1 MIMPI

Namanya Angel "Most Wanted" sekolah, siapa yang tidak mengenalnya bahkan abang tukang bakso pun mengenalnya. Dia cantik, kaya dan juga terkenal meskipun IQ nya terkadang di bawah standar sedikit namun siapa peduli, asalkan kamu cantik atau kaya maka dunia seakan mengelilingimu, seperti itulah cara kerja dunia saat ini. Namun sayang, wajah cantiknya tidak secantik perilakunya.

Angel terkenal dengan wataknya yang keras, egois dan semena-mena dia juga terlibat dalam aksi bullying di sekolah, meskipun begitu tidak ada yang berani melawan bahkan para guru seakan abai dan pura-pura tidak mengetahui hal tersebut, itu semua berkat kekayaan orangtuanya membuat Angel mudah menggampangkan sesuatu.

Angel tersenyum saat melihat wajah teman dihadapannya, matanya berbinar bagaikan melihat mainan baru, Angel mengambil pena dari atas meja secara random dengan sengaja dia menjatuhkannya

"Ups.. pulpennya jatuh, bisa tolong ambilkan?" ujar Angel meminta teman yang berada didepannya dengan suara yang sengaja dibuat-buat.

Gadis berambut pendek sebahu yang berada dihadapannya menatap Angel dengan ekspresi tidak mengerti. Angel menarik sudut bibirnya dia memberi isyarat mata agar gadis tersebut segera mengambil pena yang terjatuh dilantai.

Gadis itu membungkuk mencoba mengambil pena yang dijatuhkan oleh Angel yang merupakan miliknya, saat tangannya telah berhasil menyentuh bagian pena tersebut dengan sengaja Angel menginjak bagian pena yang lain membuat gadis tersebut tidak bisa mengambilnya.

"Seperti ini yang benar, lo harus membungkuk saat minta maaf sama gua" cibir Angel.

Gadis berambut pendek sebahu tersebut mengangkat kepalanya melihat perilaku Angel tidak percaya namun saat semua orang menertawainya dia baru sadar jika dirinya sedang dikerjai. Seorang siswi yang berada dipojok kelas memperhatikan sedari tadi, dia menggertakkan giginya menunggu waktu yang tepat untuk memulai aksinya.

Gadis berambut pendek sebahu itu masih bergeming dari tempatnya, dia mencoba berdiri namun Angel terlebih dahulu menahan tubuhnya.

"Hei!" teriak Angel, "tetap diposisi hingga gua maafin lo."

Gadis berambut pendek itu hanya menurut meskipun sejujurnya dia tidak ingin melakukannya sama sekali, salah apa dirinya hingga harus merendahkan harga dirinya seperti ini, dia hanya tidak sengaja menggores seragam Angel dengan pena-nya haruskah dia membungkuk memohon ampunan seperti seorang pendosa dan lagi pula dirinya sudah meminta maaf sebelumnya.

"Woi" panggil Angel, gadis berambut pendek itu mendongak melihat wajah Angel yang terkena paparan cahaya matahari

Angel melipat tangannya kedepan, "Bentuk seragamnya memang sama, tetapi ini jelas-jelas berbeda seharusnya sekolah membuat seragam khusus untuk membedakannya"

Angel menekan pijakan kakinya dia menendang pena yang sebelumnya dia injak, "Shit! Hanya karena seragam kita sama bukan berarti lo selevel sama gua. Lo itu cuman.."

"ANGEL!!" teriak siswi yang sedari tadi memperhatikan kelakuan Angel disudut ruangan. Angel menoleh kearah sumber suara dilihatnya gadis berkuncir satu tengah berjalan kearahnya membelah kerumunan. Angel tersenyum sinis melihat siswi tersebut

"Who? Lo pahlawan kesiangan?" ejek Angel membuat yang lain mendengarnya tertawa

Siswi itu tersenyum miring, "No, i'm ONEIRONAUT"

Angel mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti, seakan tahu jika dia menyebutkan nama yang asing bagi orang lain gadis itu sedikit terkekeh

"Ahh gua lupa, isi otak lo hanya seperempat" ujar gadis tersebut dengan nada mengejek. Angel yang mendengarnya melotot kepada gadis yang tidak diketahui dari mana asalnya

Gadis tersebut naik ke atas meja, "Gua dream bender. Ini mimpi gua jadi kalian harus ikutin perintah gua!" seru gadis tersebut

Angel terdiam begitu pula yang lain, gadis itu turun dari meja dia mendekati Angel yang terdiam

"Tetapi gak seru juga- oke lo tetap sesuai karakter" ucap gadis itu, dia menjentikkan jarinya dan semua kembali seperti semula. Setelah semuanya kembali ke tempatnya dia melakukan sesuatu yang di luar dugaan semua orang.

