webnovel

Dongfang Feng Zhanshi - Pendekar Angin Timur

Hongxi Li dan Huanran Xi, kakak beradik yang bekerja pada Kerajaan Song, merupakan abdi setia kerajaan. Kendati acap melaksanakan tugas yang bertentangan dengan hati nurani, mereka tetap menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Bukan menyoal harta, bukan pula kemahsyuran, tetapi disebabkan utang budi pada keluarga kerajaan. Sampai suatu ketika, satu kejadian mengikis habis loyalitas mereka. Meskipun tidak bertindak makar, keduanya memutuskan berhenti dari pengabdian. Mereka pun menelusuri sejarah kelam keluarganya yang berhubungan dengan salah seorang anggota kerajaan. Pengembaraan mereka mengarungi Jianghu dimulai. Sayang, di dalam perjalanan, seorang anggota kerajaan mengutus pendekar tangguh untuk menghabisi keduanya karena dianggap mengetahui banyak rahasia Song. Dalam pertarungan tersebut, Huanran Xi tewas. Alih-alih menyalahkan kerajaan, Hongxi Li menyalahkan Yueliang Gongzhu atas kematian adiknya. Ia pun melanjutkan pengembaraan untuk menuntut keadilan pada Yueliang Gongzhu dan menyibak sejarah keluarganya. Dongfang Feng Zhanshi merupakan prekuel dari Liulang Huajia. Kedua cerita ini rencananya akan menjadi bagian dari serial trilogi garapan penulis. Selamat membaca serial kungfu klasik ini!

Koji_Reguler · Action
Not enough ratings
2 Chs

Yi Dui Dongfang Ying - Sepasang Elang Timur

Pada era Dinasti Song terakhir, kerajaan mengalami serangan dari bangsa Jin dan Mongolia. Pada masa tersebut, Yi Dui Dongfang Ying (Sepasang Elang Timur) merupakan abdi setia yang namanya menggetarkan seluruh Tiongkok, pun disegani Jianghu (dunia persilatan). Kendati mengetahui Dinasti Song yang lalim, loyalitas mereka tak pernah luntur. Jasa Dinasti Song memang besar pada keduanya, sehingga mereka selalu siap menjadi perisai Song.

Yi Dui Dongfang Ying adalah dua kakak beradik yang berasal dari Tiankong Xueyuan (Perguruan Langit). Hongxi Li—sang kakak—merupakan pendekar yang tapaknya membuat jeri musuh-musuh. Jurus tapak langitnya memadukan kekuatan dan serangan tajam berhasil membuatnya menjadi pendekar yang disegani. Sementara Huanran Xi yang memiliki jurus sama, lebih dikenal dengan kecepatannya yang luar biasa. Meskipun kemampuan mereka setingkat di bawah lima pendekar tanpa tanding, keduanya tetap termasuk pendekar papan atas. Tak ayal, kelima pendekar tanpa tanding pun memperhitungkan kemampuan mereka, terutama jika keduanya bersatu. Sayang, mereka berada di pihak yang tak mengindahkan nurani. Bahkan mereka sering menjalankan tugas yang bertentangan dengan prinsip kebenaran. Beruntung, kali ini mereka dipanggil menghadap salah satu anggota kerajaan berhati mulia.

Pada pagi hari di kediaman salah seorang petinggi kerajaan, laki-laki bertubuh tinggi besar sedang berjalan mondar-mandir. Wajahnya yang tampan saat itu terlihat tidak sabar. Satu perasaan yang tidak biasanya menggelayuti pria tersebut. Entah sepenting apa masalah yang sedang dipikirkannya hingga membuatnya demikian. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar langkah orang yang berhenti di depan pintu.

"Masuk," ucapnya.

Tak lama kemudian muncul dua orang laki-laki dari balik pintu yang terbuka. Seorang di antaranya memiliki rambut hitam panjang yang bagian atasnya diikat ekor kuda, sedangkan sebagian lainnya dibiarkan tergerai. Ia memiliki wajah oval yang membingkai alis tebal, mata lebar, hidung mancung, dan bibir yang tipis. Pria berperawakan tinggi dan kekar itu bernama Hongxi Li.

Sedangkan seorang lagi bernama Huanran Xi yang memiliki wajah mirip dengan Hongxi Li. Perbedaan yang paling tampak di antara mereka adalah tubuh Huanran Xi tidak setinggi dan sekekar Hongxi Li.

"Kami menghadap Yang Mulia," ujar Hongxi Li memberi hormat pada pemilik kediaman yang tidak lain adalah Wang Xiaohui, menantu Kaisar dari salah satu selirnya.

"Aah, sudahlah tidak perlu terlalu sungkan. Kalian berdua adalah sahabat-sahabatku. Silakan." Wang Xiaohui berkata lantas mempersilakan mereka duduk.

"Ada apa kiranya Yang Mulia memanggil kami?" tanya Huanran Xi.

Wang Xiaohui tidak langsung menjawab seraya menyeruput minuman yang tersaji di atas meja. Setelah itu ia memandang Hongxi Li dan Huanran Xi bergantian.

"Apakah kalian sudah mendengar desas-desus yang terjadi di Nanxia?"

Hongxi Li dan Huanran Xi bertukar pandang, kemudia Hongxi Li menjawab, "Sudah, Yang Mulia. Mengenai pungutan pajak tinggi pada rakyat oleh pejabat Shaosheng."

