5 Chapter 4 : Pertandingan! Waktu vs Phoenix Api

Didepan gerbang markas Provinsi Timur, terlihat 3 orang prajurit yang terlihat berbeda dibanding prajurit pada umumnya. Pakaian yang mereka kenakan sama dengan pakaian yang dipakai oleh Kolonel Ryota. Yang membedakan hanyalah sebuah simbol di lengan kanan mereka tepat dibawah lambang pangkat mereka. Mereka memang sedang menunggu kedatangan Kolonel Ryota dan yang lain.

"Yo, Kolonel Ryota. Sudah lama kita tidak bertemu sejak rapat komando terakhir. Semakin lama kau semakin tampan dan gagah saja" ucap seorang pria berumur 30 tahun dengan simbol naga di lengan kanan bajunya dengan wajah yang menawan dan dengan kharismanya yang tinggi.

"Cukup dengan ocehan gay mu itu Kolonel Ray dan ada apa kalian bertiga datang ke Markas ku tanpa memberitahuku sebelumnya?" ucap Kolonel Ryota dengan nada kesal.

Ryouichi yang terlihat kebingungan karena tidak mengenali 3 prajurit ini pun bertanya kepada Kapten Saito.

"Kapten Saito, apa anda mengenali orang-orang itu?" tanya Ryouichi.

"Ah... Kau tidak mengenali nya karena kau masih baru disini, mereka adalah para [Guardian] yang lain. Mereka memiliki kekuatan yang sama satu dengan yang lain dan mengkomando pasukan dari tiap provinsi yang mereka pimpin. Sama halnya dengan Kolonel Ryota yang juga menyandang gelar [Guardian]" ucap Kapten Saito dengan penuh semangat.

"Lalu, apakah mereka kuat?" tanya Ryouichi dengan penasaran.

"Tentu saja begitu Ryouichi. Kekuatan dari setiap [Guardian] setara dengan seluruh kekuatan pasukan dari setiap Provinsi. Dan mereka menyandang gelar [Guardian] juga bukan tanpa sebab. Setiap individu dari [Guardian] dapat menyapu bersih 500 pasukan demon dan monster Tingkat Bumi sendirian" ucap Kapten Saito dengan penuh semangat lagi.

"Heeee… Lalu apakah gadis kecil itu juga [Guardian]?" tanya Ryuichi seakan tidak percaya.

Lalu salah satu dari 3 prajurit itu mengalihkan perhatian kepada Ryouichi. Sesosok gadis kecil dengan tinggi 150 cm dengan rambut twintail dan berwarna pirang dengan wajah seperti ras Eropa yang terkesan cantik dan manis serta memiliki simbol burung api di lengan kanan nya berbicara kepada Ryouichi.

"Hei, kau bocah yang disana! Apa kau baru saja memanggilku dengan sebutan gadis kecil?" ucap gadis itu.

"Ma-maaf Kolonel Rose, dia tidak bermaksud menyinggung anda sama sekali. Dia masih baru di akademi ini. Jadi wajar jika dia belum tau bagaimana bersikap sopan kepada atasan" ucap Kapten Saito dengan gugup.

"Heeee… Cukup berani juga berkata seperti itu meskipun tau bahwa aku ini seorang [Guardian]. Kolonel Ryota, sepertinya anak buahmu yang ini perlu di beri pelajaran bagaimana cara menghormati atasan yang benar" ucap Kolonel Rose dengan nada seperti anak kecil yang seakan menantang Ryouichi untuk berduel.

"Cukup… Hentikan itu Kolonel Rose. Jangan bertingkah seperti anak kecil didepan [Guardian] yang lain" ucap seorang pria berumur sekitar 40 tahunan dengan postur tubuh besar, tinggi dan kekar dibanding [Guardian] yang lain dan memiliki simbol kura-kura dan ular di lengan kanannya.

"Cih... Kalau bukan karena Kolonel Erik yang menghentikan ku, kau pasti sudah babak belur sekarang dasar bocah" ucap Kolonel Rose

"Siapa yang bocah? Dasar bocah kecil tidak tahu diri" gumam Ryouichi.

