12 Chapter 11 : Kembalinya Sosok Misterius

Kolonel Rose dan Ryouichi yang telah terbangun pun segera keluar dari ruangan perawatan dan bergegas mencari Jendral. Tidak beberapa lama mereka pun berpapasan dengan Mayor Megumi.

"Ryo-Ryouichi?!..." ucap Mayor Megumi kaget.

"Oh… Mayor Megumi, senang bertemu denganmu lagi. Omong-omong apa kau tahu dimana Jendral?"

Ryouichi berkata dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Mayor Megumi hanya bisa melihat keajaiban itu dengan kedua matanya. Seakan tidak percaya bahwa Ryouichi telah hidup lagi, Mayor Megumi mencoba untuk memeluk Ryouichi namun segera dihentikan oleh Kolonel Rose.

"Hei! Apa yang kau coba lakukan?" ucap Kolonel Rose.

Kolonel Rose menatap Mayor Megumi yang hanya bisa salah tingkah setelah mencoba memeluk Ryouichi.

"Ah… Maaf, aku hanya ingin memastikan bahwa orang yang didepanku adalah Ryouichi yang asli" ucap Mayor Megumi dengan tersipu malu.

"Hmpph… Kau tidak salah,orang yang sekarang berada didepanmu adalah Ryouichi yang asli. Sekarang kau sudah puas bukan? Cepatlah beritahu kami dimana Jendral berada" ucap Kolonel Rose dengan ketus.

"Ah… maaf Kolonel Rose, Jendral saat ini sedang berada di ruang rapat bersama Kapten Saito sedang membicarakan sesuatu" ucap Mayor Megumi.

Setelah mendengar informasi dari Mayor Megumi, Kolonel Rose segera menarik tangan Ryouichi dan berjalan menuju ruangan rapat.

"Ayo Ryouichi!" ucap Kolonel Rose.

"Ah, maaf Mayor Megumi. Lain kali aku akan jelaskan mengapa aku bisa hidup lagi" ucap Ryouichi tersenyum sembari melambaikan tangan kearah Mayor Megumi.

Kolonel Rose dan Ryouichi pun sampai didepan ruangan rapat dan membuka ruangan itu. Jendral, Kapten Saito, serta Letnan Satu Shizu yang berada di ruangan itupun dikejutkan oleh hal itu.

"Ryouichi!?" ucap seluruh orang dalam ruangan itu.

"Bagaimana bisa? Ini semua bukan mimpi kan?" ucap Kapten Saito.

"Ini bukan mimpi Kapten, maaf telah membuat kalian semua khawatir" ucap Ryouichi.

Jendral yang sedang menghisap cerutunya pun hanya bisa tersenyum.

"Mengapa kalian berdua tidak duduk terlebih dahulu? Bukankah ada banyak hal yang mau kalian tanyakan?" ucap Jendral dengan tenang.

Kolonel Rose dan Ryouichi pun segera melangkah kearah mereka dan duduk. Kolonel Rose pun menatap Jendral dengan tajam.

"Jendral, dimana Kolonel Ryota?" ucap Kolonel Rose dengan nada tidak bersahabat.

"Kebetulan sekali, kami memang sedang membicarakannya. Sepertinya, Kolonel Ryota sedang menuju kastil Astaroth dan saat ini Kolonel Ray sedang mencoba untuk menghentikannya" ucap Jendral sembari menghisap cerutunya.

Kolonel Rose yang mendengar perkataan dari Jendral pun terkejut.

"Apa?! Apa Kolonel Ryota sudah gila? Mengapa dia sampai bertindak sejauh itu?" ucap Kolonel Rose.

"Rose, tenanglah. Ini semua juga bagian dari kesalahanku, jika saja aku mendengarkan ucapan dari Kolonel Ryota mungkin tidak akan terjadi hal seperti ini" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose melihat Ryouichi yang mengepalkan tangannya sembari merasa bersalah.

"Ryouichi…" ucap Kolonel Rose lirih.

"Jadi, apa yang akan kalian lakukan? Menyusul Kolonel Ryota?" ucap Jendral.

