah ayo masuk" ajakku mengalihkan pembicaraan.

Isna mengekor dibelakang ku. Untung saja aku bergegas masuk ruangan, jika tidak pasti akan ketahuan haha.

Setelah beres masalah tugas, Isna yang jauh-jauh dari rumahnya tak ingin segera pulang. Akhirnya kami memutuskan mencari makanan untuk mengganjal perut.

"Kau kenapa? Tak biasanya seperti ini. Chat dari siapa?" Isna memicingkan matanya, seakan ia sadar bahwa aku menyembunyikan sesuatu darinya.

Kusodorkan handphone ku kearahnya. Layarnya masih membuka pesan dari seniorku itu. Seketika ia kaget.

"What?"

"Iya, dia yang sedari tadi membuatku senyum sendiri"

"OMG!! Maul!! mas Very senior ganteng yang super cuek itu? Iya? Sejak kapan kalian dekat? Sampai-sampai ia menginginkanmu hadir di wisudanya"

Isna mulai memberondongiku dengan berbagai macam pertanyaan. Semua hanya ku balas dengan senyuman.

"Da, sumpah demi apa seorang Maulida yang terkenal judes dideketin seorang senior super cuek? Yakin nih nggak salah?"

Isna masih saja tak percaya perihal kedekatan ku dengan senior ganteng itu. Tapi wajar jika Isna heran, melihatku yang biasanya didekati buaya buaya kampus eh sekarang malah senior keren dan cuek idaman banyak cewek yang ngedeketin.