"HEI" teriak Angel saat tiba-tiba tubuhnya diangkat dengan mudahnya oleh siswi tersebut.

"Lo takut?" godanya

"Turunin gua!" perintah Angel merasa ngeri dan juga tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Siswi berkuncir satu tersenyum miring, "Ini belum seberapa"

Setelah mengucapkan kalimat itu dia mengangkat tubuh Angel tinggi-tinggi lalu memutarnya selayaknya atraksi bola basket di jari, Angel yang menjadi korban saat itu hanya bisa berteriak histeris yang justru membuat siswi itu tertawa bahagia.

"REEEVAAA.. BAAAANGUUUN!"

Suara alarm terbaik di seluruh dunia adalah teriakan seorang Ibu, entah secanggih apa pun alarm yang kalian miliki suara Ibu tetaplah menjadi juaranya karena selalu berakhir sukses dalam membangunkan orang di rumah. Reva terbangun dia membuka selimut dan melirik jam yang berada dikamarnya masih ada 30 menit lagi untuk alarm canggihnya berbunyi namun Ibunya sudah membangunkannya terlebih dahulu.

"IYAA, AKU UDAH BANGUN" teriak Reva membalas suara Ibu

"Cepatan mandi!" perintah Ibu, "Anak perawan kok bangunnya siang-siang"

"Iya" sahut Reva masih dalam kondisi setengah sadar

"Nanti terlambat sekolah buruan!" perintah Ibu lagi

Meskipun Reva sudah menjawab tetap saja dia masih mendapat petuah dipagi hari yang selalu sama, dengan malas Reva bangkit dari kasurnya dia membuka pintu dan segera menuju ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Reva terdiam sejenak mengingat sesuatu yang dia lupakan, beberapa saat kemudian Reva tersenyum tipis saat mengingat mimpi yang dia buat sendiri. Sesuatu yang tidak bisa dia lakukan dikehidupan nyata.

"Cukup segini dahulu balas dendamnya, Angel" gumam Reva kepada dirinya sendiri

***

Sesampainya di gerbang sekolah Reva melihat teman dekatnya Nabila tengah berada diseberang jalan tengah menunggu lampu berubah warna untuk menyebrang

"NABILA!" teriak Reva membuat Nabila yang berada diseberang menoleh kearahnya, melihat Nabila telah melihat kearahnya Reva melambaikan tangan kepada Nabila agar dia bisa melihat siapa yang memanggilnya.

Melihat lambaian tangan Reva sahabatnya tersebut diseberang jalan Nabila membalas lambaian tangan sahabatnya seraya tersenyum dan memberikan isyarat agar dia menunggunya hingga keseberang.

Lampu APILL atau alat pemberi isyarat lalu lintas yang biasa kita kenal dengan lampu lalu lintas atau bahasa inggrisnya traffic light telah menunjukkan warna merah para pengendara dari kejauhan memperlambat laju kendaraannya, Nabila juga bersiap melintas melalui jalur zebra cross sesaat setelah Nabila tiba dihadapan Reva mereka berdua tersenyum dan bersiap untuk masuk kedalam area sekolah.

Ding..ding..ding..

Suara dari traffic light memberi tahu kepada para pengguna jalan agar mereka segera bergegas menyebrang karena lampu sebentar lagi akan berubah warna yang membuat mereka tidak bisa menyebrang dan harus menunggu kembali, tanpa pemberitahuan tiba-tiba Reva dan Nabila melihat seekor kucing jalanan tengah dikejar oleh anjing peliharaan milik salah seorang pejalan kaki yang melintas.

Kucing tersebut berlari menyebrang tanpa melihat sekitarnya, Reva yang mengetahui hal tersebut tanpa pikir panjang segera mengejar kucing tersebut dan hendak menyelamatkannya tanpa dia lihat ada sebuah mobil yang sudah berjalan kearahnya

Ciitttt...