Wang Xiaohui mengangguk. "Rupanya kabar tersebut sudah tersebar," tukasnya, menghela napas. "Anehnya selama ini Nanxia tidak pernah memenuhi kewajiban pajak sesuai yang titah kerajaan."

"Yang Mulia, apakah kami ditugaskan menyelidiki masalah tersebut?" tanya Huanran Xi.

Wang Xiaohui mengangguk. "Benar. Segeralah ke sana."

Hongxi Li pun bertanya, "Bagaimana kalau ternyata kabar tersebut benar?"

"Beri kabar padaku dan tunggu perintah selanjutnya," ujar Wang Xiaohui, "aku tunggu kabar kalian secepatnya."

Hongxi Li dan Huanran Xi berdiri lantas berpamitan, "Kami mohon diri, Yang Mulia." Keduanya pun berlalu ke luar ruangan.

***

Malam hari di kediaman Kepala Desa di di desa yang berada di daerah Nanxia, Tianlun Le sedang duduk di teras rumah sambil ditemani sang istri, Kangjian. Raut wajahnya terlihat murung, membuat kerutan di dahi pria berusia 35 tahun tersebut sedikit kentara.

"Kakak, diminum dulu. Nanti tehnya tak lagi hangat," ucap Kangjian yang cemas melihat kegundahan Tianlun Le.

Tianlun Le mengangguk, lantas menyeruput minumannya.

"Mengapa Kakak tampak murung?"

Ditanya demikian, Tianlun Le menghela napas kemudian menjawab dengan suara lirih. "Aku memikirkan kejadian tadi pagi ketika beradu mulut dengan Shaosheng."

"Shaosheng memang keterlaluan. Sampai kapan ia sadar kalau pajak yang dipungut telah menyengsarakan penduduk," ujar Kangjian, kesal.

"Ia bukan tidak menyadari perbuatannya, tapi nuraninya telah dibutakan harta. Karena itu besok aku berniat ke kerajaan untuk mengadukan masalah ini."

Mendengar kata-kata Tianlun Le, Kangjian makin cemas. "Hati-hati, Kakak. Aku khawatir Shaosheng tega berbuat apa saja untuk menghentikan Kakak."

Hati Tianlun Le tersentuh mendapati perhatian Kangjian. Ditatapnya lekat-lekat wajah istri yang ia cintai lamat-lamat sebelum berujar, "Adik tidak perlu cemas, aku tidak sendirian. Para Kepala Desa di Nanxia juga mendukung rencanaku ke kerajaan. Bahkan besok mereka akan turut menemaniku ke sana. Meski pejabat Shaosheng orang yang tamak, tapi aku yakin ia tidak berbuat lebih kelewatan lagi."

"Tapi Kak—"

"Semua akan baik-baik saja. Ini sudah malam, sebaiknya lekas temani Meling tidur," kata Tianlun Le berdiri dan hendak mengantarnya masuk ke rumah. Namun tiba-tiba terdengar suara di belakang meraka.

"Permisi."

Tianlun Le menoleh, dilihatnya dua orang pemuda tampan sedang berdiri sambil memegang tali kekang kuda. Keduanya mengenakan pakaian lusuh seperti habis melakukan perjalanan jauh. Pada punggung kuda mereka terlihat gentong-gentong keramik yang terikat dan dibungkus oleh kain. Mereka tidak lain adalah Hingxi Li dan Huanran Xi yang sedang menyamar. Penyamaran tersebut memang diperlukan agar informasi yang didapat benar adanya dan tidak ditutup-tutupi.

"Ada apa, Saudara-Saudara?"

"Saudara, apakah ada penginapan di desa ini?" tanya Hongxi Li.

"Saudara, ini hanya desa kecil yang jarang dikunjungi, sehingga tidak ada penginapan di desa ini. Kebetulan saya Kepala Desa di sini, adakah yang bisa daya bantu?"

"Kami hendak mengantar barang-barang pesanan ke desa di sebelah utara. Karena sudah larut tadinya kami ingin bermalam di desa ini dan melanjutkan perjalanan esok. Tapi sepertinya kami harus melanjutkan perjalanan karena tidak ada tempat menginap," terang Hongxi Li.

Tianlun Le mencerna pikiran sesaat lantas berkata, "Rumah kondisinya tak layak. Tapi kalau Saudara bersedia, silakan bermalam di sini."

Kangjian terkejut mendengar tawaran sang suami. "Kakak, kita tidak kenal mereka," bisiknya.

"Tidak apa-apa. Sepertinya mereka orang baik-baik. Bukankah bagus menolong orang yang sedang susah?!" bisik Tianlun Le pada Kangjian.

"Terima kasih. Kami tidak akan melupakan budi baik Saudara," tukas Hongxi Li.

Tianlun Le menjamu kedua tamunya dengan ramah dan berbincang-bincang. Dalam perbincangan tersebut, Hongxi Li dan Huanran Xi berhasil mengorek keterangan mengenai Shaoshen. Mengorek keterangan tanpa membuka penyamaran merupakan salah satu keahlian mereka.

"Jadi benarkah Shaosheng membelot pada Jin dan memberikan pajak mereka?" tanya Huanran Xi memastikan yang baru didengarnya dari Tianlun Le.

Belum sempat Tianlun Le menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda yang berhenti di depan rumahnya.

"KELUARLAH TIANLUN LE!! KITA SELESAIKAN URUSAN KITA!!"

Mendengar seruan tersebut, serta-merta mereka bergegas ke luar rumah. Setibanya di sana, mereka melihat lima orang berwajah menyeramkan sedang duduk di atas kuda.

***