webnovel

Driving Me Crazy (21+)

Warning!! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan! Dikhianati oleh suaminya adalah awal mula pertemuan Vallerie Haven dan Dru Davidson. Vallerie yang patah hati dan Dru yang terjebak dengan sebuah permainan membuat keduanya bertemu dalam cinta satu malam meski tak mengenal satu sama lain. Setelah kejadian itu, keduanya tak lagi bertemu meski saling menginginkan. Namun ternyata takdir berkata lain, karena dendam terhadap mantan suaminya membuat Vallerie bertemu kembali dengan Dru yang tak lain adalah atasan Mantan suami Vallerie. Dan tentu saja, Vallerie semakin gencar mendekati Dru yang ternyata adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya untuk membalas sakit hatinya pada sang mantan suami. Cinta keduanya tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi suatu hari Dru mengetahui alasan Vallerie mendekatinya dan membuat pria itu sangat kecewa. Dru pergi meninggalkan Vallerie meski wanita itu sudah memohon dan meminta maaf. Akankan kepercayaan Dru akan kembali pada Vallerie? Ataukah cintanya untuk Vallerie hilang begitu saja setelah mengetahui faktanya?

Nouris · Urban
Not enough ratings
8 Chs

Tidak Bermaksud Mengkhianatimu

Dru terbangun dari tidur lelapnya. Rasanya setelah sekian lama, baru kali ini laki-laki itu tidur tanpa terjaga karena mimpi buruknya.

Diraba sisi lain ranjangnya. Kosong yang ia rasakan. Dru masih ingat terakhir kali melihat wanita itu masih tertidur disampingnya. Dengan wajah yang begitu damai dan menenangkan Dru yang melihatnya.

"Kemana dia?" tanya Dru pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan tangan menyugar rambutnya. Dihelanya napas pelan seperti tengah merasakan kehilangan.

Tatapannya tertuju pada lantai kamar yang berantakan. Dru bangkit dan memungut benda yang terbagi menjadi dua bagian. Laki-laki yang masih berdiri tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya terkekeh pelan bagaimana ia merobek kain itu dari tubuh wanita yang ia bawa semalam.

"Tidak mungkin dia pergi? Pakaiannya saja sudah rusak begini." Dru melihat sekitarnya tak mendapati kemejanya disana. Ia tersenyum karena hal itu. Pastilah wanita itu yang memakainya.

Masih bahagia dengan segala dugaannya, Dru mendengar ada suara dari luar kamarnya. Seperti ada orang yang memasak. Dengan segera Dru mengenakan celananya semalam dan keluar dari kamarnya.

"Good morning sleepyhead!" sapa suara merdu seorang wanita yang tengah berdiri didapur apartemen milik Dru.

"Ternyata kamu." Semangat Dru hilang seketika. Lelaki itu melangkah dengan gontai dan menghempaskan bokongnya di bar stool.

"Lesu sekali. Mau aku buatkan kopi?" Alina-sepupu Dru dari pihak ibu yang sangat sering datang ke apartemen pria itu.

"Boleh." Dru memandang kearah luar jendela dengan malas. "Sejak kapan kamu disini?"

"Tadi pagi." Alina meletakkan secangkir kopi untuk sepupu tampannya lalu duduk disamping Dru. Matanya mengamati Dru yang masih bertelanjang dada dihadapannya.

"Ada apa?" tanya Dru dengan dahi berkerut.

"Aku kira hari ini akan berbeda. Ternyata sama saja." Alina menarik wajahnya lagi dan menjauh dari Dru.

Kata-kata Alina begitu janggal bagi Dru. Pandangannya mengikuti arah gerak Alina yang sedang menyusun sarapan dihadapannya-Pancake yang dilumuri madu dan ada potongan buah-buahan disisinya. "Kenapa begitu?"

"Rasanya ada yang special pagi ini. Dan baru kali ini aku melihatnya."

"Jangan berbelit-belit. Katakan saja apa yang ingin kamu katakan," ucap Dru dengan mendengus kesal.

"Membawa seorang wanita ke Apartemen ini adalah hal yang langka menurutku." Alina melahap sarapannya dengan mengendikkan bahu.

Beruntung saat mendengar ucapan sepupunya itu, Dru sedang tidak minum. Kalau tidak, mungkin saja minuman itu sudah menyembur kewajah Alina yang kini duduk dihadapnnya.

"Kamu bertemu dengannya?" tanya Dru dengan wajah terkejut tentu saja. Tadi saat dirinya keluar dari kamar, mengira orang yang sedang berada didapurnya adalah wanita yang ia bawa semalam.

"Ya, dia pergi dengan tergesa-gesa."

"Kemana?"

"Mana ku tahu. Dia menabrakku dan mengucapkan maaf tanpa melihatku."

"Kenapa kamu tidak mencegahnya?" Dru berucap dengan nada yang sudah naik satu oktaf.

Tentu saja Alina langsung terheran karenanya. "Bagaimana aku mau mencegahnya kalau dia lari seperti dikejar hantu. Memangnya siapa dia? Kekasihmu?"

Dru membeku ditempatnya ketika Alina mengatakan pertanyaan terakhirnya. Tentu saja wanita itu bukan kekasihnya. Bahkan ia tak tahu siapa wanita itu. Tak mungkin ia mengkhianati cinta mendiang istrinya dengan memiliki kekasih yang lain.