Suara ban mobil dan aspal jalan beradu menimbulkan suara decit yang mengganggu telinga, Nabila sempat berteriak saat mobil alphard berwarna hitam tersebut nyaris mengenai tubuh sahabatnya. Nabila menghampiri Reva yang berjongkok sambil memeluk kucing jalanan yang dia selamatkan

"Lo gak apa-apa?" tanya Nabila khawatir. Reva mengangkat kepalanya menoleh kearah sahabatnya tersebut, dia menggeleng perlahan sebagai jawaban bahwa dirinya baik-baik saja.

Nabila membantu Reva agar berdiri meskipun sahabatnya telah memberi tahu keadaannya baik-baik saja namun ekspresi wajah Reva tidak bisa bohong, wajahnya berubah pucat yang sebelumnya tampak sangat ceria, Nabila membersihkan debu yang terdapat diseragam Reva, saat itu orang yang mengendarai mobil tersebut keluar, seorang pria muda berusia sekitar 20an dengan setelan kaus dan celana jeans terlihat sangat casual.

Lelaki yang mengendarai mobil alphard tersebut menghampiri Reva dan Nabila memastikan keadaan siswa yang hampir dia tabrak.

"Kamu gak apa-apa dek?" tanya lelaki tersebut, wajahnya terlihat khawatir

Reva dan Nabila spontan menoleh kearah lelaki tersebut secara bersamaan, "Iya aku baik-baik aja" tutur Reva, "maaf"

"Tidak apa-apa, aku hanya kaget tadi" sahut lelaki tinggi tersebut, "mau kerumah sakit untuk diperiksa?" tawar lelaki itu memastikan jika semuanya baik-baik saja

Reva menggeleng, "Tidak perlu kak, saya baik-baik saja. Sekali lagi saya minta maaf"

Setelah percakapan tersebut bel sekolah berbunyi membuat Reva dan Nabila pamit dari pria itu, mereka berdua pun masuk ke dalam sekolah dan bersiap untuk mengikuti seluruh aktivitas hingga bel pulang nanti berbunyi.

***

Jae keluar dari mobilnya, dia memakai pakaian casual dengan tambahan aksesoris kacamata hitam, di luar Jae sudah disambut oleh para penggemar yang sedari pagi menunggunya. Sebelum masuk kedalam tak lupa Jae menyapa para penggemarnya, dia melambaikan tangan kearah kumpulan penggemarnya Jae juga melepas kacamata hitamnya agar para penggemarnya bisa leluasa melihat wajahnya.

"Jae, produser sudah menunggumu" bisik asisten pribadinya, mendengar hal tersebut Jae mengangguk pelan dia pun memberikan salam perpisahan kepada para penggemarnya sebelum masuk.

Di dalam ruangan sudah ada beberapa orang yang telah tiba, Jae sedikit membungkuk memberikan salam kepada mereka semua

"Halo" sapa Jae kepada semua orang yang berada di dalam ruangan.

Salah seorang pria yang terlihat lebih tua darinya berdiri dan menghampiri Jae.

"Wah Jae kamu sudah datang?" tanya pria tersebut basa-basi yang merupakan produser musik

Jae tersenyum ramah, "Iya, mianhe aku terlambat"

Produser musik yang bernama Kim Sa Rang tersenyum kepada anak didiknya itu, "No problem, kita juga baru saja akan mulai"

Kim Sa Rang mengambil kertas yang bergambar baris-baris lagu dia menyerahkan kepada Jae,

"Oke kita mulai semua, ayo bersiap!" ucap Kim Sa Rang kepada seluruh crew yang bertugas di sana.

"Jae segeralah masuk!" perintah Kim Sa Rang kepada Jae agar lelaki tersebut segera masuk kedalam ruang rekaman. Tanpa disuruh dua kali Jae masuk kedalam ruang rekaman dia memakai headphonenya dan bersiap untuk bernyanyi.

Kim Sa Rang mengangkat tangannya memberi pertanda kepada Jae, "Tiga.. dua.. satu.. oke"

Setelah hitungan terakhir Jae mulai bernyanyi mengikuti irama musik yang didengarnya, suara merdunya membuat orang yang melihat aksinya tersebut terpukau. Mereka menatap kearah Jae seperti hanya di sanalah satu-satunya keindahan.