Kolonel Rose dan Ryouichi pun saling berpandangan dan keduanya pun mengangguk.

"Kami akan menyusul Kolonel Ryota, aku tidak bisa membiarkan Kolonel Ryota seperti itu" ucap Ryouichi dengan yakin.

"Aku tidak setuju dengan itu Ryouichi, kau baru saja lolos dari takdir kematian. Dan sekarang kau mau mengantarkan nyawamu lagi?" ucap Kapten Saito.

Jendral yang mendengar keputusan dari Ryouichi pun kaget dan hanya bisa tersenyum.

"Baiklah kalau itu keputusan dari kalian, aku tidak akan menahan kalian" ucap Jendral.

"Jendral!" ucap Kapten Saito.

"Terima kasih Jendral karena sudah menghargai keputusan kami. Dan Kapten Saito, aku minta tolong untuk percaya pada kami" ucap Ryouichi.

Kapten Saito yang melihat permintaan tulus dari Ryouichi hanya bisa pasrah.

"Baiklah, aku akan percaya padamu kali ini" ucap Kapten Saito.

"Terima kasih Kapten. Baiklah kalau begitu kami akan pergi" ucap Ryouichi sembari bangkit dari duduknya.

"Tunggu dulu!" ucap Jendral.

"Ada apa Jendral? Bukankah kau sudah menyetujui keputusan kami? Apakah kau merubah pikiran?" ucap Ryouichi.

"Tidak, bukan begitu. Memang aku menyetujui keputusan kalian, tapi kalian akan ditemani oleh Letnan Satu Shizu. Bukankah kalian butuh pemandu jalan?" ucap Jendral sembari menyeringai.

"Tunggu dulu, kami tidak pernah setuju untuk membawa orang lain!" ucap Kolonel Rose.

"Tunggu dulu Rose, Jendral ada benarnya. Bukankah kita juga tidak mengetahui lokasi dari kastil Astaroth? Terlebih lagi Letnan Satu Shizu bukanlah orang yang jahat" ucap Ryouichi.

"Tapi, aku tidak setuju jika ada perempuan lain yang ikut" ucap Kolonel Rose lirih.

"Hmm… Apa tadi yang kau katakan?" ucap Ryouichi.

"Ti-tidak ada! Kalau kau begitu memaksa, maka bawalah dia" ucap Kolonel Rose.

"Kalau begitu,kami pergi dulu."ucap Ryouichi kepada Jendral

Kolonel Rose, Ryouichi dan juga Letnan Satu Shizu pergi meninggalkan ruangan rapat.

"Mohon bantuan dan kerjasamanya Kolonel Rose dan Letnan Dua Ryouichi" ucap Letnan Satu Shizu sembari menundukkan kepala.

"Ah, kau tidak perlu formal seperti itu Letnan Satu Shizu. Kau bisa memanggilku Ryouichi" ucap Ryouichi tersenyum

Kolonel Rose yang tidak senang melihat kedekatan Ryouichi dan Letnan Satu Shizu pun menendang kaki Ryouichi.

"Ouchh… Rose, kenapa kau tiba-tiba menendang kakiku? "ucap Ryouichi.

"Hmpph… Ryouichi bodoh."

Kolonel Rose pun pergi meninggalkan Ryouichi bersama Letnan Satu Shizu.

"Rose!" teriak Ryouichi.

"Maaf tentang hal itu Letnan Satu Shizu. Senang berkenalan denganmu dan aku harap kau bisa menganggapku sebagai temanmu" ucap Ryouichi.

Letnan Satu Shizu pun tertawa kecil dan melihat kearah mata Ryouichi.

"Kalau begitu, kau juga bisa memanggilku Shizu saja, senang berkenalan denganmu Ryouichi." ucap Letnan Satu Shizu.

"Yah kalau begitu ayo kita susul Rose, Shizu" ucap Ryouichi.

Mereka berdua pun menyusul Kolonel Rose yang telah lebih dulu menunggu di dalam mobil jeep.

