4 Chapter 3 : Ujian Masa Lalu

"Baiklah, kita sudah sampai. Ayo keluar Ryouichi" ucap Kolonel Ryota sembari turun dari mobil jeep militer.

"Uahhh… Kupikir [Forbidden Forest] itu menyeramkan dan gelap. Kenapa ini malah mirip seperti laboratorium yang dijaga ketat?" ucap Ryouichi sembari menengok kesana kemari melihat sekelilingnya.

"Cepatlah masuk, mau sampai kapan kau mematung seperti itu" ucap Kolonel Ryota sembari melangkah masuk ke fasilitas tersebut.

Lalu mereka bertiga pun memasuki fasilitas [Forbidden Forest]. [Forbidden Forest] bukanlah suatu tempat yang bisa di masuki oleh prajurit biasa. Untuk memasuki tempat ini perlu surat rekomendasi setidaknya dari prajurit Petinggi menengah.

"Ryouichi , tadi kau bertanya mengapa dari luar tempat ini lebih terlihat seperti laboratorium bukan? Karena tempat ini sebenarnya hanyalah gerbang untuk menuju [Forbidden Forest] yang sesungguhnya. Disini ada portal untuk menuju tempat itu" Kolonel Ryota berbicara sembari membakar rokoknya dan menunjukkan portal.

Ryouichi pun terkesima dengan Portal yang berada tepat di depan matanya. Portal untuk menuju [Forbidden Forest] bukanlah portal biasa, portal ini memiliki Ornamen naga tua di samping kanan dan kirinya dan memancarkan energi yang besar. Kolonel Ryota pun memerintahkan Ryouichi untuk menyiapkan dirinya untuk masuk ke Portal tersebut.

"Ryouichi, sebelum kau masuk ke portal ini ada yang ingin ku beritahu padamu. Ketika kau sudah masuk jangan pernah melakukan hal yang berada di luar kemampuan mu. Asal kau tahu didalam portal ini terdapat banyak roh kuno dan jahat yang bisa mengambil alih tubuhmu jika kau ceroboh, sudah banyak prajurit yang serakah dan ceroboh ketika masuk portal ini dan mereka berakhir dengan tidak baik. Dan disini senjata roh lah yang memilihmu, jangan kau seenaknya memaksakan sesuatu yang bukan milikmu. Dan ambillah liontin ini, liontin ini bisa menolongmu ketika kau masuk disana" ucap Kolonel Ryota.

"Liontin apa ini Kolonel? Mengapa aku merasa ada yang aneh dengan liontin ini?" tanya Ryouichi penasaran.

"Jangan banyak tanya, kalau kau sudah siap langsung masuk saja ke portal itu dan ingatlah nasihatku" ucap Kolonel Ryota

"Baiklah , aku siap. Aku akan masuk" ucap Ryouichi sambil melangkah masuk ke dalam portal.

"Kolonel, menurutmu apakah Ryouichi akan berhasil mendapatkan apa yang kau inginkan? Dan kenapa kau seperti terburu-buru memberikan liontin itu padanya?" tanya Kapten Saito.

"Kapten, sepertinya aku tidak terkesan terburu-buru memberikan liontinku padanya, melihat kondisi ku yang seperti ini. Apalagi sepertinya Demon Tingkat Langit di daerah provinsi kita mulai bergerak untuk merebut wilayah ini, tentu kita butuh banyak bantuan. Semoga anak itu bisa mendapat senjata roh tingkat [God]" ucap Kolonel Ryota.

"Kau bercanda kan Kolonel? Bahkan ketika aku terakhir kali masuk kedalam [Forbidden Forest] ,aku hanya berhasil mendapatkan senjata roh tingkat [heaven] rendah" ucap Kapten Saito.

"Mari kita lihat saja, Kapten. Apakah Ryouichi sesuai ekspektasiku atau tidak"

Ryouichi yang telah masuk kedalam portal akhirnya sampai di [Forbidden Forest]. Seketika Ryouichi sampai di tempat itu dan membuka matanya, angin nan dingin dan menusuk tulang langsung berhembus ke arahnya, Ryouichi pun melihat se kelilingnya dan hanya ada pepohonan lebat namun untungnya ada kunang-kunang yang menerangi jalan untuk Ryouichi.

"Oke, sekarang aku harus kemana? Kolonel tidak mengatakan aku harus pergi kemana setelah sampai di hutan ini" ucap Ryouichi sambil menghangatkan tangannya yang kedinginan.

Lalu tidak beberapa lama liontin yang diberikan oleh Kolonel Ryota mulai bersinar pelan, Ryouichi pun tidak mengetahui bahwa ada sesuatu berbahaya sedang mengintainya.

