webnovel

Belajar bersama Ali

Iapun mencari informasi mengenai Aarav Alkatiri lalu menunjukkan informasi yang mengarah ke Aarav Alkatiri.

"Look! kamu bisa bacakan? silahkan baca!" perintah Naila sembari menunjukkan ponselnya ke Mihka.

Mikha pun membaca artikel yang menjelaskan data pribadi Aarav Alkatiri.

"Terus apa hubungannya dengan pak Ali? ya kuakui wajahnya mirip tetapi mereka beda jauh! Aarav Alkatiri anak orang kaya sekaligus seorang sarjana psikologi! sedangkan pak Ali hidup dikeluarga sederhana dan seorang dosen lulusan Kualifikasi Akademik S2! jadi tidak ada kaitannya, bodoh!" bentak Mikha.

"Mungkin saja dia Aarav yang ditemukan oleh sebuah keluarga?" curiga Naila.

"Kamu punya akal gak sih? kan dijelaskan kecelakaan itu sudah sangat lama banget dan korban sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Meskipun Aarav itu belum diketahui dia selamat atau tidak tetapi kan coba pikirkan, pesawat itu meledak lalu tenggelam. Pasti tidak akan selamat, coba pikirkan sebelum bertindak!" bentak Mikha, lagi.

Setelah itu iapun masuk kedalam kampusnya. Naila tersenyum melihat Mikha yang geram dengan perbuatannya, tandanya ia berhasil membuat Mikha panas.

***

Sore hari...

Terlihat Mikha sedang duduk didepan teras rumahnya sembari memerhatikan rumah Ali yang sangat sepi dan hening.

"Duh... pak Ali udah pulang belum ya?" ucap Mikha.

Tak lama kemudian, pintu rumah Ali terbuka. Dan ternyata yang membukanya adalah Ali. Iapun keluar dari dalam rumahnya lalu menutup pintu rumah sebelum kerumah Mikha.

Mikha pun senang melihat Ali yang berada disana. Akan tetapi, Ali terlihat masuk kedalam rumah dan Mikha kembali menunggu.

Mikha merasa bete dan kesal karena dia harus menunggu terus menerus. Sedangkan Ali jarang menunggunya karena ia selalu tepat waktu.

Dan tiba-tiba...

"Surprise," ucap seseorang disamping kiri Mikha.

Mikha langsung menatap kearah kirinya dan ternyata itu adalah Ali. Terkadang Ali bersikap seperti seorang sahabat dekat dan terkadang ia bersikap serius layaknya dengan murid.

"Ih bapak, bikin aku terkejut aja," ucap Mikha sembari tersenyum.

"Maafkan saya Mikhailovna Azkadina," jawab Ali sembari duduk disamping Mikha.

"Hmm, lagi-lagi bapak bawa balon, bunga, dan coklat. Kenapa bapak sering bawa tiga barang itu saat kesini?" tanya Mikha.

"Karena ketiga barang itu, kamu sukai. Kamu suka balon, karena suka meletusin nya didepan orang. Yang kedua adalah bunga, karena dengan adanya bunga, kata mu lingkungan menjadi sejuk dan asri. Dan yang ketiga adalah coklat, karena kamu sering telat makan. Sehingga dengan adanya coklat, kamu bisa menahan rasa lapar mu!" jelas Ali.

"Uwu.. bapak selalu mengingat kata-kata saya terus menerus. Ya sudah deh pak, kita mulai aja belajarnya sekarang. Soalnya besok saya belajar matematika nih," jawab Mikha.

"Ya sudah, mari. Buka buku tulis mu sekarang! saya akan memberikan catatan terlebih dahulu baru memberikan sebuah latihan. Mengerti?" ujar Ali sembari membuka buku yang berisi mengenai rumus matematika.

"Mengerti pak!" Mikha pun membuka buku tulisnya dan menyiapkan pena untuk mencatat.

Ali memberikan buku yang berisi rumus matematika dan menyuruh Mikha untuk mencatat semuanya. Ya dua halaman yang disuruh catat.

"Mikha, kamu catat dua halaman ini!" perintah Ali.

"Siap, pak," Mikha mengambil buku tersebut lalu mencatat sesuai yang diperintahkan Ali.

