webnovel

UNTUNG ADA DIA

Kadang kita tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup kita, kita tidak pernah mengerti kenapa TUHAN memberikan cobaan yang begitu berat dan sulit untuk kita menerima kenyataan yang ada, namun apa dengan begini kita mau menyalahkan TUHAN ? seolah-olah Tuhan itu tidak peduli namun aku tetap yakin bahwa TUHAN sangat baik terhadapku, Dia tidak akan mencobai kita diluar kemampuan kita dan melalui penguatan itu aku tetap tegar atas apa yang terjadi.

Meskipun hal-hal yang aku miliki sekarang mulai berkurang dari yang tadinya ada orang tua dihidupku kemudian aku harus merelakan keputusan bi Yen untuk menetap dikampung halamannya, bi Yen adalah orang yang sangat berjasa buatku, dia udah ada dari aku kecil yang mengurusi segala keperluanku dari yang aku tidak bisa melakukan sesuatu jadi bisa mandiri sampai sekarang bahkan dia sudah aku anggap sebagai ibu kedua bagiku, dan sekarang tidak akan ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi maupun menyiapkan makan siang dan malam untukku sedangkan sopir pribadi favoritku juga harus mengundurkan diri karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dari yang hanya sekedar sopir, bagiku itu tidak masalah karena aku juga sudah tidak memerlukan sopir untuk mengantar kesekolah. Harta semakin hari semakin berkurang yang tertinggal hanya surat warisan dan surat kepemilikan rumah namun karena aku masih berusia remaja, semua harta tersebut harus dipegang oleh penegak hukum.

"semua hak kepemilikanmu akan kamu terima namun menurut surat-surat penting ayahmu, kamu akan menerimanya jika kamu sudah berumur 22 tahun, saya harap kamu mengerti Jesika ?" saya hanya menganggukkan kepala mendengarkan penjelasan dari pengacara kepercayaan ayah. "Jesica harus sabar ya" lanjutnya lagi sambil memberikan dukungan kepadaku agar aku tetap terus semangat menjalani hari-hariku tanpa kedua orangtuaku

"iya om, terima kasih untuk semuanya"

Hari-hari yang aku jalani memang sangat berat namun aku harus terus bangkit, aku harus terus melanjutkan hidup yang dipercayakan Tuhan terhadapku. Dan aku bersyukur karena masih banyak yang peduli terhadapku, salah satunya aku masih mempunyai sesorang yang sangat aku sayang, siapa lagi kalau bukan kak Nicky, dia selalu ada unutuk menghiburku, menyeka airmataku dengan tangannya, meminjamkan bahunya untuk aku bersadar, serta membuka kedua tangannya agar aku tetap hangat dalam pelukannya. Aku ingat apa yang pernah kak Nicky katakan waktu itu KAKAK AKAN SELALU MENUNGGUMU SAMPAI KAMU JADI WANITA DEWASA.

Dengan begitu aku semakin bersemangat melewati hari-hari yang aku jalani, dan aku percaya pada janjinya untuk menungguku. Setiap kali aku mengingat tentang kedua orangtuaku saat itu aku alihkan segala pikiran itu dengan sejuta impian untuk bersama kak Nicky kelak, aku pejamkan kedua mataku dan pikiranku menuju kebeberapa tahun kedepan, aku menggunakan dress putih panjang bahuku tampak telihat dan menggunakan sarung tangan panjang berwarna putih juga, ditangan kiriku terlihat memegang satu hand bucket bunga mawar merah dan tangan kananku kusilangkan ketangan kiri kak Nicky, kutatap pria tampan yang berdiri disampingku dengan kemeja putih dibalut jaz berwarna hitam dengan celana kain hitam dan terlihat dasi kupu-kupu dilehernya, kami berdua sambil memandang satu sama lain dengan penuh cinta. Bayangan itu seolah-olah Nampak begitu jelas, aku sadar itu cuma imajinasi yang ada dipikiranku sekarang namun aku percaya bahwa imajinasi itu akan menjadi kenyataan setelah aku menginjak umur kedua puluh dua nanti.