Seketika [Forbidden Forest] yang awalnya banyak angin yang berhembus tiba-tiba menjadi hening mencekam, dari balik kegelapan muncullah sesosok kakek tua yang memegang tongkat dan menyapa Ryouichi.

"Anak muda… Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" ucap kakek tua itu dengan lirih.

Ryouichi yang menyadari ada kejanggalan pun langsung menarik pedangnya dan menghunuskan nya ke kakek tua itu.

"Aku tidak tau wujud aslimu, tapi kau sedikit bodoh untuk percaya bahwa diriku akan yakin bahwa yang sedang aku ajak bicara ada orang tua asli" ucap Ryouichi dengan tegas.

"Hahahahaha, kau anak muda yang menarik. Bagaimana kalau aku bilang aku adalah roh yang berkeliaran kesana kemari mencari tubuh baru untuk dirasuki?" ucap kakek tua itu.

"Kalau begitu aku harus melawanmu kakek tua" ucap Ryouichi.

Kakek tua tadi pun berubah menjadi sosok bayangan hitam besar tanpa wajah dan mengatakan beberapa hal kepada Ryouichi

"Kau cerdas, berani, dan tegas nak. Suatu hal yang sia-sia jika aku mengambil tubuhmu sekarang, baiklah bagaimana kalau kau mengikuti ujian yang kuberikan? Dan jika kau lulus, maka aku akan memberikan sesuatu sebagai hadiahnya" ucap kakek tua itu.

"Aku tidak akan terjebak oleh kata-katamu" ucap Ryouichi waspada.

"Hoho… Bagaimana kalau kubilang aku akan memberimu senjata roh tingkat [God]?" ucap kakek tua itu.

"Aku masih belum percaya padamu, apa yang akan ku lakukan jika kau berbohong?" tanya Ryouichi dengan ekspresi tidak percaya.

"Aku tidak bohong dan aku bersumpah atas nama [God of time] bahwa yang aku katakan bukanlah sebuah kebohongan" ucap kakek tua itu.

Ryouichi yang tadinya ragu-ragu pun mulai percaya dengan kata-kata kakek tua itu. Dan merasa apabila dia terjebak itu adalah kebodohan dia sendiri dan dia mengambil keputusan untuk mempercayai kakek tua itu.

"Baiklah, aku percaya padamu. Lalu apa ujiannya?" tanya Ryouichi

"Kulihat kau membawa sebuah liontin unik, coba dekatkan liontin itu ke dadamu dan pejamkan matamu" ucap kakek tua itu.

"Hmmm… Begini?" jawab Ryouichi sambil mendekatkan liontin itu ke dadanya.

Seketika muncul sebuah cahaya besar yang tiba-tiba menelan Ryouichi dan membawanya ke sebuah lingkungan yang dia kenal.

"Kakak... Kakak, ayo bangun nanti kita terlambat untuk kehutan" ucap sebuah sosok siluet yang nampak familiar.

"A-Asuka?" ucap Ryouichi lirih dan seketika memeluk Asuka dengan erat.

" Ka-kakak, apa yang kakak lakukan? Walaupun Asuka suka dengan kakak tapi kita tidak bisa seperti ini" ucap Asuka terkejut sambil mencoba melepaskan pelukan Ryouichi.

"Tolong biarkan kakak memelukmu seperti ini untuk sebentar saja. Kakak mengalami mimpi buruk selama ini" ucap Ryouichi sembari menitikkan air mata dan tetap memeluk Asuka dengan erat.

"Tenang saja kak, Asuka akan selalu disamping kakak. Asuka tidak akan kemana-mana, jadi berhentilah menangis, kakak" jawab Asuka dengan penuh kasih sayang.

Hhmmm… Baiklah" ucap Ryouichi sembari menghapus air matanya.

"Baiklah kalau begitu ayo cepat bersiap-siap kak, kita bisa telat ke hutan untuk menebang kayu" ucap Asuka sembari meninggalkan kamar Ryouichi.

"Hutan? Mengapa perasaanku tidak enak. Ada sesuatu yang sepertinya harus aku ingat tapi aku malah melupakannya. Tapi apa itu, hmmm… Lebih baik cepat bersiap sebelum Asuka memarahiku lagi" gumam Ryouichi.

Ryouichi berdua dengan Asuka menjalani hari-hari seperti biasa hingga sesuatu yang sama terulang kembali. Disaat Ryouichi mengalami masa-masa indah lagi dengan Asuka, tiba-tiba Ryouichi pun serasa di lempar ke masa depan dimana dia harus melihat kematian Asuka dengan tragis.

"ASUKAAAAA!" teriak Ryouichi yang memeluk erat tubuh Asuka yang berlumur darah.

Dan ingatan itu pun muncul di kepala Ryouichi.

"Kakek Tua sialan! Berani-berani nya kau memainkan ingatan dan perasaanku" teriak Ryouichi.