"Apa tadi kau bilang?!" teriak Kolonel Rose.

"Hahahahaha.... Anak yang menarik. Siapa namamu?" tanya Kolonel Ray.

"Namaku Ryouichi, senang bertemu dengan anda Kolonel Ray" ucap Ryouichi dengan nada penuh hormat.

"Hei, kenapa nada bicaramu berbeda ketika kau berbicara dengan Kolonel Ray?" ucap Kolonel Rose dengan ekspresi kesal.

"Cukup! Jadi ada keperluan apa kalian bertiga prajurit terkuat datang ke sini? Sudah pasti bukan untuk membuat markas ku kacau kan?" tanya Kolonel Ryota dengan ekspresi tidak sabar.

"Kami bertiga datang kesini untuk membicarakan tentang pergerakan dari salah satu [Trinity Leader] yang semakin mencurigakan" ucap Kolonel Erik dengan serius.

"Hmmm... Mari kita bicarakan hal ini di ruang rapat. Ryouichi, mulai dari sekarang kau akan mendapat pelatihan khusus dari Kapten Saito dan Mayor Megumi. Jadi, mulai besok kau akan langsung bergabung dengan divisi Warrior" ucap Kolonel Ryota kepada Ryouichi.

"Tu-tunggu sebentar Kolonel, apa kau benar-benar akan memasukkan Ryouichi ke divisi Warrior? Bukankah itu terlalu cepat untuk prajurit baru sepertinya? Aku takut itu akan menyebabkan masalah ke depannya" ucap Kapten Saito dengan ragu.

"Hehehe… Mari kita lihat siapa yang berani menentang keputusanku sebagai [Guardian]. Aku tidak akan segan-segan menggantung mereka di depan gerbang markas" ucap Kolonel Ryota dengan nada santai.

"Hmmm… Baiklah Kolonel" jawab Kapten Saito dengan nada menurut.

"Heeee... Jarang sekali Kolonel Ryota yang terkenal sangat ketat, sampai rela memasukkan bocah seperti itu. Hmm, senjata itu?" ucap Kolonel Ray.

"Hmmm…. Menarik, apakah senjata itu adalah Senjata Roh [God] tingkat tinggi? Aku belum pernah melihat aura sebesar ini selain dari senjata dari para [Guardian] dan bagaimana bocah sepertimu bisa mendapatkannya" ucap Kolonel Rose.

"Celaka… Aku lupa memberitahu Ryouichi untuk menyembunyikan senjata roh itu" gumam Kolonel Ryota.

"Sudah cukup bermain-mainnya, mari kita pergi keruang rapat" ucap Kolonel Erik.

Setelah itu Ryouichi merasa bahwa Kolonel Erik untuk sesaat menatap tajam ke arahnya dan mengeluarkan aura yang mengintimidasi dan membuat Ryouichi sempat ketakutan.

"Aura apa itu? Sangat kuat sekali. Apakah itu kekuatan dari [Guardian]?"ucap Ryouichi dengan tubuh gemetar menahan takut.

"Baiklah Ryouichi, mari kita kembali ke barak dan beristirahat. Besok akan menjadi hari yang berat untukmu, oh ya dan jangan lupa untuk tidak pernah memberitahu tentang senjata roh mu itu kepada siapapun, bahkan kepada [Guardian] lainnya sekalipun, karena kau tidak akan pernah tau kapan ada musuh dalam selimut" ucap Kapten Saito.

"Baik kapten, sampai jumpa besok" ucap Ryouichi.

Sesampainya Kolonel Ryota, Kolonel Rose, Kolonel Erik dan Kolonel Ray di ruang rapat, mereka pun mulai mendiskusikan beberapa hal.

"Baiklah, mari kita mulai rapat hari ini. Ada berita penting apa yang kalian punya hari ini?" tanya Kolonel Ryota kepada seluruh [Guardian].

"[Trinity Leader] mulai bergerak dengan agresif, aku takut bahwa tidak lama lagi kita akan mengalami perang besar dengan para petinggi ras Demon" ucap Kolonel Ray dengan serius.