"Lama sekali kau Ryouichi" ucap Kolonel Rose kepada Ryouichi yang berjalan kearahnya.

"Ah maaf. Kalau begitu, mari kita berangkat, Shizu tolong beritahu kami arah ke kastil Astaroth" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose pun terkejut dengan Ryouichi yang sudah akrab dan memanggil Letnan Satu Shizu dengan nama panggilan saja.

"Kalian berdua cepat masuk!" teriak Kolonel Rose dengan nada cemburu.

"Ah, kau tidak perlu berteriak sekencang itu Rose. Telingaku masih berfungsi dengan baik." ucap Ryouichi.

Letnan Satu Shizu dan Ryouichi pun masuk kedalam mobil dan duduk bersampingan, sementara Kolonel Rose memegang kemudi mobil jeep.

"Kalau begitu Rose, segera tancap gas dan-- " ucap Ryouichi namun terpotong.

"WAAA!" teriak Ryouichi.

Tanpa aba-aba, Kolonel Rose langsung tancap gas dan mengemudi dengan cepat dan liar.

"Rose... Aku tahu kita memang buru-buru, namun apa kau bisa mengemudi lebih pelan? Shizu tidak nyaman jika secepat ini" ucap Ryouichi.

Kolonel Rose yang sudah kehabisan kesabaran karena mendengar Ryouichi yang selalu menyebut nama Letnan Satu Shizu pun menambah kecepatan mobil dan menerobos apapun yang berada didepannya.

"RYOUICHI BODOH!" teriak Kolonel Rose.

"Heeee? Apa salahku?" ucap Ryouichi.

"Ryouichi, kau seharusnya lebih peka terhadap perasaan wanita" ucap Letnan Satu Shizu.

"Haaaa…. Kenapa kau juga jadi ikut-ikutan menasihatiku?" ucap Ryouichi dengan ekspresi bingung.

Mereka bertiga pun menuju ke kastil Astaroth untuk menyusul Kolonel Ryota. Disisi lain, Kolonel Ryota berusaha keras melawan bawahan dari Astaroth.

"Cih, kalian berdua merepotkan sekali!" ucap Kolonel Ryota.

"Ryota, di belakangmu!" teriak Kolonel Ray.

"[Dark Magic Skill : Dark bullet]" ucap Mammon.

Serangan itu pun hampir mengenai Kolonel Ryota, tapi dengan lincahnya Kolonel Ryota menghindari serangan tersebut. Namun, Kolonel Ryota tidak menyadari serangan lainnya yang datang dari Behemoth.

"[Fire Magic Skill : Burning Shot]" ucap Behemoth.

Serangan itu dengan telak mengenai Kolonel Ryota, Kolonel Ryota yang sudah kehabisan stamina dan kekuatan sihir itupun terlempar beberapa meter jauhnya.

"Sialan, mereka tidak memberiku waktu untuk bertahan maupun menyerang sama sekali" ucap Kolonel Ryota.

Kedua bawahan dari Astaroth pun menyerang Kolonel Ryota tanpa henti, Kolonel Ryota yang telah kehabisan kekuatan hanya bisa bertahan dan menunggu kesempatan untuk melawan balik.

"Sungguh mengecewakan, kudengar dari Tuan Lucifer bahwa salah satu dari [Guardian] sepertimu itu kuat. Tapi, sepertinya itu hanya cerita yang dilebih-lebihkan" ucap Astaroth dengan tatapan kecewa.

"Sialan, jika saja aku dalam kondisi terbaikku aku yakin bisa menghabisi mereka dengan mudah. Tapi akibat pertarunganku tadi dengan Ray, kekuatanku cukup terkuras. Aku harus mencari cara untuk memulihkan diriku" gumam Kolonel Ryota.

"Tuan Astaroth, apakah kami bisa membunuh mereka? Kami sudah bosan bertarung dengannya, dia lemah" ucap Mammon.

"Mari kita bunuh saja mereka, tidak perlu membuang waktu lebih lama lagi" ucap Behemoth.

