webnovel

Divine Sword Project

Usai pertarungan berkepanjangan para Kesatria Suci melawan Dosa berakhir, salah satu dari Pemilik Pedang Suci membuat permohonan untuk sebuah dunia di mana dirinya dan seluruh Kesatria lainnya bisa tinggal. Dosa yang telah lama tersegel di dimensi lain tiba-tiba lepas. Para Kesatria Suci yang telah melupakan siapa dirinya harus kembali bertarung karena janji sebelum dunia mereka dibuat. Inilah kisah para Pemilik Pedang Suci yang berjuang demi melindungi dunia dari Dosa. Mampukah mereka menghadapinya?

Zikake · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Administrator

Pada sebuah tempat, yang di segala sudutnya hanya ada warna putih, 19 orang tengah duduk di sebuah sofa, sementara satu orang berdiri karena baru tiba di tempat tersebut.

"Kau …. Apa saja yang kaulakukan di Altair sampai membuat kami menunggu selama ini?" tanya salah seorang yang duduk di sofa dengan ekspresi sebal terpampang jelas di wajahnya.

Ia adalah seorang lelaki tinggi dengan sebuah luka silang di pipi. Rambutnya yang bagaikan duri diwarnai pirang.

Lalu orang yang ia tegur ….

"M-Maafkan saya!" Ia menundukkan kepala sampai-sampai poninya terulur dan wajah orang yang mengatakan itu tersembunyi di balik poni.

Yang meminta maaf itu adalah seorang gadis. Ia memiliki rambut hitam panjang hingga pinggang dan poni yang hampir-hampir menutup seluruh mata. Di sisi kiri rambutnya, terdapat jepit rambut yang mirip dengan dedaunan di musim gugur.

Pakaian gadis itu terlihat tidak biasa. Sebuah pakaian yang biasa dikenakan oleh 'gadis kuil' dengan warna merah.

Saat perhatian semua yang ada di sana terarah pada permintaan maaf dari gadis kuil tersebut ….

Tidak ada seorang pun yang sadar bahwa kini seseorang telah berdiri tepat di belakang laki-laki yang menegur gadis tadi.

'Seseorang' itu menepuk pelan pundak si laki-laki dan berkata, "Leon~ enggak boleh gitu, lho~ Miko juga sudah berusaha keras dalam pertarungannya."

Laki-laki dengan rambut duri dicat pirang tadi pun melonjak kaget. "A-Administrator!? Kau …. Sejak kapan kau ada di sini!?"

"Baru saja, kok~" Sambil menjawab dengan penuh nada, ia berputar-putar seakan sedang melakukan tarian kecil hingga pada akhirnya ia tiba di tempat yang dapat dilihat oleh semua orang.

'Seseorang' itu berupa pria tinggi dengan jas putih dan kemeja hitam. Sarung tangannya juga hitam sementara celana panjang yang ia kenakan putih.

Kepalanya berbentuk bola. Setengah berwarna hitam, dan setengahnya lagi putih. Ekspresi dari bola itu berbeda di setiap sisi warnanya. Hitam—sebelah kiri—tampak lelah, sementara putih—sebelah kanan—tampak bahagia.

Lebih dari itu, ia memakai topi layaknya seorang pesulap. Ditambahkan dengan tongkat yang tangan kanannya pegang, membuatnya semakin mirip—dan juga semakin aneh.

"Baiklah, baiklah~ Karena semua sudah berkumpul di sini, mari kita lakukan sesi tanya jawab untuk kebingungan kalian sekarang," ucapnya dengan riang sambil bertepuk tangan agar perhatian semua orang terarah padanya.

Sebab beberapa orang—termasuk Ethan—tidak memperhatikan kedatangan pria aneh itu maupun keadaan sekitar, mereka sedikit terkejut dengan kemunculannya.

"Tiba-tiba saja. Sejak kapan kau ada di sini, Administrator?" tanya Ethan disambili mematikan musik yang saat ini terputar di headphone-nya.

"Baru saja, kok~" Administrator menjawab seperti sebelumnya. "Omong-omong, apa tidak ada yang mau membangunkan Ari?" tawarnya, sambil melihat seseorang yang tertidur di salah satu sofa.

Seseorang yang dipanggil Ari tersebut adalah seorang lelaki. Ia memiliki rambut coklat tidak tertata—acak-acakan.

"Tristan, kau bangunkan dia. Kau duduk bersebelahan dengannya, 'kan?"Dylan—laki-laki yang memakai penutup kepala bertelinga kucing—memberi perintah disertai dengan alasan kenapa harus si Tristan dan bukan orang lain.

Sementara itu, Tristan adalah lelaki yang paling muda di antara semua. Umurnya 13 tahun. Rambut yang ia miliki berwarna coklat. Poni kanannya menutup seluruh dahi sementara di sebelah kiri malah kosong.

Ciri-cirinya selain itu, adalah masker hitam menutup mulut dan pipi yang bertato. Tangannya juga membawa sebuah pisau.

"Hah!? Alasan macam apa itu!? Aku tidak mau." Tristan protes, meski wajahnya nampak datar. "Bukankah kau juga duduk bersebelahan dengannya," tambah Tristan untuk memperkuat tolakan yang ia lontarkan.