"Bukankah salah satu dari kita saja sudah lebih dari cukup untuk melawan salah satu dari petinggi ras Demon?" ucap Kolonel Rose sambil memainkan rambutnya.

"Kalau yang kita lawan hanya satu Petinggi ras Demon saja itu bukan masalah, aku dan pasukanku pun dapat mengatasi nya dengan sangat mudah. Tapi berbeda cerita jika yang kita lawan adalah 2 atau 3 petinggi ras Demon ditambah dengan pasukan yang mereka miliki. Itu sama saja dengan bunuh diri jika melawan lebih dari 1 petinggi ras Demon seorang diri. Bahkan diriku saja dapat terbunuh" ucap Kolonel Ray.

"Benar apa yang dikatakan Kolonel Ray, kita tidak boleh ceroboh dan gegabah dalam mengambil keputusan. Bahkan yang terkuat diantara kita seperti Kolonel Ryota akan kesusahan dalam mengatasi mereka" ucap Kolonel Erik.

"Lalu bagaimana dengan respon dari para petinggi atas di Central?" tanya Kolonel Ryota.

"Para petinggi atas pun terlihat tidak peduli dengan hal itu, bukankah kalian tahu sendiri kalau para petinggi atas saling berebut kekuasaan satu sama lain? Jika tidak ada Jendral, aku takut para petinggi atas sudah saling bunuh untuk merebut kekuasaan tertinggi" jawab Kolonel Ray.

"Kolonel Erik, bagaimana dengan Divisi Scout yang anda kirimkan untuk memata-matai pasukan demon?" tanya Kolonel Ryota.

"Informanku mungkin akan sampai sekitar dua atau tiga hari lagi, lalu setelah itu kita bisa membuat keputusan. Kita tidak bisa berharap kepada para petinggi atas bajingan itu. Hanya Jendral yang bisa kita percayai untuk sekarang ini. Untuk Informasinya akan aku laporkan secara langsung kepada Jendral" ucap Kolonel Erik.

"Baiklah, rapat ini akan kita tunda sampai kita mendapat informasi lebih lanjut dari divisi Kolonel Erik" ucap Kolonel Ryota.

"Tunggu sebentar Kolonel Ryota, aku ingin bertanya tentang anak itu. Siapa dia dan kenapa dia bisa memiliki senjata roh [God] tingkat tinggi dan terlebih lagi itu bukanlah senjata roh biasa. Aku bisa merasakan aura yang besar dari senjata itu. Itu setidaknya sekuat senjata roh dari para [Guardian] lain" ucap Kolonel Rose dengan ekspresi penasaran.

"Untuk pertanyaan itu, aku tidak bisa mengatakan info lebih lanjut seputar bawahanku kepada Kolonel lainnya. Aku harap kau paham alasan mengapa aku berkata seperti itu" ucap Kolonel Ryota dengan tegas.

"Hmmm… Apakah itu berhubungan dengan insiden [Red Day] yang menimpa Letnan Dua Ayumi?" ucap Kolonel Ray kepada Kolonel Ryota.

Tiba-tiba saja seluruh bangunan utama dari markas Provinsi Timur bergetar dengan hebat. Seluruh pasukan dari markas Provinsi yang tidak kuat dengan aura ini pun pingsan. Kolonel Ryota yang awalnya tenang mengeluarkan aura membunuh yang kuat dan menatap Kolonel Ray dengan tatapan dingin penuh amarah serta rasa haus darah.

"Aku tantang kau sekali lagi untuk berkata seperti itu. Aku tidak peduli meskipun kau [Guardian] sekalipun. Sekali lagi kau menyebutkan tentang insiden itu, bisa aku pastikan mulai dari hari ini jumlah dari [Guardian] akan berkurang menjadi 3 orang. Rapat dibubarkan!" ucap Kolonel Ryota dengan Aura membunuh yang sangat besar.

Kolonel Ryota pun meninggalkan ruang rapat menyisakan [Guardian] lain yang masih diam terpaku dengan aura yang dikeluarkan oleh Kolonel Ryota.

"Oi… oi… Aura yang kuat sekali dari Kolonel Ryota itu. Aku tidak menyangka dia akan semarah itu kepadaku. Apakah dia akan benar-benar membunuhku tadi?" ucap Kolonel Ray.