***

Bel istirahat berbunyi Nabila meregangkan tubuhnya yang tegang hampir dua jam dia tidak mengubah posisinya, dilirik teman sebangkunya yang sedang asyik tertidur saat mata pelajaran sejarah berlangsung hingga bel berbunyi. Nabila membangunkan Reva yang tengah terlelap tidur, dia tahu Reva bukan hanya tertidur melainkan juga bermain dialam mimpinya.

"Rev, bangun" ucap Nabila menggoyangkan tubuh Reva pelan

Reva yang merasa terusik membuka mata perlahan dan mendapati wajah sahabatnya tengah tersenyum karena berhasil membangunkannya

"Ah, Nabil ganggu aja deh" gerutu Reva sedikit kesal mimpi indahnya diganggu, "Baru aja mau ih.." lanjut Reva menggerakkan kedua tangannya seakan hendak menyatu

Nabila memutar bola matanya malas, "Nanti aja dilanjut. Yuk kekantin gua udah lapar nih!" ajak Nabila seraya menarik lengan Reva dengan cepat. Reva yang masih setengah sadar dengan terpaksa mengikuti kemauan sahabatnya itu, mereka berdua akhirnya pergi menuju kantin sekolah.

***

Di belakang sekolah terlihat beberapa siswi tengah berkumpul mengelilingi seorang siswi yang lain, siswi yang berambut panjang tergerai melangkah satu langkah di depan dari temannya

"Lo pikir lo siapa?" tanya siswi tersebut kepada teman yang berada dihadapannya

Siswi yang berada dihadapannya hanya terdiam menunduk tidak ingin melihat wajah cantik dari temannya itu

"Berani banget lo laporin gua ke guru, lo ngerasa hebat di sini" ketusnya

"Angel lo salah" ujar siswi tersebut akhirnya. Siswi dengan rambut panjang tergerai adalah Angel yang juga terkenal sebagai 'dewi' di sekolah. Angel terkejut mendengar ucapan siswi tersebut

"Hah? Are you crazy?" ujar Angel tidak percaya

Dengan bibir bergetar siswi tersebut mengucapkan alasannya, "PR harus dikerjakan oleh diri sendiri, gua gak akan ngerjain tugas lo lagi"

Angel tersenyum sinis, "Hei lo mulai berani ya!"

Angel mendorong tubuh siswi tersebut dengan kasar membuat siswi itu terdorong kebelakang dan menabrak dinding yang berada dibelakangnya cukup keras, siswi itu mengadu kesakitan saat punggungnya mengenai dinding.

"Aduh"

Angel mencengkram kerah seragam siswi itu, "Dengar! Lo seharusnya berterima kasih sama gua kalau bukan sponsor ortu gua kesekolah ini lo gak bakal bisa sekolah di sini, ngerti lo!"

Tidak jauh dari tempat pertengkaran antara geng Angel dan siswi itu Reva dan Nabila memperhatikan mereka, saat hendak menuju ke kantin tanpa sengaja kedua sahabat itu melihat Angel dan gengnya menarik seorang siswi kearea belakang sekolah, curiga dengan gelagat mereka Reva dan Nabila memutuskan untuk mengikuti mereka secara sembunyi-sembunyi.

Melihat aksi bullying yang dilakukan oleh Angel membuat Reva ingin keluar dari persembunyian mereka dan membantu siswi itu, namun Nabila mencegah hal tersebut bahkan sejujurnya Nabila juga tidak ingin mengikuti Angel dan gengnya dia hanya tidak ingin jika mereka ikut terlibat oleh geng Angel.

"Nab, kita gak bisa cuman diam aja" bisik Reva kepada sahabatnya

"Kita laporin guru" usul Nabila

Reva menghembuskan napas pelan mendengar usulan dari sahabatnya itu, "Percuma"

"Terus bagaimana?" tanya Nabila bingung

Reva berpikir sejenak cara aman untuk membantu siswi tersebut tanpa harus berurusan dengan Angel dan kawan-kawannya, tiba-tiba tercetus sebuah ide yang bisa meloloskan mereka semua.