Begitulah kenyataan. Sementara Tristan duduk di sebelah kanan Ari, Dylan duduk di sebelah kirinya.

"A-Anu …." Seseorang menyela sebelum Tristan dan Dylan saling dorong tugas. Ia adalah gadis kuil yang dibentak seseorang sebab datang paling akhir tadi.

"Ada apa, Miko? Kau ingin menggantikan anak ini menjalankan tugasnya yang duduk di sebelah Ari?" tanya Dylan sambil melirik Tristan. Sementara itu, Tristan berpaling seakan-akan malas menghadapinya.

"I-Iya. Karena saya terlambat, saya rasa itu adalah tugas saya untuk membangunkan Ari. Dia tertidur akibat keterlambatan saya yang terlalu lemah …." Miko—gadis kuil—menundukkan kepalanya, hingga seluruh wajahnya terhalang poni.

"Begitu? Terserahlah. Lakukan sesukamu saja," ucap Dylan dengan acuh tak acuh.

Dengan demikian, Miko pun mendekati sofa Ari, lalu menggoyang-goyang badan orangnya sambil memanggil nama yang lelaki itu miliki.

Kemudian, waktu pun berjalan lebih dari sepuluh menit. Ari yang tak kunjung bangun membuat Miko jadi kebingungan.

Lihat Dylan dan Tristan. Keduanya sudah mengantuk. Jika terus begini, orang yang tidur akan bertambah banyak.

Miko menatap ke sana kemari, berharap ada yang mau membantunya. Dan di antara semua orang ….

Seorang gadis berdiri dari sofanya.

Penampilannya adalah yang paling mencolok di antara semua orang. Rambut yang ia memiliki berwarna merah muda sebab diwarnai. Di kedua sisi kepala, rambut di sana ia buat jadi sebuah bola.

Namun, bukan hanya itu yang membuat ia mencolok. Pakaiannya juga ikut berperan besar. Dan pakaian itu adalah gaun berjumbai-jumbai yang merupakan khas seragam idol dengan warna hitam merah.

"Salsa Amer di sini~ Apa kamu perlu bantuan, Miko?" tawar gadis itu setelah mendatangi tempat Ari tertidur.

"Ummm, i-iya. B-Bisa bantu saya, Sarah?" Miko mengangguk menerima tawarannya setelah beberapa saat nampak malu.

"Siap~" Gadis itu menjawab dengan ceria sambil melakukan pose memberi hormat berupa meletakkan jari-jari tangan—yang telunjuknya disentuhkan—ke kening.

Ia lalu mendekatkan bibir ke telinga Ari, kemudian membisikkan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh Miko.

Mendadak, Ari membuka sepasang mata. Laki-laki berambut coklat itu memasang ekspresi terkejut untuk suatu alasan yang tidak diketahui Miko.

Gadis berpanggilan Sarah tadi—yang mengakui dirinya sebagai Salsa Amer—tersenyum kepada Ari.

Mendapati senyuman, Ari memaksakan senyum di wajah. Terlihat beberapa tetes keringat dingin sedang mengalir di pipi dan keningnya.

"Apa yang barusan Sarah bisikkan, ya?" Miko bertanya-tanya dalam benaknya akibat melihat reaksi Ari tadi.

Lalu, ia membuang jauh-jauh pemikiran itu dan mendekati Sarah. "Te-Terima kasih. Berkatmu, Ari akhirnya bangun. Kalau saya sendirian mungkin …." Miko menundukkan kepalanya lagi.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Tidak masalah. Jangan salahkan dirimu sendiri jika terus-menerus gagal." Sarah menggelengkan kepala dan memberi Miko motivasi agar tidak merasa terlalu bersalah.

Menanggapinya, Miko tersenyum simpul. Jauh di dalam hati, Miko senang memiliki teman baik yang mana juga seorang idol seperti Sarah.

"Nah, karena semua orang sudah hadir dan memiliki telinga mereka masing-masing, barulah sesi menjawab semua pertanyaan kalian dimulai." Administrator kembali bertepuk tangan. "Oh, ya. Yang masih berdiri tolong segera duduk, ya," pintanya kepada Miko dan Sarah.

Sarah kembali ke sofanya, diiringi dengan Miko di belakang. Ketika Sarah duduk ke sofanya, Miko menggunakan hak khusus Nirwana dan memunculkan sofa di sebelah Sarah. Ia pun duduk di sana.

Berikutnya, Administrator sekali lagi bertepuk tangan. Namun kali ini, ia melakukannya dengan suara pelan dan cepat.

Tiba-tiba, seluruh sofa yang semua orang duduki berpindah posisi. Dylan dan Tristan yang tadinya mengantuk langsung kembali membuka mata lebar-lebar karena terkejut.

"Ck, apa yang kaulakukan …." Tristan mendecik dengan nada pelan. Posisi sofa yang ia duduki sekarang berada di paling belakang bersama Dylan, Miko, Sarah, dan yang pasti Ari.

"Baiklah, kurasa sebelum menjawab, ada baiknya kita mengulas apa yang terjadi di masa lalu," ucap Administrator dengan nada setengah bergumam.

Bab berikutnya akan menjelaskan beberapa hal seperti "Apa yang dimaksud dengan kembali menjadi Kesatria Suci?"

Zikakecreators' thoughts