"Sudah pasti kau akan mati jika kau terus melanjutkan percakapan itu. Bahkan jika aku dan Kolonel Erik membantumu, kau pasti akan mati hari ini. Dan lagipula aku tidak ingin membantumu, itu adalah salahmu sendiri menyebutkan hal yang tabu untuk Kolonel Ryota. Bahkan jendral dan petinggi atas pun akan berpikir dua kali untuk menyebut insiden itu di depan Kolonel Ryota" ucap Kolonel Rose sambil menunjuk Kolonel Ray.

"Itu benar Kolonel Ray, jika kau mati hari ini tidak akan ada yang protes. Bagi Kolonel Ryota, insiden itu merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi membuat dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan di sisi lain, insiden itu jugalah yang membuat dia menjadi [Guardian]" ucap Kolonel Erik membenarkan perkataan Kolonel Rose.

Rapat hari itu pun di akhiri dengan kurang baik. Para [Guardian] yang lain pun menginap di markas Provinsi Timur untuk beberapa hari sembari menunggu informasi dari divisi Scout milik Kolonel Erik.

Hari berganti, Ryouichi pun bersemangat untuk memulai latihan pertamanya sebagai anggota divisi Warrior. Ryouichi pun melangkahkan kakinya ke ruangan milik Kolonel Ryota.

"Selamat pagi Kolonel. Mengapa kau tampak murung sekali hari ini? Apa kau kurang pemandangan perempuan seksi?" ucap Ryouichi.

"Hmmm… Yah seperti itulah. Aku kurang asupan wanita cantik selama aku menjabat menjadi Kolonel" jawab Kolonel Ryota dengan tawa kecil.

"Hmmm… Bukankah Mayor Megumi cantik dan memiliki tubuh yang seksi. Dan kulihat bukankah sepertinya dia suka dengan mu Kolonel?" ucap Ryouichi.

"Yah aku tidak tertarik dengan perempuan lagi" ucap Kolonel Ryota.

"Ja-jangan, Kolonel. Aku masih normal dan suka dengan wanita, jangan dekat-dekat denganku" ucap Ryouichi sambil menjauhi Kolonel Ryota.

"Dasar tidak sopan, maksudku aku tidak tertarik dengan perempuan selain dirinya…" ucapan Kolonel Ryota pun terhenti.

"Kolonel? Kau baik-baik saja? Mengapa tiba-tiba ucapanmu terhenti?" ucap Ryouichi.

"Yah, jangan khawatir soal hal itu, dimana pedangmu?" tanya Kolonel Ryota yang mencoba untuk mengalihkan pertanyaan Ryouichi.

"Bukankah kau menyuruhku untuk tidak membawanya dengan alasan takut akan ketahuan yang lain?" ucap Ryouichi.

"Memang benar, tapi hari ini kau mulai resmi masuk divisi warrior dan ikut pelatihan bersama mereka. Jangan buat malu diriku dan dirimu sendiri. Apa yang akan mereka pikirkan jika aku membiarkan prajurit yang terlihat lesu dan tidak membawa senjata roh apapun masuk ke divisi mereka? Prinsipku adalah jika kau kuat, jangan ragu untuk menunjukkan bahwa dirimu kuat. Jika tidak, maka kau akan di injak-injak, tapi kau harus tetap mengetahui batasan kapan harus seperti itu dan kapan harus merendah. Lagipula aku bisa menjamin bahwa seluruh anggota divisi warrior adalah orang yang bisa kupercaya" ucap Kolonel Ryota.

"Baiklah, aku akan kembali mengambil pedangku dan langsung menuju ke lapangan" ucap Ryouichi.

"Kau masih belum tau bagaimana cara memanggil pedangmu?"tanya Kolonel Ryota.

"Apa maksudmu Kolonel?" tanya Ryouichi.

"Haishhh... Tidak usah kau pikirkan. Kapten Saito dan Mayor Megumi akan mengajari mu bagaimana caranya" ucap Kolonel Ryota.