"Gua ada ide" ujar Reva, dia mengeluarkan smartphone miliknya lalu mengetikkan sesuatu di sana. Beberapa saat kemudian terdengar suara notifikasi dari smartphone milik Angel dan kawan-kawannya tepat sebelum Angel melayangkan tangannya ke wajah siswi itu

"Angel lihat!" pinta salah seorang teman Angel menunjukkan notifikasi di dalam smartphonenya. Angel melihat notifikasi yang tertulis di sana wajahnya yang semula memerah berubah menjadi sumringah hanya dalam hitungan detik

"Serius?" tanya Angel tidak percaya kepada temannya tersebut

Teman Angel mengangguk sebagai balasannya, "Coba cek hp lo"

Angel membuka smartphonenya dan benar dia mendapatkan notifikasi yang sama, dengan segera dia melupakan kemarahannya.

"Kali ini lo beruntung" ucap Angel kepada siswi yang ada dihadapannya itu, setelah mengucapkan kalimat itu Angel dan kawan-kawannya pergi dari tempat tersebut meninggalkan siswi itu sendirian. Setelah dirasa semuanya aman Reva dan Nabila keluar dari persembunyian, mereka menghampiri siswi yang sebelumnya ditindas oleh Angel dan kawan-kawannya.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Nabila terlebih dahulu

Siswi itu mengangguk, "Aku gak apa-apa"

Reva melihat luka lecet di lengan siswi tersebut dengan cepat dia mengambil plester yang berada disaku seragamnya.

"Pakai ini" ucap Reva

Siswi itu tersenyum menerima plester pemberian Reva, "Terima kasih"

"Mungkin sebaiknya kita ke UKS dahulu" usul Nabila, "tadi kita lihat Angel ngedorong lo cukup keras"

Reva menyetujui usulan sahabatnya itu, "Benar kita ke UKS dahulu"

Reva dan Nabila membantu siswi itu berdiri setelahnya mereka bertiga berjalan menuju UKS sekolah, di tengah perjalanan Nabila bertanya tentang cara yang dilakukan Reva membuat geng Angel mendadak pergi begitu saja.

"By the way, lo ngelakuin apa sampai Angel dan yang lainnya pergi?" tanya Nabila penasaran

"Gak ngelakuin apa-apa" balas Reva datar

"Lalu kenapa mereka pergi?" tanya siswi tersebut yang juga penasaran, "kalau gak salah, mereka langsung pergi pas lihat hp"

Reva terkekeh sebelum menjawab pertanyaan mereka berdua, "Sebenarnya gua cuman lakuin ini." Reva menunjukkan email yang dia kirimkan kepada Angel dan kawan-kawannya yang berisi informasi pemenang tiket konser.

***

"Gila lo Rev!" seru Nabila saat mendengar cerita sahabatnya itu, "bisa-bisanya lo kepikiran ide itu"

Reva menelan makanan yang berada di dalam mulutnya sebelum membalas ucapan Nabila, mereka berdua kini telah berada dikantin sekolah setelah mengantarkan siswi tersebut ke UKS. Awalnya mereka ingin menemani siswi itu namun siswi tersebut menolak dan mengatakan jika dia baik-baik saja, mendengarnya mereka berduapun memutuskan kekantin sebelumnya Nabila membeli sebuah roti dan susu untuk dia berikan kepada siswi itu.

"Gua tahu kalau dia ngefans banget sama itu" ujar Reva dia mengambil minumannya dan menyeruput sebelum kembali berbicara, "kemarin gua dengar kalau dia ingin banget nonton konsernya tetapi kehabisan dan mereka ikut giveaway gitu buat dapat tiket tersebut"

"Tetapi.. lo yakin dia gak bakal tahu kalau itu lo?" tanya Nabila dengan wajah khawatir

Reva menggeleng pelan tanpa melihat wajah Nabila, "Gua pake fake akun"

"Gimana kalau Angel nyewa orang buat nyari tahu" bisik Nabila suaranya makin merendah takut jika ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua

"Tenang aja, Angel gak akan ngelakuin itu" jelas Reva, "kalau dia ngelakuin itu sama aja dia ngasih tahu kalau dia kena tipu, lo tahu Angel kayak gimana kan?"

"Harga diri is number one" ucap Nabila mencoba menirukan suara Angel. Reva yang melihat tingkah laku sahabatnya terkekeh geli.