Mammon dan Behemoth merupakan bawahan dari Astaroth yang setia dan rela melakukan apa saja demi tuannya. Mammon merupakan demon kelas atas yang memiliki postur tinggi, kekar dan terlihat memakai armor merah menyala serta memiliki watak sombong. Lalu Behemoth merupakan demon kelas atas yang memiliki penampilan seperti orang tua dengan armor hitam dengan rambut panjang, bersayap iblis dan berekor panjang.

"Tunggu dulu, aku masih ingin bermain dengan para manusia itu" ucap Astaroth.

"Cih, demon sialan. Sepertinya beberapa rusuk ku ada yang patah" ucap Kolonel Ryota.

"Ryota, bagaimana dengan kondisimu? Sepertinya bahkan jika kita menggabungkan kekuatan untuk melawan mereka, itu akan cukup sulit dengan kondisi kita yang sekarang" ucap Kolonel Ray.

Kolonel Ryota terlihat bingung bagaimana cara menandingi para demon bawahan dari Astaroth, lalu tiba-tiba terdengar suara misterius dari atas pohon.

"Bukankah kalian para demon terlalu sombong? Perlu kalian ketahui, aku cukup jijik dengan sifat kalian itu" ucap siluet pria misterius bertopeng yang sedang duduk diatas pohon sembari memakan apel.

"Siapa kau? Apa kau mau kami remukkan semua tulangmu itu?" ucap Mammon dengan nada kesal.

"Meremukkan tulangku? Hahahahaha, kau bercanda? Demon rendahan sepertimu?" ucap pria misterius itu dengan sombong.

Pria misterius itu pun turun dari pohon, kemudian berjalan kearah Mammon dan Behemoth. Pria misterius itu memiliki postur tinggi, berotot, rambutnya berwarna putih, seluruh tubuhnya ditutupi oleh jubah hitam dan wajahnya tertutup topeng berwarna putih. Pria misterius itu melihat kearah Kolonel Ryota dan Kolonel Ray yang sedang terluka.

"Tidak seperti biasanya Kolonel Ryota, mengapa kau bisa sampai seperti ini?" ucap pria misterius itu dengan nada yang akrab.

"Siapa kau? Apa kau salah satu dari mata-mata Jendral?" ucap Kolonel Ryota.

"Kau tidak perlu tahu siapa diriku, yang pasti aku bukanlah mata-mata dari Jendral yang kau sebut tadi" ucap pria misterius itu.

Kolonel Ryota merasakan ada hal yang aneh ketika dia berbicara dengan pria misterius itu, pria itu terasa familiar baginya.

"Kolonel Ryota, kau diam saja disini dan biarkan Kolonel Ray menyembuhkanmu. Biar aku yang membereskan mereka." ucap pria misterius itu.

"Hoo… Jadi kau mau berlagak seperti pahlawan hah?!" ucap Mammon.

Pria misterius itu pun berjalan pelan kearah mammon dan juga behemoth. Pria misterius itu menghentikan langkahnya dan berhenti tepat di hadapan dua demon itu.

"Jadi, dengan cara apa kalian ingin mati?" ucap pria misterius itu.

"Sialan! Kau meremehkan kami. Terima ini!" teriak Mammon.

Mammon melayangkan tinjunya dengan kekuatan penuh yang bisa menghancurkan sebuah batu besar kearah pria misterius itu. Namun tinjuan itu dapat di tahan dengan mudah oleh pria misterius itu.

"Ya, benar. Kau bahkan tidak perlu ku kalahkan dengan senjata Roh, cukup dengan tangan kosong saja sudah lebih dari cukup" ucap pria misterius itu sembari menahan tinju dari Mammon.

Menyadari hal itu, Mammon dengan reflek menarik tinjunya dan mundur dengan cepat kebelakang.

"Heee… Nampaknya kita kedatangan tamu seorang yang kuat. Bolehkah aku tahu namamu siapa?" ucap Astaroth.

"Demon jelek sepertimu tidak perlu tahu namaku. Yang pasti aku disini untuk mengirimmu kembali ke neraka" ucap pria misterius itu.

