webnovel

Driving Me Crazy (21+)

Warning!! Cerita ini mengandung unsur dewasa. Bijaklah dalam memilih bacaan! Dikhianati oleh suaminya adalah awal mula pertemuan Vallerie Haven dan Dru Davidson. Vallerie yang patah hati dan Dru yang terjebak dengan sebuah permainan membuat keduanya bertemu dalam cinta satu malam meski tak mengenal satu sama lain. Setelah kejadian itu, keduanya tak lagi bertemu meski saling menginginkan. Namun ternyata takdir berkata lain, karena dendam terhadap mantan suaminya membuat Vallerie bertemu kembali dengan Dru yang tak lain adalah atasan Mantan suami Vallerie. Dan tentu saja, Vallerie semakin gencar mendekati Dru yang ternyata adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinya untuk membalas sakit hatinya pada sang mantan suami. Cinta keduanya tumbuh seiring berjalannya waktu. Tapi suatu hari Dru mengetahui alasan Vallerie mendekatinya dan membuat pria itu sangat kecewa. Dru pergi meninggalkan Vallerie meski wanita itu sudah memohon dan meminta maaf. Akankan kepercayaan Dru akan kembali pada Vallerie? Ataukah cintanya untuk Vallerie hilang begitu saja setelah mengetahui faktanya?

Nouris · Urban
Not enough ratings
8 Chs

Bukan Perkenalan Biasa

Plaaakk...

Vallerie menampar pipi Dru dengan sekuat tenaga. Ia cukup terkejut dengan Dru yang tiba-tiba menciumnya. Tak pernah sebelumnya Vallerie melakukan kekerasan pada siapapun, termasuk pada Alfa yang sudah menyakitinya.

Tapi kini, Vallerie justru melakukannya dengan orang yang jelas-jelas berhasil membuatnya terlena. Pria itu mampu membuatnya terhanyut meski dengan ciuman singkat saja.

"Hentikan omong kosongmu dan jangan dekati aku lagi!" Vallerie meraih tas yang sempat ia letakkan dimeja bundar dihadapannya. Dengan langkah terburu-buru ia segera meninggalkan tempat itu meski Chaca terus memanggil namanya.

"Biar aku saja yang mengejarnya," ucap Dru pada Chaca yang sudah bersiap berdiri untuk mengejar Vallerie.

"Alle kenapa? Aku lihat dia terburu-buru pergi tadi," tanya Zico yang tak mendapati Vallerie diantara mereka. Ia baru kembali dari toilet dan tak melihat kejadian yang menimpa sahabat dari kekasihnya itu.

"Entah lah." Chaca menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari punggung Dru yang berjalan cepat untuk mengejar Vallerie. "Kamu mengenal pria itu?"

"Yang baru keluar itu?"

"Iya."

"Dru Davidson. Salah satu pemegang saham terbesar di bar ini dan dia juga seorang pengusaha yang sangat berpengaruh dikota ini. Kenapa?" Zico duduk disamping Chaca dan merangkul bahu sang kekasih. Disesapnya minuman yang sudah tersaji diatas meja bundar.

"Dia yang membuat Vallerie lari tadi."

"Kenapa?"

"Ini hanya dugaanku saja. Tapi aku rasa mereka memiliki hubungan yang tidak kita ketahui. Semacam hubungan rahasia."

"Mereka terlihat cocok. Jodohkan saja. Dru dan Vallerie sama-sama single." Zico yang cukup dekat dengan Dru memberitahukan akan peluang Chaca jika menjodohkannya dengan Vallerie.

"Ide bagus. Aku akan bicarakan hal ini pada Alle supaya dia cepat melupakan Alfa sialan itu."

Zico mengangguk setuju. "Aku akan bantu."

Sedikit memberi jarak dari kekasihnya, Chaca mengerutkan dahi menatap Zico. "Semangat sekali menjodohkan mereka." Chaca keheranan melihat betapa antusisnya Zico dalam perjodohan ini.

Ucapan Chaca membuat pria yang malam ini masih mengenakan setelan jasnya tertawa renyah tepat ditelinga sang kekasih. "Supaya kamu tidak terus memikirkan nasib sahabatmu itu. Yang kasihan karena Alle sendirian lah. Yang ingin Alle bahagia, dan bla bla bla."

Dipukulnya pelan dada Zico ketika melihatnya menjabarkan bagaimana dirinya selama ini jika menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan Vallerie. "Dia kan sahabatku. Tentu saja aku khawatir padanya."

"Nah, supaya kamu tidak khawatir lagi. Ayo kita jodohkan Alle dengan Dru. Aku yakin Dru bisa menjaganya dengan baik. Dan kamu juga bisa fokus padaku." Zico meraih dagu Chaca lalu dikecupnya pelan bibir wanita itu.

Mendapat sentuhan selembut itu, wanita mana yang tak mabuk kepayang. "Deal. Ayo kita jodohkan mereka."

***

Dru terus mengejar Vallerie yang terus menghindarinya. Saat melihat wanita itu masuk kedalam bar tadi, detak jantuk Dru mulai tak beraturan. Disatu sisi dirinya memberontak untuk mengacuhkan saja wanita itu. Tapi dilain sisi ia sangat ingin mendekatinya dan membawanya kembali kedalam pelukannya malam ini.

Pada akhirnya, Dru menyerah pada bagian rasa yang sudah menguasai dirinya. Ia mendekati Vallerie dengan harapan bisa mengenal lebih dekat dengan wanita itu.

Namun ketika Vallerie melihatnya, hal yang tak diduga terjadi. Vallerie bahkan tak mengenalinya. Atau berusaha untuk tidak mengenalnya.