Setelah itu Ryouichi pun merasa dirinya kembali ke ruangan tidur yang sama.

"Kakak… kakak kenapa?" tanya Asuka.

"Asuka kita harus pergi dari desa ini sekarang juga" ucap Ryouichi dengan keras.

"Kak… Ada apa dengan kakak? Kakak terlihat aneh hari ini" ucap Asuka.

Seketika Ryouichi pun menarik tangan Asuka dan melangkah keluar dari pintu rumahnya dan menuju keluar. Tiba-tiba langit di luar rumahnya menjadi gelap, Asuka yang tadinya berada di genggamannya pun menghilang. Bau darah dimana-mana dan Ryouichi dipaksa untuk melihat kejadian yang sama ketika malam itu terjadi hingga ratusan kali. Ini sudah ke 200 kalinya Ryouichi dipaksa melihat kejadian mengerikan dan menyedihkan itu. Tidak peduli seberapa keras Ryouichi mencoba menyelamatkan Asuka dan tidak peduli dengan metode apapun, Asuka tetap berakhir dengan kematian yang tragis.

"Asuka… Ayo pergi dari sini" ucap Ryouichi dengan lirih dan dengan pandangan kosong.

"Kak, kenapa kakak tidak pernah menyerah untuk menyelamatkan Asuka?" tanya Asuka dengan senyuman.

"Aku sudah berusaha sekeras mungkin, tidak peduli berapa ratus kali waktu yang harus ku lalui, aku akan berusaha menyelamatkanmu Asuka" jawab Ryouichi sembari menitikkan air matanya.

"Kak, sudah waktunya kakak untuk istirahat. Itu semua bukan kesalahan kakak, mohon lepaskan kepergian Asuka" jawab Asuka dengan senyuman yang disertai air mata yang mengalir ke pipinya.

"Asuka… Ma-maafkan kakakmu yang tidak berguna ini, bahkan hingga sekarang pun kakak masih tidak bisa melepas kepergianmu" tangis Ryouichi pun tidak terbendung lagi.

"Kak, meskipun Asuka sudah tidak ada namun Asuka tetap ada di hati kakak. Selama ini Kakak lah pahlawan dalam hidup Asuka. Jadi tolong hiduplah dengan bahagia" ucap Asuka dengan senyuman yang manis.

Ryouichi pun melihat Asuka dengan senyuman termanis yang pernah dia lihat selama hidupnya dan pandangan kosong Ryouichi yang awalnya terlihat berubah menjadi sadar kembali dan tersenyum kepada Asuka.

"Asuka, terima kasih untuk segalanya" ucap Ryouichi sembari tersenyum menahan segala kepedihan di dalam hatinya.

Ryouichi pun melangkah keluar menuju pintu rumahnya dan melihat Asuka melambaikan tangan kepadanya dengan jelas untuk terakhir kalinya yang berarti selamat tinggal untuk selamanya. Ryouichi pun terbangun dari tidurnya yang berarti ujian yang dia ambil dari kakek tua itu telah selesai dan berhasil.

"Hohoho... Lumayan lama juga kau selesai anak muda" jawab kakek tua yang sedang duduk di depan Ryouichi.

"Bajingan Tua, berani nya kau memberi ku ujian seperti itu" jawab Ryouichi dengan kasar dan marah.

"Oi oi, ujian itu bukanlah aku yang membuatnya, namun itu berasal dari hatimu sendiri untuk menyelesaikan semua penyesalan yang kau punya. Jika kau tidak bisa menerima semua penyesalan itu kau akan berakhir tertidur selamanya di dalam mimpimu itu, selalu mencoba menyelamatkan sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk tiada" ucap Kakek tua itu dengan sedikit tersenyum.

"Jadi dengan begitu, ujianku sudah selesai kan. Jangan lupa dengan apa yang kau janjikan kepadaku kakek tua sialan."

"Hohoho... Tenang saja. Hadiah dariku sesuai dengan ujian yang kau selesaikan sekaligus sesuai apa yang diharapkan hatimu"

Lalu Kakek tua itu pun menjetikkan jari dan terlihat cahaya silau yang menyinari seluruh hutan dan muncul senjata roh berbentuk katana yang memiliki aura kuat dan terlihat di sarungnya memiliki pinggiran emas. Ryouichi pun mengambilnya dan mencoba mengeluarkan pedang itu dari sarungnya. Ketika ditarik pedang itu mengeluarkan aura hitam yang sangat kuat.

"Senjata roh apa ini? Mengapa terasa kuat sekali" ucap Ryouichi.

"Nama roh dari pedang itu adalah Khronos, Senjata roh itu adalah senjata roh tingkat [God] cursed weapon tingkat tinggi, kau sudah ditakdirkan oleh ruang dan waktu untuk memiliki pedang itu" ucap kakek tua itu.