"HAHAHA… Aku suka dengan gayamu itu. Bagaimana jika kau bergabung dengan pasukan demon milikk? Aku jamin semua yang kau inginkan bisa terpenuhi dengan sangat mudah, baik itu uang, wanita maupun kekuasaaan" ucap Astaroth.

"Haaa... Apa kau tuli? Aku disini bukan untuk bergabung denganmu. Aku disini untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri" ucap pria misterius itu dengan dingin.

Pria misterius itu pun mengeluarkan aura besar berwarna putih yang menyelubungi dirinya. Aura itu sangat besar dan bahkan membuat hembusan angin yang cukup besar. Astaroth yang melihat hal ini pun merasa kaget dan ketakutan untuk pertama kalinya.

"A-Aura ini… Mengapa kau bisa mempunyai aura suci itu?" ucap Astaroth ketakutan.

"Ada apa denganmu sekarang Astaroth? Apa kau ingin memohon belas kasih untuk hidupmu padaku sekarang? Sayang sekali, demon sialan sepertimu tidak akan kubiarkan hidup lebih lama lagi" ucap pria misterius itu.

Kolonel Ryota dan Kolonel Ray yang sedang memulihkan diri pun dibuat terkejut dengan hal itu.

"Ryota, aku ingin kau jujur. Jika kau bertarung dengan pria misterius itu, apakah kau bisa mengalahkannya?" ucap Kolonel Ray.

"A-aku tidak tahu, kekuatannya hampir setara denganku… Tidak, bahkan bisa jadi kekuatannya melebihi kekuatan penuhku. Siapa sebenarnya orang ini?" ucap Kolonel Ryota.

Setelah mengeluarkan aura besar itu,pria misterius itupun berjalan kearah Astaroth.

"Berhenti… Berhenti disana! Kalian berdua, cepat bunuh orang itu!" teriak Astaroth dengan wajah ketakutan.

"Baik tuan!" ucap Mammon dan Behemoth bersamaan.

"Terima ini! [Dark Magic Ultimate Skill : Black Abyss]" teriak Behemoth.

Skill yang dikeluarkan oleh Behemoth ini merupakan skill ultimate dari dark magic yang akan membuka lubang hitam dan mengeluarkan ratusan monster yang akan menyerang target.

"Mati kau! [Dark Magic Ultimate Skill : Zone of death]" teriak Mammon.

Skill yang dikeluarkan oleh Mammon ini merupakan skill Ultimate yang membuat zona tempur yang akan di penuhi oleh ratusan [Undead].

Pria misterius itu pun menghentikan langkahnya dan terlihat merapal sebuah mantera. Tidak beberapa lama kemudian sebuah lingkaran sihir besar yang terdiri dari 4 lapis muncul di langit.

"[Ultimate Skill Technique : Babel Tower]" ucap pria misterius itu.

Seketika muncul sinar terang yang besar di atas langit dan menyinari para pasukan monster yang di panggil oleh Mammon dan juga Behemoth. Para pasukan monster yang terkena cahaya itu langsung menghilang tanpa bekas.

"Ti-tidak mungkin, kekuatan sebesar ini... Jadi benar bahwa atribut mu adalah Holy Magic" ucap Astaroth.

"Hmm? Sudah selesai main-mainnya? Tadi itu adalah skill ku yang paling lemah"ucap pria misterius itu.

Mammon dan Behemoth yang melihat bahwa skill terbaik mereka tidak mempan hanya bisa terdiam seribu bahasa.

"Hee… Bukankah tadi kau bilang kau ingin meremukkan tulangku?" ucap pria misterius itu sembari melihat kearah mammon.

"Si-sialan!" teriak Mammon dan Behemoth bersamaan.

"Akan kutunjukkan kekuatan asliku disini, berbanggalah karena kau adalah satu-satunya yang bisa membuatku mengeluarkan wujud asliku" ucap Mammon.

"Kau akan menyesal telah membuat kami mengeluarkan kekuatan asli kami" ucap Behemoth.