Ryouichi pun pergi kembali ke ruangannya untuk mengambil pedangnya meninggalkan Kolonel Ryota sendirian.

"Jika kau masih ada di sampingku saat ini, apakah semua nya akan berbeda?" ucap Kolonel Ryota sambil memegang sebuah foto seorang prajurit wanita yang dibawahnya terdapat nama Letnan Dua Ayumi.

Ryouichi yang sudah mengambil pedangnya pun segera menuju lapangan untuk pelatihan harian dari divisi Warrior. Dan disana ada Kapten Saito dan Mayor Megumi serta sekitar 50 orang anggota dari divisi Warrior.

"Selamat pagi seluruh pasukan, mulai hari ini akan ada prajurit baru yang akan bergabung dengan divisi warrior. Silahkan perkenalkan namamu" ucap Mayor Megumi.

"Nama saya Ryouichi dan pangkat saya adalah private, senang berkenalan dengan kalian semua" ucap Ryouichi dengan lantang dan keras.

"Mayor Megumi, apa tidak salah seseorang dengan pangkat private masuk ke divisi utama di markas Provinsi Timur? Yang kulihat dia sangat lemah dan bahkan tidak pantas masuk divisi ini" ucap salah satu prajurit dengan nada meremehkan.

"Hmmm... Private Ryouichi adalah orang yang dipilih oleh Kolonel Ryota. Jika kalian keberatan dengan itu, silahkan datangi Kolonel langsung untuk komplain. Yah walaupun aku yakin bahwa komplain kalian tidak akan didengarkan olehnya" jawab Mayor Megumi.

"Cih…" gumam salah satu prajurit itu.

Disisi lain lapangan, Kolonel Ryota yang melihat hal itupun tiba-tiba dihampiri oleh Kolonel Erik dan juga Kolonel Rose.

"Hmmmm… Hari yang cerah sekali. Bukankah seperti itu, Kolonel Ryota" ucap Kolonel Erik.

"Ada apa kalian kesini? Biasanya kalian tidak suka melihat pelatihan seperti ini?" ucap Kolonel Ryota

"Yah sebenarnya kami kesini untuk melihat anak itu, tapi seperti nya anak itu diremehkan di sana. Apakah dia akan baik-baik saja, Kolonel?" ucap Kolonel Rose.

"Lalu apa kau mau membantu dia?" ucap Kolonel Ryota.

"Bukankah kemarin kau bilang untuk jangan ikut campur dengan urusan bawahan mu?" ucap Kolonel Erik.

"Jangan salah sangka, kalau itu untuk perkembangan bawahanku tentu saja dengan senang hati akan kuterima bantuan kalian. Berbeda dengan para petinggi bajingan itu, yang hanya peduli dengan harga diri mereka sendiri" ucap Kolonel Ryota.

"Kalau begitu, apakah aku bisa latihan tanding dengan anak itu Kolonel?" tanya Kolonel Rose.

"Apakah kau tidak takut dicap sebagai pembully pemula?" ucap Kolonel Ryota.

"Tentu saja aku tidak peduli dengan semua itu, lagipula aku hanya tertarik dengan pedang itu. Jadi aku ingin mencoba bertarung dengannya" ucap Kolonel Rose.

"Silahkan saja kalau kau mau, tapi jangan sampai melakukan hal yang tidak perlu disana" ucap Kolonel Ryota.

"Yoshaaa, akhirnya aku bisa berolahraga sebentar" ucap Kolonel Rose dengan bahagia lalu berlari ke tengah lapangan.

"Kolonel Ryota, bukankah anak itu tidak pernah di ajarkan bagaimana cara menggunakan senjata roh? Bagaimana bisa kau mengizinkannya untuk latih tanding dengan Kolonel Rose?" ucap Kolonel Erik.

"Sebenarnya aku juga ingin melihat apakah Ryouichi itu sesuai dengan ekspektasi ku atau tidak" ucap Kolonel Ryota.

"Jangan-jangan, apakah kau ingin..." ucap Kolonel Erik.

"Yah, aku harus cepat karena aku pun sudah kehabisan waktu" ucap Kolonel Ryota dengan tersenyum.