"Jadi kelebihan dari pedang ini selain dari aura yang luar biasa, apa lagi kakek tua sialan?" ucap Ryouichi.

"Pedang itu merupakan cerminan dari dirimu yang selalu mendambakan masa lalu dan itulah tugasmu untuk mencari tahu lebih lanjut sebagai pemegangnya dan usahakan jangan berbuat yang melanggar hukum ruang dan waktu dengan pedang itu" ucap kakek tua itu.

"Hei kakek tua sialan, apa maksudmu dengan itu semua. Aku tidak mengerti" ucap Ryouichi.

"Oh… Ini sudah waktumu untuk pergi dari tempat ini anak muda. Selamat tinggal dan sampaikan salamku pada pria itu"

"Hei, apa maksudmu… aaaaAAAAAAAA"

Ryouichi pun telah berhasil mendapatkan senjata rohnya dan kembali ke portal. Sementara itu Kolonel Ryota dan Kapten Saito masih menunggu Ryouichi untuk kembali.

"Hmmm... Ternyata kau berhasil mendapatkan nya Ryouichi. Ternyata benar hanya kau yang mampu mengubah takdir dunia ini. Dasar Kakek tua sialan, dia masih saja seperti itu dari dulu" gumam Kolonel Ryota.

"Kenapa Kolonel? Apa anda tadi mengucapkan sesuatu?" tanya Kapten Saito

Tiba-tiba Ryouichi kembali seperti terlempar dan mengejutkan seisi fasilitas

"aaaaAAAAAA..." teriak Ryouichi.

"Akhirnya kau kembali juga Ryouichi. Cukup lama juga kau di tempat itu" ucap Kolonel Ryota.

"Yah, disana ada kakek tua bajingan yang mempermainkan ku ketika sedang mencari senjata roh" ucap Ryouichi.

"Jadi senjata roh macam apa yang membuatmu lama kembali?" tanya kapten Saito dengan penuh penasaran.

Ryouichi pun menunjukkan pedangnya dan mengeluarkan bilah pedangnya dari sarungnya

"Hehehe… Ini dia senjata rohku" ucap Ryouichi sembari tertawa kecil.

"Ti-Ti Tidak mungkin! Bagaimana bisa kau dapat senjata roh [God] Cursed Weapon tingkat tinggi dengan usia dan pangkat yang sekarang?!" ucap Kapten Saito dengan rasa tidak percaya.

"Hei... Untuk apa kau terkejut seperti itu? Ketika aku masih seusianya dan pangkatku juga masih rendah, aku bisa mendapat 2 senjata roh [God] Cursed Weapon tingkat tinggi" ucap Kolonel Ryota sambil membakar rokoknya.

"Bukankah anda memang berbeda dari yang lainnya? Anda sudah memang dikenal jenius sejak masuk akademi" ucap Kapten Saito dengan sedih.

"Oh ya Ryouichi. Apa kau tahu nama roh dari pedang itu?" tanya Kapten Saito.

"Hmmmm… Kalau tidak salah tadi kakek tua sialan itu berkata bahwa nama roh pedang ini Khronos" ucap Ryouichi sambil memeriksa pedangnya.

"Khro-Khronos?!" teriak Kapten Saito.

"Ke-kenapa kau berteriak seperti itu?" tanya Ryouichi dengan sedikit terkejut.

"Kolonel, pedang ini?!" tanya Kapten Saito kepada Kolonel Ryota untuk memastikan sesuatu.

"Hmmmm… Untuk masalah ini biar aku yang urus. Untuk sekarang kau jangan dulu memberitahu kepada orang lain bahwa kau mempunyai pedang roh ini. Apa kau mengerti Ryouichi? Tunggu aku membereskan masalah ini lebih dulu" ucap Kolonel Ryota dengan serius.

"Ahhhh… Oke aku mengerti" ucap Ryouichi.

"Sekarang kau keluarlah duluan ke mobil, kita akan kembali ke markas setelah aku mengurus sesuatu disini sebentar" ucap Kolonel Ryota kepada Ryouichi.

"Kolonel, apakah benar pedang itu adalah...?" tanya kapten Saito.

"Ya... Benar, pedang itu adalah Pedang Penciptaan. Untuk sekarang tolong rahasiakan dulu tentang masalah ini. Aku akan berbicara langsung dengan Jendral tentang apa yang terjadi hari ini" ucap Kolonel Ryota.

"Baik, Kolonel" sahut Kapten Saito.

Setelah kejadian itu, Kolonel Ryota, Ryouichi dan juga Kapten Saito kembali ke markas provinsi dan sesampainya mereka di gerbang markas provinsi sesuatu yang mengejutkan pun terjadi.

avataravatar
Next chapter