Seketika Mammon dan Behemoth berubah wujud. Mammon berubah wujud menjadi sosok raksasa setinggi 15 meter berwarna merah pekat dilengkapi sepasang tanduk dan juga sayap besar yang memegang senjata tombak kegelapan. Sementara Behemoth berubah wujud menjadi sosok monster raksasa dengan kepala gajah yang mengerikan dan juga badan manusia serta memegang senjata pedang kegelapan.

"Sekarang kami akan benar-benar akan membunuhmu!" teriak Mammon.

"Sebenarnya aku ingin bertarung dengan kalian tapi aku tidak ada waktu. Oi… Kolonel Ryota, mau sampai kapan kau memulihkan diri?"ucap pria misterius itu.

"Mati kau!" teriak behemoth sembari melayangkan serangan kearah pria misterius itu.

Namun secepat Kolonel Ryota berlari dan menahan serangan itu.

"Terima kasih sudah mengulur waktu, aku dan Ray jadi memiliki waktu untuk memulihkan diri" ucap Kolonel Ryota kepada pria misterius itu.

"Aku juga berterima kasih kepadamu" ucap Kolonel Ray.

"Tidak perlu banyak berterima kasih, kalian atasi saja dua demon jelek itu. Khusus untuk Astaroth, aku sendiri yang mengatasinya" ucap pria misterius itu.

"Tunggu dulu. Aku berterima kasih karena sudah menolong kami, namun aku tidak bisa membiarkanmu membunuh Astaroth" ucap Kolonel Ryota.

"Mengapa seperti itu?" ucap pria misterius itu.

"Aku ingin membalaskan dendam seseorang yang penting bagiku. Ryouichi sudah dibunuh oleh Astaroth keparat itu" ucap Kolonel Ryota dengan geram.

Mendengar perkataan Kolonel Ryota, pria misterius itu hanya bisa tersenyum dibalik topeng yang dia kenakan dan berbalik badan kearah Kolonel Ryota.

"Kau tenang saja, Ryouichi yang kau sebutkan tadi belum mati" ucap pria misterius itu.

"Apa maksudmu? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia sudah mati!" teriak Kolonel Ryota.

"Kau akan tahu nanti ketika pertarungan ini sudah berakhir. Aku jamin dia belum mati, jadi biarkan aku berurusan dengan Astaroth" ucap pria misterius itu sembari berjalan kearah Astaroth.

"Tunggu!" teriak Kolonel Ryota.

"Mati kalian!" ucap Behemoth sembari menyerang kearah mereka bertiga.

Serangan itu menimbulkan angin besar serta debu tanah beterbangan membuat semua hal kelihatan samar.

"Kau pikir serangan seperti ini bisa membunuh kami?" ucap Kolonel Ray yang menahan serangan itu dengan [Scythe] miliknya.

"Baiklah, aku akan mengurus kalian terlebih dahulu sebelum aku membunuh Astaroth itu" ucap Kolonel Ryota.

"Summon : Izanagi , Summon : Izanami"

"[Unison Raid : Immortal Mode]"

Kolonel Ryota pun terlihat memanggil senjata rohnya dan menggabungkan Izanagi serta Izanami. Setelah melakukan penggabungan itu, terlihat sosok baru dari Kolonel Ryota. Tubuhnya telah terpasang armor dengan warna dasar hitam yang dipinggirnya di lapisi warna putih. Izanagi dan Izanami bergabung menjadi satu senjata dan berubah bentuk menjadi pedang yang memiliki dua mata pedang di bagian atas dan bawah.

"Jangan lupakan aku! [Battle Armor Mode : On]" teriak Kolonel Ray.

Setelah menggunakan mode armornya, Kolonel Ray terbungkus oleh armor berwarna biru tua yang terlihat kokoh dan terlihat symbol naga di belakang armornya. Kolonel Ryota dan Kolonel Ray pun berjalan berdampingan menuju Mammon dan Behemoth.

"Waktunya untuk pembalasan" ucap Kolonel Ryota sembari tersenyum menyeringai.

Pertarungan besar antara dua [Guardian] dan juga wujud asli dari bawahan Astaroth pun akan segera dimulai.

avataravatar
Next chapter