***

[ ON ]

Sebuah pintu besar menjulang tinggi dihadapannya, dia melihat sekeliling tidak terlihat apa pun yang terlihat hanya pintu besar didepannya tersebut tangannya mencoba meraih handle pintu namun baru saja dia menyentuhnya pintu tersebut terbuka, hawa sejuk menerpa tubuhnya tatkala pintu tersebut dibuka, dilihatnya sisi dibalik pintu besar tersebut sebuah pemandangan yang sangat indah.

Bunga-bunga beraneka warna bermekaran dengan sangat cantik, aliran air anak sungai mengalir dengan sangat jernih kamu bahkan bisa melihat ikan-ikan tengah berlarian, dia melangkahkan kakinya masuk kedalam saat kakinya menyentuh rumput yang berada di bawahnya terasa sangat sejuk, ini seperti surga.

Dari kejauhan terlihat seseorang tengah bermain dengan kumpulan kupu-kupu yang terbang, dia melihat gadis tersebut wajahnya tak terlihat tertutupi cahaya namun seperti bisa membayangkan gadis tersebut pasti sangatlah cantik. Sadar jika ada orang lain yang datang gadis itu membalikkan tubuhnya dia tersenyum kepada orang yang baru saja datang.

"Hai Jae" sapa gadis itu suaranya terdengar sangat lembut

[ OFF ]

Jae terbangun saat suara dari luar mengganggu tidurnya, matanya melihat kearah jendela mobil jalanan dipadati kendaraan Jae melihat kedepan lampu merah menyala, dia berada disebuah persimpangan jalan.

"Kamu sudah bangun?" tanya asisten Jae yang melihatnya melalui spion depan mobil

"Aku tidak tidur" balasnya datar

"Jelas-jelas tadi kamu tidur" gerutu asisten Jae

Jae melirik tajam, "Kamu bilang apa?"

"Ah.. tadi aku ditelpon, pemotretannya akan dimajuin jadi kita pergi ke tempat pemotretan terlebih dahulu" alasannya mengalihkan pembicaraan agar tidak dimarahi oleh Jae.

Jae menghembuskan napas pelan tanpa menjawab kalimat dari asistennya tersebut, dia menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil dilihatnya pemandangan dari luar, langit berwarna biru cerah beberapa awan putih sedikit menutupi cahaya matahari seakan memberikan kesan yang indah.

"Cuacanya cerah" gumam Jae seorang diri.

***

Reva sedang berada diatap sekolah dia sedang berbaring diatas meja kayu yang tidak digunakan lagi oleh pihak sekolah dengan sebuah buku yang menutupi wajahnya sedangkan tasnya dia jadikan bantal untuknya, terlihat meja yang lain terdapat buku pelajaran yang berbeda. Reva berniat belajar setelah pulang sekolah itu sebabnya dia berada diatas atap sekolah saat ini.

Disebelah kepala Reva terdapat tas berwarna biru muda yang merupakan milik Nabila sahabatnya, mereka berdua sudah berencana untuk ke atap sekolah usai pelajaran berakhir namun Nabila saat ini sedang turun ke bawah untuk membeli beberapa camilan dan minuman untuk mereka, karena terlalu lama ditinggal oleh Nabila dan posisi Reva yang berbaring ditambah pelajaran yang sedang dia pelajari membuatnya mengantuk, pada akhirnya Reva tertidur.

Nabila tiba dilantai paling atas sekolahnya, dia membuka pintu darurat yang merupakan jalan menuju atap sekolah. Tempat ini biasa dipakai oleh siswa-siswi sekolah untuk bersenang-senang atau membolos agar tidak diketahui oleh guru, itu sebabnya para guru mengunci pintu tersebut menggunakan pasword dan hanya beberapa siswa dan guru yang mengetahui passwordnya. Beruntungnya Nabila menjadi salah satu yang mengetahui password tersebut berkat dirinya yang aktif dalam extrakurikuler sekolah.

Setibanya Nabila masuk dilihat temannya itu yang sedang berbaring dengan buku pelajaran sejarah yang menutupi wajahnya, Nabila menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya bisa-bisanya Reva tertidur di sini.

"REVA!" teriak Nabila tepat ditelinga sahabatnya tersebut

Reva yang mendengarnya kaget dia segera terbangun dari tidurnya, Nabila terkekeh melihat wajah Reva yang terkejut sangat lucu sedangkan Reva terlihat kesal, dilihatnya wajah nabila yang tanpa dosa telah membangunkannya tersebut.