Seperti biasa sesusai menghibur para anak-anak yatim piatu, aku dan kak Nicky duduk ditaman ditempat dimana kak Nicky pernah mengutarakan isi hatinya terhadapku, kami duduk sambil bercengkrama dan sesekali tertawa, dia menatapku dengan senyum manisnya sambil memberikan perhatian yang sangat aku sukai.

"kamu tahu gak, kakak paling tidak suka melihat wanita yang lemah, yang hidupnya cuma mengeluh, kayak dirinya paling menderita didunia" kak Nicky menatapku dengan tersenyum sambil mengusap rambutku "itu makanya kakak menyukaimu, karena kakak tahu kamu wanita yang kuat"

"makasih ya kak"

"terima kasih buat apa ?"

"karena kakak menyukaiku" kak Nicky hanya tersenyum mendengarnya, sungguh aku tidak bisa melepaskan tatapan mataku kewajahnya semakin aku pandang semakin aku menyayanginya, melihatnya tersenyum membuat aku ingin cepat-cepat berumur 22 tahun, maafkan aku ya kak maafkan aku membuatmu menungu rintihku dalam hati.

"kak"

"iya"

"tunggu aku ya"

"iya"

"kak" panggilku sekali lagi

"hmm"

"aku mencintaimu" selagi aku masih diberi kesempatan buat mengutarakan perasaanku kepadanya, itu akan aku lakukan karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi apakah aku masih sempat untuk ungkapkan atau aku tidak lagi punya kesempatan seperti yang aku lakukan terhadap ayah dan ibuku, aku tahunya cuma marah dan kesal sama mereka sehingga akhirnya mereka pergi begitu saja tanpa mendengarkan ucapan maaf yang keluar dari mulutku.

Ketika kak Nicky mendengar apa yang aku ungkapkan, dia hanya terdiam sambil menatap mataku dengan tajam namun selang beberapa detik kemudian dia kembali tersenyum dan melakukan sentuhan sayang dengan cara mengusap rambutku, hal itu sering dia lakukan terhadapku hingga membuat aku begitu senang akan perlakuan seperti itu.

"kakak bahkan lebih cinta sama kamu"

Begitulah cara kak Nicky membuat aku bahagia, caranya yang unik dan kebiasaannya itu selalu aku rindukan dikala dia tidak ada disampingku, walaupun hanya sesaat saja untuk melihat wajahnya segala masalah dan beban pikiran yang terjadi dalam hidupku menjadi lebih ringan dari biasanya, dia bagaikan obat penawar sakit yang kahsiatnya sangat ampuh untuk berkerja dan dia aku ibaratkan bunga ditepi jalan, saat jalan yang aku lalui mulai terasa buntu, entah apa yang membuatnya begitu berkharisma dimataku yang jelas dia bisa membuatku tersenyum, membuat aku tertawa dan membuat aku bahagia.

Tidak terasa haripun semakin sore, dengan berat hati aku harus meninggalkan tempat itu dan mengakhiri momen romantis tersebut. Aku dan kak Nicky beranjak dari tempat duduk taman dan bergegas pulang kerumah tapi sebelum pulang kami berdua menyempatkan diri terlebih dahulu bertemu dengan pemilik panti asuhan untuk pamit pulang, namanya adalah ibu Theresa, beliaulah yang setiap kali kami datang menyambut kami dengan ramah, berkat beliau juga anak-anak dipanti asuahan Kasih dari Tuhan itu bisa merasakan kasih sayang orangtua yang luar biasa yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya

Dari semua masalah yang terjadi aku berusaha untuk selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun juga karena tidak selalu masalah ini akan ada tinggal dan diam dalam hidup kita, seiring berjalannya waktu semua masalah itu akan pergi dengan sendirinya dan akan berubah menjadi hal yang baik asal semuanya diserahkan sama yang diatas. Mungkin hari ini aku menangis namun aku tidak tahu esok apa tangis itu berubah jadi senyum

Catatan penulis :

Maaf saya baru bisa update cerita kelajutan jesica, karena kesibukan saya jadi masih susah membagi waktu untuk para pembaca, disini saya cuma mau memberitahu bahwa tiap 2 chapter saya usahakan selesai disetiap hari selasa

Selamat membaca*