21 Menemui Citra

Bryan mendengarkan nasehat Erik untuk pergi menemui Citra. Erik mengantarkan Bryan kesana. Dalam perjalanan Bryan merasa gelisah dan takut tertolak. Dia bukanlah pria brengsek yang tidak bertanggungjawab atas perbuatannya.

Erik dan Bryan turun di sebuah perumahan minimalis di Jakarta pusat. Rumah berpagar putih telah menyambut mereka. Tanpa ada keraguan Bryan memencet bel.

Bryan melihat Citra keluar dari rumah untuk membukakan pintu pagar. Langkah Citra terhenti ketika melihat tamu yang datang. Wanita itu mengucek mata memastikan penglihatannya tidak salah. Kenapa mantan bosnya bisa ada di rumahnya.

Citra melihat Bryan dari jarak dua meter.

"Buka pintunya Citra. Aku ingin bicara," kata Bryan ketika melihat Citra.

"Kenapa anda kesini Sir?" Tanyanya kaget.

"Aku ingin bicara denganmu. Buka pintunya."

"Katakan apa yang ingin anda katakan Sir." Citra masih trauma bertemu Bryan.

"Apa kamu ingin tetangga dengar apa yang kita bicarakan?" Bryan melirik kanan kiri.

"Aku pastikan tidak akan melukai kamu. Malam itu aku khilaf karena wine sialan itu." Bryan memberikan jaminan.

Citra pun membukakan pintu pagar lalu mempersilakan Bryan masuk rumah. Sementara itu Erik menunggu dalam mobil.

"Apa yang ingin anda bicarakan Sir?" Tanya Citra cemas.

"Kenapa kamu resign?" Tanya Bryan ngasal.

Ya jelas Citra resign Bryan. Siapa juga yang sanggup kerja sama pelaku pemerkosaa yang telah merenggut kesuciannya.

"Apa anda tidak bisa menilai sendiri?" Balas Citra sinis.

Bryan tahu Citra sedang menyindirnya. Kadang mulut dan otak tidak bisa sinkron begitulah yang terjadi pada Bryan. Niat hati mau bicara A malah tersampaikan B.

"Sepertinya aku tidak bisa berbasa basi," desis Bryan sebal.

"Anda bukannya orang yang to the point? Kenapa bertele-tele. Kenapa anda datang kesini?"

"Aku tahu kamu hamil," ucap Bryan pada akhirnya.

Hening tak ada jawaban. Mereka sama-sama diam tak ada yang bicara.

"Siapa bilang aku hamil?" Citra berbohong.

"Apa aku harus menyeret kamu ke dokter untuk pembuktian?" Bryan menebarkan ancaman. Melihat sikap Citra yang kurang bersahabat terpaksa Bryan sedikit keras dan menunjukkan wibawanya.

"Tidak perlu," tolak Citra cepat.

"Darimana anda tahu saya hamil?"Citra masih bicara formal, bicara antara atasan dan bawahan.

"Kamu tidak perlu tahu darimana aku tahu kamu hamil. Aku datang demi bayi itu bukan kamu."

"Lalu apa yang anda inginkan?"

"Aku ingin bertanggung jawab atas bayi itu," ucap Bryan tegas tanpa keraguan. Menantang Citra bahwa apa yang ia katakan serius.

"Bertanggung jawab?" Mata Citra membola tak percaya.

"Iya bertanggung jawab."

"Pertanggung jawaban apa yang anda inginkan?"

"Tentu saja menikahimu demi bayi itu."

"Tidak perlu," jawab Citra cepat.

"Kamu pikir ini Jerman. Bisa melahirkan tanpa suami. Ini Jakarta Citra dan kamu akan dicemooh orang-orang. Kasarnya mereka akan bilang kamu bukan wanita baik-baik. Wanita baik-baik tidak akan hamil diluar nikah."

"Kau." Citra naik pitam lalu menunjuk Bryan. Matanya menyiratkan kemarahan.

"Aku hanya mengatakan pandangan orang-orang disini. Jika ini Jerman aku tidak perlu datang untuk menikahi kamu. Cukup aku biayai saja anak itu, SELESAI."

"Aku tidak sudi menikah dengan kamu." Tolak Citra cepat.

"Jika begitu hanya dua pilihan. Menikah denganku atau lenyapkan anak itu. Aku tidak ingin dia hidup dalam hinaan dan cibiran masyarakat ," balas Bryan tajam.

"Apa kau bilang?" Citra tak lagi bicara formal dan tak menganggap Bryan atasannya. Wanita itu tidak terima dengan pilihan Bryan.

"Menikah atau lenyapkan bayi itu?" Bryan memberi penegasan. Matanya nyalang menatap Citra. Terlihat sekali wanita itu berusaha tegar dibalik tangisannya. Bryan terenyuh namun pikiran itu dia buang jauh-jauh. Bryan harus tetap menunjukkan wibawa dan dominasinya.