"Berisik tahu!" sungut Reva dia reflek menutupi telinga saat Nabila berteriak ditelinganya.

"Salah sendiri lo tidur" ujar Nabila santai, dia mengeluarkan camilan dan minuman dari dalam kantung plastik yang dibawanya. Nabila meletakkan itu semua diatas meja tempat Reva berbaring.

"Gua nyuruh lo baca buku sejarah, bukannya tidur" omel Nabila setelahnya

Reva menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, "Gua baca kok, tetapi kelamaan jadi berasa didongengin"

Nabila menghembuskan napas, "Oke putri tidur sekarang saatnya kita belajar" ucap Nabila akhirnya. Mereka berdua membuka buku masing-masing dan membahas materi yang berada dibuku tersebut sesekali mereka juga becanda atau membahas di luar konteks materi sesuatu yang menyenangkan.

3 jam telah berlalu tanpa terasa langit mulai gelap menandakan mereka harus segera pulang kerumah masing-masing. Reva dan Nabila membereskan buku-buku dan juga sampah yang berserakan.

"Rev lo masih bisa lucid dream?" tanya Nabila tiba-tiba

Reva yang sedang membersihkan sampah menghentikan aktifitasnya, "Hm, kenapa?"

Nabila menggeleng, "Tidak apa-apa hanya penasaran bagaimana rasanya?"

Reva mengambil sampah terakhir dan memasukkannya kedalam kantung plastik setelahnya dia mendekati sahabatnya tersebut

"Seperti bermain game virtual" sahut Reva dia mengambil minuman miliknya lalu meneguknya

"Bedanya kita adalah penulis, sutradara dan juga pemain di sana, yang pasti kita mengetahui bagaimana akhirnya" lanjut Reva

"Bisa ngobrol sama orang lain?" tanya Nabila

"Tentu saja, tetapi-" Reva terdiam menggantungkan kalimatnya

Nabila mengangkat sebelah alisnya, "Tetapi apa?"

"Tetapi ucapan yang keluar dari orang tersebut, seperti yang kita inginkan" jawab Reva akhirnya ekspresinya tidak bersemangat seperti sebelumnya dia bercerita. Nabila yang mendengarnya hanya mengangguk mengerti.

Langit makin menggelap awan hitam berkumpul tetapi langit tidak berniat menurunkan airnya dia hanya membuat bintang-bintang kecil tertutupi oleh awan-awannya, Reva dan Nabila berpisah disebuah persimpangan mereka melambaikan tangan pertanda perpisahan

"Bertemu lagi di sekolah" ucap Nabila tersenyum

Reva tersenyum, "Iya, bye"

Perbincangan tersebut mengakhiri perjumpaan mereka hari ini, keduanya kembali kerumah masing-masing beristirahat atau melakukan kegiatan selanjutnya. Sesampainya di rumah Nabila bergegas masuk kekamar dan meletakkan tasnya diatas meja belajar, Nabila hendak mengambil handuk untuk mandi namun matanya menangkap sebuah foto yang terpajang rapi dimeja belajarnya.

Raut wajah Nabila berubah melihat foto di dalam pigura tersebut, matanya menampakkan sebuah kesedihan, Nabila meraih pigura itu sebelum suara Mamanya memanggil namanya

"Nabila kamu sudah pulang?" tanya Mamanya dari balik pintu

Nabila kembali meletakkan pigura tersebut ke tempatnya, "Iya ma, Nabila baru sampai"

"Segera mandi jangan kesorean" suruh Mamanya lembut

Nabila membuka pintu dia tersenyum melihat Mamanya, "Siap kapten"

Mamanya membalas senyuman anaknya tersebut, dia mengelus pelan kepala Nabila sebelum akhirnya pergi dari hadapan anaknya itu. Nabila hendak menutup pintu namun matanya masih memperhatikan foto di dalam pigura hingga beberapa detik sampai akhirnya pintu ditutup.

**Note :

ON = Saat Reva tertidur dan bermimpi / Saat berada dalam mimpi

OFF = Saat telah bangun dari tidur / Saat berada di dunia nyata **

avataravatar
Next chapter