1 Eps 1: Terbangun

"Doriiiii" teriak ibu. Suara Ibu terdengar  semakin menjauh dan pelan. Lalu lama-lama menghilang. Kesadaranku pun menjauh.

Agustus 2019

Aku terbangun di kamar yang bercat serba putih. Dengan gorden berwarna cream. Jendela yang menampakkan langit yang biru.

Aku melihat sekeliling ku. Ada selang-selang yang dipasangkan di hampir seluruh bagian tubuh ku.

Aku mencoba membuka kedua mata ku,

mengangkat tangan yang terasa begitu berat.

Ku lihat selang yang berada di punggung tanganku yang sangat kurus. Sampai aku butuh beberapa menit menyadari bahwa itu adalah tanganku.

Ruangan yang begitu hening.

[Aku dimana?]

Kemudian, seorang wanita berpakaian perawat masuk ke dalam ruangan. Aku melihat ke arah nya. Perawat itu pun terkejut lalu langsung bergegas keluar dan tak lama kemudian seorang dokter bersama rekan-rekannya masuk menghampiriku.

Ia memegang beberapa alat dan langsung melakukan pemeriksaan.

"Hubungi keluarga nya." Perintah dokter itu. Dan perawat itu pun pergi.

Beberapa waktu berlalu. Seorang wanita yang terlihat khawatir menghampiriku, air matanya mengalir dari pipinya.

Ia memelukku kuat dan berulang kali memanggil namaku. Aku melihatnya dengan seksama. Lalu kusadari bahwa wanita yang memelukku sekarang adalah ibuku.

"Ibu." Ucap ku dengan suara yang serak. Aku bahkan tak dapat mengenali suara ku.

Mendengar ku memanggilnya Ibu, Ibu menangis semakin kencang. Tangisan yang mungkin sudah di tahannya selama ini. Ibu yang kulihat saat ini sudah begitu tua dari yang ku ingat terakhir kalinya.

Setelah itu, beberapa dokter dan perawat melakukan pemeriksaan menyeluruh. Kesadaranku dan terlebih tenaga ku masih belum bisa ku kontrol sepenuhnya.

Aku hanya diam mengikuti semua intruksi yang di berikan oleh dokter. Dari kejauhan aku melihat ibu ku terdiam di luar sambil memperhatikan ku dari kaca ruangan.

Beberapa jam setelah pemeriksaan, aku kembali ke kamar sebelumnya. Disana ibuku sudah menemani. Ibu melihatku dengan lembut seperti biasa. Tatapannya sangat hangat. Ia tersenyum dan memotong buah pir kesukaanku.

"Dori. Pir nya mau di potong kecil-kecil atau mau yang gede aja?" Tanya ibu.

"Yang kecil bu" ucapku sambil terus melihat kerutan-kerutan yang sudah timbul di wajah ibuku.

"Kenapa dori ada di rumah sakit bu?"

Ibu ku diam sebentar. Setelah menyuapiku potongan pir tadi, ibu ku mulai menjelaskan.

14 tahun yang lalu ketika umur ku masih 15 tahun, aku mengalami kecelakaan tabrak lari saat hendak menyebrangi jalan sepulang sekolah menuju butik ibu. Ibu yang saat itu sedang beberes butik nya, telat berlari ke arah ku dan kecelakaan itu pun terjadi dengan cepat.

Memikirkan ibu yang single parent membayar rumah sakit ini sendirian selama 14 tahun membuatku ikut menangis.

"Maaf bu.. Maaf.." ucapku sambil menangis tersedu-sedu. Ibu memelukku.

"Dori tak salah apa-apa. Kenapa minta maaf?" Ucap ibu kembali menangis.

Setelah memastikan semua kondisi ku baik-baik saja. Aku di perbolehkan untuk melakukan rawat jalan. Dan mengijinkan ku pulang.

Selama seminggu masa therapy. Aku mencoba untuk menguatkan kembali otot-otot ku yang sudah lama tidur. Makan minum. Dan aktifitas ringan walaupun ibu melarangku.

"Dori bakal istirahat kalo capek ko bu" ucapku menenangkan ibu yang khawatir

Ibu ku adalah seorang pembuat baju yang telah di akui di kota kami. Karna itu, butik ibu lumayan ramai dikunjungi. Ibu orang yang sangat giat dalam bekerja. Ia tak pernah memperlihatkan letihnya di depan orang lain.