"Anda tidak memberikan aku pilihan Sir. Kita tidak bisa menikah karena aku tahu siapa yang wanita yang anda cintai."

"Aku menikahimu bukan karena cinta tapi demi anak dalam kandunganmu. Jika kamu tidak hamil aku tidak akan datang kesini. Aku bukanlah bajingan. Setelah menebar benih lalu pergi begitu saja. Walau aku orang Eropa setidaknya aku punya otak."

Citra merasa tertohok dengan kata-kata Bryan. Siapa juga yang suka dengan bule sialan itu. Citra mengepalkan tangan. Kuku tangannya memutih menahan amarah. Bryan tak memberikan pilihan untuknya. Pilihan Bryan tak ada yang menguntungkannya.

"Kamu jangan GR Citra. Aku melakukannya demi bayi dalam kandunganmu. Aku hanya ingin yang terbaik untuk anakku. Aku akan menikahimu tapi bukan untuk selamanya."

"Maksudnya?"

"Kita menikah, tapi setelah kamu melahirkan anak itu kita bercerai. Dengan status yang jelas anak itu tidak akan dapat cibiran dari masyarakat. Kamu bebas melakukan apa pun setelah kita bercerai."

"Anda pikir saya akan mau menikah dengan anda Sir?" Citra semakin muak melihat sikap Bryan.

"Kau pikir aku juga sudi? Jika tidak memikirkan anakku tidak mungkin aku aku menikahimu. Kamu sendiri tahu siapa yang ada dihatiku."

Citra diam tak berkata-kata. Dia sangat tahu siapa yang dicintai Bryan. Deniza alias Dee. Pria itu bahkan rela pindah dari Jerman ke Jakarta hanya untuk bisa dekat dan mendapatkan cinta Dee. Citra selalu diperintahkan Bryan untuk menyiapkan sesuatu untuk Dee. Citra tahu betapa Bryan mencintai Dee walau akhirnya pria itu harus menelan kekecewaan karena Dee sudah menikah dengan Demir.

"Pergi dari sini!" Usir Citra kasar.

"Aku tidak butuh pertanggung jawaban anda. Aku tidak hamil anakmu.".

Bryan tertawa mengejek.

"Untuk berbohong saja kamu tidak bisa Cit. Aku sudah mematai kamu semenjak kamu keluar dari rumah sakit. Aku tahu bahwa anak dalam kandungan kamu adalah anakku. Jika kamu mengingkarinya kita bisa tes DNA untuk membuktikannya."

Citra gemetar dan menggigil. Benar. Bayi dalam kandungannya anak dari Bryan. Anak itu tercipta karena pemerkosaan malam itu. Citra tak pernah punya kekasih. Dia masih perawan ketika di perkosa.

"Tidak perlu."

"Aku tidak suka dibantah Citra. Hanya dua pilihan. Menikah atau gugurkan bayi itu. Jika kamu tidak mau menikah denganku tapi anak itu tidak kamu gugurkan, jangan salahkan aku akan melenyapkan dia dengan caraku." Bryan menebarkan ancaman.

Citra semakin pucat dan takut. Wanita itu mengelus perutnya yang masih rata. Anak ini tidak salah apa-apa. Citra tak mau melakukan dosa dengan menggugurkan anaknya. Dia sudah terlanjur mencintai anak dalam kandungannya walau kelahirannya tidak pernah diinginkannya.

"Bagaimana Citra? Kita menikah lalu menandatangani kontrak pernikahan. Setelah anak itu lahir kita akan bercerai. Hak asuh anak akan aku berikan padamu karena anak itu masih membutuhkan kamu, tapi aku bisa menemui anak itu kapan saja. Kamu tidak boleh melarangku. Jika tidak aku akan menggugat kamu ke pengadilan. Bukankah adil? Aku memberikan solusi yang terbaik untuk masalah kita."

"Berikan aku waktu. Aku tidak bisa menjawabnya."

"Baiklah jika begitu. Aku tunggu dalam 1x24 jam jika tidak ada kabar berarti pilihan kamu menggugurkan kandungan. Kau tidak bisa membohongi aku. Mata-mataku mengawasi kamu," ucap Bryan tegas. Setelah itu Bryan pergi dari rumah Citra.

*****

Hai.....adakah readersku dari aplikasi merah? Tunjuk tangan....

Bagaimana nyebelin bukan liat sikap Bryan. Yang mau jitak silakan.

Gue mau kasih kalian tantangan. 50 komentar dan 50 power stone. Gue akan update malam pertama Dee dan Demir bsk. Kalo perlu siang hari gue update biar kalian yang kerja kepanasan ( ketawa jahat ).

Malam pertama Dee dan Demir yang jelas mesum plus gokil. Jangan bandingkan dengan uda Bara dan Dila. Bara gila enggak ada akhlak bini aja di perkosa di malam pertama.

Selamat mencoba tantangan dari gue. Yang rindu yang rindu ayo di komen dan kasih PS.

avataravatar
Next chapter