"Kalau memang iya, aku turut bahagia. Setidaknya kamu sudah melupakan kesedihanmu-"

Belum sempat Alina menyelesaikan ucapannya, Dru sudah pergi meninggalkan wanita itu tanpa menghabiskan sarapannya. Masuk kedalam kamarnya dengan sedikit membanting pintu.

Hatinya mulai merasa bersalah. Sepeninggalan istrinya, Dru memang sering berhubungan dengan wanita yang ia temui di klub malam dan berakhir diranjang. Tapi tak ada satupun diantara mereka yang ia bawa ke apartemennya. Menghangatkan ranjangnya secara langsung.

Dru pasti memesan hotel untuk menghabiskan malamnya dengan wanita-wanita itu. Dan tentu saja ia tahu nama mereka. Tapi kali ini, entah perasaan apa yang membawanya kedalam situasi seperti ini.

Dengan lancang ia membawa wanita lain kedalam apartemennya-kekamarnya. Apakah itu sebagai pertanda bahwa Dru sudah melupakan mendiang istrinya? Apakah itu termasuk dalam kategori pengkhianatan?

Masih sepagi ini tapi Dru sudah dibuat pusing oleh wanita yang bahkan tak ia ketahui namanya itu. Rambutnya mulai basah dibawah guyuran air shower. Ia ingin menghilangkan sejenak bayangan wanita itu dan rasa bersalahnya pada Syakira-mendiang istrinya.

"Maafkan aku, Sayang," gumam Dru pelan. "Aku tidak bermaksud mengkhianatimu dengan membawanya kesini. Aku harap kamu mengerti."

Dru menyelesaikan mandinya setelah dirasa cukup tenang. Pagi ini ia memiliki jadwal yang cukup padat. Dan tak ingin semuanya menjadi kacau karena rasa bersalahnya.

Lagipula ia harus banyak beraktifitas untuk menepis bayang-bayang wanita yang terus menghantui pikirannya.

"Mau berangkat kekantor?" Ternyata Alina masih ada disana. membereskan kegaduhan yang sempat ia ciptakan tadi di darpur Dru.

"Iya."

"Aku ikut."

Alina segera meraih tasnya dan menghampiri Dru. Dipeluknya lengan kekar itu lalu keduanya berjalan bersama. Alina memang sedekat itu dengan Dru. Selalu bergelayut manja bahkan ketika Dru sudah menikah dengan Syakira. Terkadang hal itulah yang menjadi penyebab pertengkaran Dru dan mendiang istrinya.

Tapi Dru selalu meyakinkan jika Alina memang sepupunya yang manja dan Syakira harap memaklumi hal itu.

"Jangan cemberut, Dru. Nanti harimu semakin suram," canda Alina ketika keduanya berada didalam mobil.

"Hariku memang sudah suram sejak kepergian istriku."

Awalnya Alina bersandar dibahu Dru. Namun mendengar pengakuan sepupunya itu, ia langsung menjauh dari sana. "Kamu harus melanjutkan hidupmu, Dru. Tidak mungkin kamu terus dihantui rasa bersalahmu dengan mendiang Syakira. Ikhlaskan dia."

"Aku sudah ikhlas. Tapi bukan berarti aku bahagia setelah kepergiannya. Tidak ada orang yang bisa menggantikan dia." Helaan napas berat keluar dari mulut Dru. Membicarakan perihal mendiang istrinya bukanlah hal yang mudah.

"Bisa. Kamu pasti bisa. Percaya padaku."

***

Vallerie sudah merasa lebih segar setelah mandi. Ia menyiapkan makan malam untuknya sendiri. Setelah bercerai dari Alfa, Vallerie mulai membiasakan hidup sendiri. Masak sendiri, makan sendiri, tidur sendiri dan semua serba sendiri.

Dirumah mungilnya peninggalan orang tuanya ini, Vallerie mencoba menikmati kesendiriannya. Hanya memiliki Alfa dan Chaca dalam hidupnya membuat hidup Vallerie benar-benar sepi. Tapi ia tak pernah menyesal untuk hal itu. Terlebih karena pengkhianatan Alfa padanya. Vallerie yakin, ada sebuah rencana yang luar biasa yang sedang Tuhan rencanakan untuknya.

Didepan Tuhan, Alfa pernah berjanji untuk menjaganya. Tapi nyatanya omongan manusia tidak ada yang bisa dipegang. Laki-laki itu lebih memilih pergi. Dan kini, hanya Chaca lah teman satu-satunya bagi Vallerie.

Suara getaran ponsel membuyarkan lamunannya. Orang yang baru saja masuk kedalam pikirannya, kini memanggilnya.

"Alle, nanti ke bar lagi yuk." Suara cempreng Chaca yang begitu khas ditelinga Vallerie langsung menggema. Astaga.. Bahkan Vallerie sudah merindukan sahabatnya itu, padahal baru saja beberapa jam yang lalu mereka berpisah.

"Aku tidak mau."

"Kamu harus mau! Zico yang memintaku mengajakmu." Suara Chaca terdengar memaksa. "Tenang saja, kali ini pacarku yang traktir. Kami akan menjemputmu tiga puluh menit lagi. See you."

Tanpa menunggu respon dari Vallerie, Chaca langsung memutus sambungan teleponnya. Membuat Vallerie mendengus kesal tapi juga tersenyum bahagia setelahnya. Tanpa Vallerie sadari, pesona Dru mulai menghipnotis isi kepalanya.

Apa dirinya akan bertemu kembali dengan pria itu? Kalau iya, harus menyapa atau kabur lagi seperti tadi pagi?

To Be Continue...