Kolonel Rose pun sampai di tengah lapangan dan mengambil alih komando pelatihan.

"Ehem… Selamat pagi semuanya. Saya adalah Kolonel Rose dari provinsi barat. Hari ini saya akan mencoba bertarung dengan salah satu dari kalian, dan saya yang akan memilih salah satu dari kalian" ucap Kolonel Rose dengan bangga.

"Ti-tidak dapat dipercaya… Salah satu dari empat [Guardian] mengajak kita bertarung, apa prajurit seperti kita bisa mengalahkannya?" ucap salah satu prajurit ke temannya.

"Kepalamu botak, kalau kau bisa mengalahkannya aku akan mentraktirmu makan seumur hidup" ucap salah satu prajurit kepada temannya tadi.

"Yang disana, yang memakai pedang hitam. Kau akan kuberi kehormatan untuk bertarung denganku hari ini" ucap Kolonel Rose dengan keras.

"Pasti pemula itu akan babak belur, yang dia lawan salah satu dari empat [Guardian]" ucap salah satu prajurit sambil tertawa.

Ryouichi pun maju dan berhadapan dengan Kolonel Rose.

"Kalau aku bisa mengalahkanmu, kau harus berjanji sesuatu padaku Kolonel Rose" ucap Ryouichi menantang.

"Heee... Sepertinya kau cukup percaya diri bisa mengalahkan ku hari ini bocah. Baiklah, jika kau sanggup menghindari seranganku selama 5 menit dan tidak mati, aku berjanji akan melakukan apa yang kau mau" ucap Kolonel Rose.

Keduanya pun mengambil ancang-ancang untuk bersiap bertarung. Ryouichi pun menarik pedang dari sarungnya. Terlihat sebuah bilah pedang lurus yang memiliki corak gelombang berwarna emas disisi kanan dan sisi kiri nya, di ikuti oleh aura hitam tipis di sekeliling pedang itu.

"Hmmm… Sudah kuduga bahwa itu bukan senjata roh biasa. Sudah pasti itu senjata [God] tingkat tinggi. Namun sayang sekali dia akan kalah hari ini..." gumam Kolonel Rose sembari tersenyum.

"Seranglah aku sesukamu Kolonel!" teriak Ryouichi dengan lantang.

"Cobalah untuk menghindari seranganku ini bocah!" teriak Kolonel Rose.

Kolonel Rose pun memanggil senjata roh [God] miliknya yang berupa Busur panah dengan aura api dan mulai membidik Ryouichi.

"Coba kita lihat sehebat apa kau sampai bisa sesombong itu bocah!" teriak Kolonel Rose sembari melepaskan anak panah yang terbuat dari aura api.

Seketika anak panah yang dikeluarkan oleh Kolonel Rose langsung menargetkan Ryouichi dengan sangat cepat.

"Sial, panah api itu sangat cepat. Dia menjadi [Guardian] bukan tanpa alasan. Aku harus menghindari serangan itu bagaimanapun caranya. Jika tidak, aku akan jadi abu" gumam Ryouichi sambil berlari menghindari anak panah Kolonel Rose

"Ada apa bocah? Apakah semua perkataanmu tadi hanya bualan omong kosong semata? Kau mengecewakanku" teriak Kolonel Rose.

Ryouichi terus berlari untuk menghindari serangan dari Kolonel Rose, namun tentu saja Ryouichi kalah cepat dengan panah api milik senjata Roh Kolonel Rose. Ryouichi pun terkena serangan itu dan terhempas jauh dan tergeletak ditanah.

"Hmmm… Cuma itu saja kemampuanmu? Sungguh mengecewakan. Aku tidak tahu apa yang diharapkan Kolonel Ryota darimu, tapi kau sungguh lemah" ucap Kolonel Rose.

Ryouichi pun menggerakkan jemari nya dan berusaha bangun.

"Kau pikir hal seperti ini akan dengan mudah membunuhku? Aku tidak akan punya muka untuk bertemu adikku di surga jika aku mati seperti ini. Hal seperti ini bukanlah apa-apa bagiku" teriak Ryouichi sembari berdiri.