Rasanya sungguh sakit diabaikan orang yang sangat diharapkan. Dru baru pertama kali merasa diabaikan seperti ini.

Setelah mendapat sebuah tamparan dan ditinggalkan begitu saja. Dru tak terima. Ia harus tahu kenapa wanita itu bisa bersikap seperti itu padanya dan segera mengejar Vallerie untuk mendapatkan sebuah penjelasan.

Ketika melihat Vallerie sedang berusaha menghentikan sebuah taksi, Dru langsung menarik tangan yang melambai ketepi jalan itu dan tentu saja mendapat tatapan tak suka dari Vallerie.

"Hei... Lepaskan tanganku." Vallerie terus berusaha melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Dru ketika pria itu menyeretnya pergi dari sana.

"Kita perlu bicara!"

"Kita tidak saling kenal, tidak ada yang perlu dibicarakan."

Dru menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya hingga menghadap wanita yang sangat keras kepala itu. "Lalu perkenalan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Dru dan menatap tepat dimanik mata Vallerie.

"Berjabatan tangan dan saling menyebutkan nama masing-masing, begitu?" terdengar tawa renyah Dru yang mengalun indah ditelinga Vallerie. disaat yang bersamaan juga terdengar menjengkelkan. Namun wanita itu tetap diam dan terus waspada dengan tindakan apa yang akan dilakukan Dru padanya.

Pria itu mendekatkan wajahnya ditelinga Vallerie dan berbisik, "Cara perkenalan kita sangat istimewa jika kamu ingat. Lebih dari sekedar berjabat tangan dan-"

"Cukup." Vallerie tak sanggup lagi mendengar segala macam ocehan Dru tentang mereka semalam. Meski dirinya belum ingat semua, tapi ucapan Dru benar. Mereka 'lebih dari itu'. "Lalu apa yang kamu inginkan dariku?"

"Sungguh kamu bertanya itu padaku? Kamu benar-benar penasaran dengan apa yang aku inginkan darimu?" tanpa menunggu jawaban dari Vallerie, Dru menarik pinggang Vallerie dengan sekali sentakan sehingga mau tak mau wanita itu langsung menubruk dada bidangnya. "Aku ingin menciummu, mencumbumu dan melihat kamu menggeliat dibawahku seperti semalam."

Bulu halus disekitaran tengkuk Vallerie mulai meremang merasakan hembusan napas Dru. Ia akui, pria yang saat ini tengah menggodanya itu sangat kuat sekali pesonanya. Jika dirinya tak berpegangan kuat dengan keteguhan hatinya, ia bisa kembali jatuh kedalam pelukan si buaya darat ini.

"Dasar orang gila," maki Vallerie dan berusaha melepaskan tubuhnya dari kungkungan tubuh Dru.

Sayangnya, Dru begitu kuat memeluk Vallerie sehingga wanita itu tidak bisa melepaskan dirinya hanya dalam sekali dorongan saja.

"Tapi kamu menyukai sentuhan orang gila ini, Sayang."

"Jangan panggil aku seperti itu! Namaku bukan Sayang." Dipalingkan wajahnya kemana saja asal tak melihat wajah Dru yang sangat tampat tapi juga sangat menyebalkan bagi Vallerie.

Ditelusurinya garis tulang selangka wanita itu dengan jari telunjukknya. Matanya mengamati mata Vallerie yang membuatnya tak bisa memalingkan mata dari sana. Sejak pertama kali melihat Vallerie, Dru sangat menyukai setiap lekuk wajah serta tubuh wanita ini.

"Lalu siapa namamu, hmm?" Jari telunjuknya mulai naik keatas leher dan beralih didagu. Mengangkat bagian itu sehingga mau tak mau wajah Vallerie menghadap Dru.

Vallerie masih memejamkan matanya, merasakan sentuhan Dru yang selalu membuatnya merasa dipuja. Dengan jari yang sangat familiar itu hampir saja membuatnya meloloskan sebuah desahan lewat mulut. Digigitnya kuat mulut mungil itu agar tak membuatnya malu karena terlena dengan godaan pria mempesona ini.

Sadar ia tak mungkin terus seperti ini, Vallerie membuka matanya dan menatap tajam tepat dibola mata Dru. "Hantikan tanganmu atau aku akan berteriak bahwa kamu melakukan pelecehan padaku."

Tawa Dru kembali menggema, kali ini lebuh kuat dari sebelumnya. Sepertinya memang apa yang baru saja Vallerie ucapkan adalah sesuatu yang sangat lucu baginya. "Kamu memintaku menghentikan sentuhan ini tapi tanpa kamu sadari kamu sangat menyukainya. Lihatlah, kamu selalu merespon sentuhanku meskipun mulutmu berkata tak ingin."

Vallerie hanya bisa mendengus kesal ketika apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya dapat dibaca dengan baik oleh Dru.

"Sekali lagi aku bertanya, siapa namamu?"

Sebelum Vallerie membuka mulutnya, suara perut Vallerie mengambil alih perhatian keduanya dan membuat Dru tersenyum.

"Sepertinya aku tahu jawabannya. Ayo kita makan, aku tidak ingin kamu kelaparan dan jatuh sakit. Setidaknya kamu harus menyiapkan tenagamu untukku."

Dru menarik tangan Vallerie lagi meski ditatap dengan horor oleh dua mata yang begitu menghipnotisnya. Berjalan mendekati mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Dan pergi dari bar yang semakin ramai dan menikmati malam perkenalan mereka.

To Be Continue