Sembari menunggu Mikha selesai mencatat, Ali pun membuat sebuah latihan serta jawaban latihan tersebut dari kertas yang berbeda. Seperti biasa, Mikha mencatat sembari berbicara. Itu kebiasaan dia selama ini dengan pak Ali. Tetapi topik pembahasannya tidak seperti biasanya.

"Pak, bapak belum ada kepengenan gitu mau menikah?" tanya Mikha sepontan.

"Ya saya mau menikah dan sudah menemukan siapa yang cocok. Tetapi saya lihat calon pilihan saya itu sepertinya belum siap untuk menikah," jelas Ali.

"Oh begitu, terus satu lagi. Kalau misalnya bapak sampai ternyata punya saudara kembar dan terus kembaran bapak ini terkenal. Suatu ketika kembaran bapak dikabarkan hilang, terus fans kembaran bapak ngelihat bapak dan pikir kembaran bapak itu adalah bapak. Apa yang akan bapak lakukan?" tanya Mikha.

"Saya bilang bahwa saya cuma seorang dosen bukan orang yang mereka cari. Saya ingin hidup sesuai diri saya sendiri bukan terkenal karena wajah saya mirip dengan seseorang!" jelas Ali.

"Memangnya kamu kenapa sih, tanyanya seperti itu?" tanya balik Ali.

"Ya enggak pak, inikan hanya tanya iseng-iseng saya," ujar Mikha.

Lalu Mikha terdiam dan memutuskan untuk mencatat saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Begitupun juga dengan Ali yang kembali membuat latihan Matematika tanpa bersuara.

***

beberapa menit kemudian...

"Pak, sudah saya catat," ujar Mikha.

"Baik, ini latihannya. Kamu jawab ya!" jawab Ali sembari memberikan buku yang berisi latihan soal matematika.

Mikha mulai mengisi latihan matematika sembari melihat buku catatannya. Karena semua rumus sudah dicatat.

Sifat jahil Mikha pun keluar. Ia mengambil salah satu balon yang dibawa Ali untuk diletuskan didekat Ali agar terkejut. Namun baru saja ia menusukan pensil ke balon tersebut, tiba-tiba...

Byuarrrrrr...

Air didalam balon membasahi wajah dan baju Mikha. Ia benar-benar terkejut melihat itu, karena kini dia malah yang kena imbasnya.

Ali menatap kearah Mikha lalu tertawa melihat kelakuannya.

"Mikha, Mikha. Saya sudah hafal dengan tingkahmu yang jahil, kini giliran kamu yang kena karma nya!" ucap Ali sembari tertawa.

"Ih bapak! iseng banget sih!!! basah kuyup kan jadinya aku," jawab Mikha sembari berdiri.

Setelah itu Mikha masuk kedalam rumahnya untuk berganti baju sebentar. Ali pun menunggu sembari membaca rumus matematika lainnya yang tertulis disebuah buku.

Karena bosan menunggu dan mungkin lupa bahwa balonnya sudah ada isinya, Ali mengambil salah satu balon lalu memecahkan nya. Dan kini ia terkena tepung dari balon tersebut.

Mikha terkena air sedangkan Ali terkena tepung terigu yang ada didalam balon. Ia langsung buru-buru berdiri didepan halaman rumah Mikha dan membersihkan tepung ditubuhnya tersebut.

Saat sedang membersihkan tepung dan ditubuhnya, Mikha keluar dari rumahnya dan melihat Ali yang sedang sibuk membersihkan begitu banyak tepung dibaju dan wajah Ali.

"Ha...ha...ha bapak kok wajahnya penuh tepung sih? wkwkwkwkwkw makanya bapak jangan jahil sama orang, nanti kena karma nya!" Mikha tertawa begitu keras membuat Ali tersipu malu.

"Diam kamu!" bentak Ali.

Mikha pun terdiam sembari tersenyum. Ia melihat tepung yang mengotori lantai serta sedikit tepung didalam balon. Mikha mengambil balon berisi tepung tersebut lalu berjalan menghampiri Ali.

"Pak Ali jangan marah-marah dong, nanti tampannya hilang!" ucap Mikha.

"Kamu bisa tidak jangan berisik?" tanya Ali dengan nada marahnya.

Mikha pun langsung mengusap wajah Ali dengan sisa tepung yang ada dibalon yang dibawanya.

"Mikha!" Ali berdiri terdiam melihat badannya yang kembali kotor.

Mikha pun tertawa terbahak-bahak sembari menatap Ali.

Next chapter