Sejak kecil aku sudah tertarik dengan pekerjaan ibuku. Selain karena mengagumi ibuku, aku senang sekali memperhatikan kain-kain yang beraneka warna-motif di padukan dengan berbagai tehnik yang akhirnya menghasilkan banyak mode.

Saat ibu tengah sibuk melayani pengunjung, aku juga akan ikut membantunya dalam mendengarkan permintaan klien kami.

Siapa tahu aku juga bisa membuat butik ku sendiri kan. Atau mungkin saja meneruskan butik ibuku. Hehe.

Setelah itu,  aku kembali ke kamarku melihat apa-apa saja yang bisa kucari untuk mengetahui  bagaimana tahun-tahun setelah aku tak sadarkan diri.

Ingatanku agak kabur. Dokter mengatakan sebelumnya bahwa ini adalah gejala shock yang kualami pasca kecelakaan.

Kamar ku tak begitu besar. Masih persis sama dengan terakhir kali ku ingat. Cat berwarna pastel. Dan terdapat bingkai-bingkai foto yang menampilkan fashion-fashion dari top model dunia.

Di dinding dekat meja belajarku, terdapat banyak potongan-potongan mode pakaian yang sepertinya hasil coret-coret ku dulu.

Aku memang sangat hobi menggambar sejak kecil. Tapi melihat hasil kerja ku dulu membuatku merasa kagum dan puas dengan hasilnya. Aku tersenyum-senyum memperhatikan hasil karya ku.

Lalu aku melihat ke arah  rak meja, ada beberapa deretan buku catatan dan album yang terletak di dalam  box-box. Sepertinya ini dilakukan ibuku supaya buku ku tetap terawat.

Aku mulai membaca buku - buku catatan itu dan melihat album-album foto yang ada.

Foto-foto yang ada di album tertulis tahun-tahun saat foto itu diambil. Ibu ku sangat rajin memotret perkembanganku sejak bayi sampai sekolah.

Namaku Dorothy. Orang-orang terdekatku memanggilku dori. Umur 15 tahun sebelum kecelakaan. Dan sekarang umur ku 29 tahun. Aku anak tunggal dikeluargaku. Keluarga kami tinggal jauh dari kerabat lain. Dan biasanya kami akan berkumpul saat liburan atau hari Raya.

Ayah ku sudah meninggal dunia karna sakit saat umur ku masih 10 tahun. Sejak itu ibu merawatku seorang diri.

Aku dapat mengingat kembali beberapa hal. Tapi aku sangat kesulitan mengingat bagaimana kehidupan sekolah ku dulu. Seperti apa teman ku, pelajaran kesukaanku, dan seperti apa aku di sekolah.

Kemudian aku membuka sebuah lemari kecil yang terletak di bawah tempat tidur. Lemari itu memiliki pintu yang bermotif bunga teratai dan terdapat garis keemasan di setiap sisi pintu.

Langsung saja kubuka lemari itu untuk melihat apa yang ada di dalamnya.

Dan ternyata sebuah buku diary. Di sampul buku diary yang berwarna merah muda dengan corak polkadot berwarna pastel itu terdapat namaku. Dori.

Di bagian catatan awal  terdapat tulisan Love Story. Aku mengenali tulisanku. Tapi aku tak ingat menaruh sebuah diary disana.

Kemudian kubuka diary ku. Kubaca Lembar demi lembar.

Aku pun bingung.

Di diary ku hanya ada catatan:

Sebuah pengakuan.

Sebuah Cerita.

Perasaan dan Emosi yang kuat.

Ada sebuah  nama yang kutulis berulang - ulang. Dan nama itu adalah Ren. Tapi aku sama sekali tak mengingat nya.

Seperti apa wajahnya. Bagaimana karakternya. Tak ada satupun yang ku ingat tentangnya.

Hal yang lebih membingungkan, aku termasuk tipe yang tidak terlalu ceria, tidak pemurung juga, mudah bergaul, tapi bukan tipe yang suka menjadi pusat perhatian.

Melihat ku membahas seorang laki-laki di bukuku sendiri membuat ku merasa  ada emosi lain dalam diriku. Rasa penasaran yang ingin segera kuselesaikan.

avataravatar
Next chapter