"Hahahaha… Menarik sekali bocah! Aku semakin tertarik denganmu!" teriak Kolonel Rose lalu tertawa keras dan mencoba melepaskan anak panah lagi ke arah Ryouichi.

Di sisi lain Ryouichi berpikir keras bagaimana cara untuk menang dari gadis kecil arogan di hadapannya, sampai suatu ketika ada suara misterius terngiang di kepala Ryouichi.

"Hei nak, apa kau ingin menang?" suara itu terdengar lirih di kepala Ryouichi.

"Siapa kau, kenapa bisa ada suara mu di kepala ku?"gumam Ryouichi.

"Hahaha… Aku adalah roh didalam pedangmu. Bukankah kakek tua di [Forbidden Forest] sudah menjelaskannya padamu? Aku adalah Khronos! Sang dewa waktu dan penciptaan" suara itu terdengar jelas di kepala Ryouichi.

"Aku tidak peduli siapa dirimu, yang aku inginkan adalah mengalahkan gadis kecil sombong itu sekarang juga" gumam Ryouichi.

"Hmmm… Aku bisa membantumu mengalahkan nya sekarang. Tapi itu akan memiliki resiko karena tubuhmu yang sekarang belum terbiasa menggunakan teknik ini" ucap Roh itu.

"Heh… Kau pikir aku akan membatalkan niatku untuk mengalahkan gadis kecil itu setelah mendengar perkataanmu? Cepat bantu aku sekarang!" ucap Ryouichi di dalam pikirannya.

"Hmm…Baiklah. Ikuti kata-kataku, konsentrasi dan bayangkan waktu di sekitarmu terhenti dan teriakkan 'TIME FREEZE', sisanya serahkan kepadaku" ucap Roh itu.

"Terima panah ini bocah!" teriak Kolonel Rose.

"[TIME FREEZE]!" teriak Ryouichi dengan keras dan lantang.

Tiba-tiba saja semua orang serta waktu pun menjadi terhenti dan disitulah Ryouichi mengambil kesempatan untuk menghindari panah api yang persis berhenti didepan wajahnya dan berlari kearah Kolonel Rose. Dan seketika waktu yang awalnya terhenti menjadi normal kembali. Dan membuat semua prajurit serta Kolonel Ryota dan Kolonel Erik terkejut dengan kejadian tersebut. Mereka melihat Ryouichi yang awalnya terdesak mampu untuk mengacungkan pedang ke leher Kolonel Rose.

"Semua sudah berakhir Kolonel Rose, akulah pemenangnya" ucap Ryouichi.

"Bagaimana bisa?! Apa kau punya skill teleportasi?" ucap Kolonel Rose sembari memasang ekspresi terkejut.

"Kau tidak perlu tahu tentang hal itu, sekarang saatnya kau menepati janjimu" ucap Ryouichi sambil memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya

"Apa yang kau inginkan dariku?" ucap Kolonel Rose.

"Yang aku inginkan adalah.... " suara Ryouichi mengecil serta pandangannya menjadi kabur dan disertai muntah darah.

Ryouichi pun roboh di hadapan Kolonel Rose dan semua prajurit di lapangan. Hal itupun membuat Kolonel Ryota berlari dengan cepat ke arah lapangan.

"Oiii… Bocah bangunlah! Seseorang cepat kemari!" teriak Kolonel Rose cemas sambil mengangkat kepala Ryouichi.

"Ryouichi!" teriak Kolonel Ryota berlari ke arah Ryouichi.

Rose pun mendekatkan kepalanya kedada Ryouichi dan memeriksa denyut nadinya.

"Detak jantungnya melambat dan nafasnya menipis!" teriak Kolonel Rose.

"Panggil Kolonel Ray secepatnya! Dia memiliki skill medis tingkat tinggi!" teriak Kolonel Erik.

Nafas Ryouichi pun semakin menipis dan membuat panik seluruh orang, terutama Kolonel Ryota yang menjadi semakin cemas dan panik.

"Ryouichi... Tolong jangan tinggalkan aku seperti dia, aku tidak ingin kejadian itu terulang kembali!" gumam Kolonel Ryota dengan air mata yang menetes.

avataravatar
Next chapter