webnovel

Dimples (BTS - Bahasa Indonesia)

[complete] “Sora ... ayo kita pergi ke fansign bersama?!”, ajak Sunmi sambil tersenyum “Haruskah aku pergi? Aku bukan seorang ARMY sejati sepertimu, Sunmi. Aku hanya menikmati lagu-lagu mereka, aku bahkan tidak hapal nama anggota Bangtan Sonyeondan ini”, jawabku Tapi, setelah bertatap muka langsung dengan Bangtan Boys, Kim Sora tidak bisa melepaskan pesona dari pria tinggi berlesung pipi itu. Dan hal itulah yang membuat Sora semakin ingin mengenal dan bahkan dekat dengannya. Namun, merangkul orang yang kau cintai bukan berarti akan selalu membawa kebahagiaan. Ketika semuanya terasa sempurna, insiden dua tahun lalu kembali terulang pada Sora. Dan hubungannya dengan Kim Namjoon menjadi taruhannya... 13 Feb - 03 Jun 2021

Ditabell · Music & Bands
Not enough ratings
55 Chs

Satu Hari Bersamanya (1)

Kim Sora POV

Sudah 30 menit aku berdiri di depan lemari pakaian ku. Sudah beberapa pakaian aku coba, namun semuanya terasa tidak cocok. Aku menghela napas dan duduk di tempat tidurku.

"Apa yang kulakukan?aku kan hanya akan pergi mengunjungi museum, bukan kencan, pakailah baju yang nyaman dan santai saja", pikirku

Aku kembali berdiri didepan lemari pakaian, dan memilih rok denim pendek dengan kaus putih. Aku melihat tampilanku di cermin, cukup sederhana dan santai. Aku biarkan rambut panjang ku tergerai hari ini. kulihat jam menunjukkan waktu 8.35 dan Aku pun bergegas mengambil tas dan memakai sepatu kets.

Kututup pintu apartemenku dan berjalan menuju lift. Hari ini cuaca cerah sekali. Langit biru dan

angin sejuk menyambutku ketika keluar menuju tempat parkir mobil. Aku tersenyum membayangkan hari ini akan menyenangkan.

Sebetulnya aku sangat gugup pagi ini, bahkan aku sampai tidak bisa menelan sarapanku. Akupun hampir tidak bisa tidur semalam karena terlalu bersemangat.

Diperjalanan aku memutar lagu RM yang berjudul Seoul. Lagu ini sangat menenangkan sekali dan cocok didengarkan selama di kendaraan. Aku merasa lewat lagu ini, RM mencoba menceritakan bahwa Ia muak dan lelah dengan kehidupan Seoul yang sibuk, tapi disisi lain Ia juga mencintai kota ini.

"Saranggwa miumi gateun malimyeon, I love you Seoul. Saranggwa miumi gateun malimyeon, I hate you Seoul", tanpa kusadari aku ikut bernyanyi

(Jika cinta dan benci adalah kata yang sama, I love you Seoul. Jika cinta dan benci adalah kata yang sama, I hate you Seoul)

Pukul 8.55 aku tiba di K-Pop Museum. Jalanan tidak terlalu padat sehingga aku tiba lebih cepat. Aku memarkir mobilku dan berjalan menuju pintu masuk museum. Kulihat hanya ada satu-dua pengunjung yang berdiri didepan pintu masuknya.

Ketika akan menaiki anak tangga, seseorang menepuk bahuku.

"Annyeong Sora ssi", sapa pria tinggi memakai topi dan masker

"Oppa?", tanyaku ragu

"Nee..ini Namjoon", jawabnya tersenyum

Aku menghela napas lega karena tau pria dihadapanku adalah RM. Hari ini Ia memakai pakaian casual sama sepertiku, kaos berwarna abu-abu, celana panjang berwarna hijau botol, sepatu kets, sling bag, topi dan masker.

"Apa kau sudah menunggu lama?", tanyaku

"Tidak, aku baru sampai. Ketika turun dari mobil kulihat kau sedang berjalan menuju pintu masuk jadi aku berlari menghampirimu", jelasnya

"Syukurlah", jawabku tersenyum juga

"Bisa kita masuk sekarang?", tanyanya canggung

"Kajja (ayo)", jawabku

Kami memasuki museum ini dan menuju meja resepsionis. Di museum ini ada 3 lantai, lantai pertama berisi lobi, resepsionis, toko oleh-oleh dan cafe. Lantai kedua terdapat album, alat instrumen dan barang-barang milik artis-artis K-pop seperti kostum dan aksesoris. Sedangkan lantai ketiga berisi alat-alat recording.

Kami menghabiskan waktu 2,5 jam menjelajahi seluruh gedung museum ini. Tak henti-henti nya aku dan Namjoon berdecak kagum dengan koleksi-koleksi yang ada di museum ini. Untungnya, museum ini tidak terlalu ramai pengunjung jadi kami bisa bebas berkeliling.

Jam 12.15 siang, kami selesai berkeliling museum dan memutuskan untuk makan siang. Awalnya kami akan makan siang di Cafe museum ini, tetapi karena Cafe tersebut penuh dan Namjoon tidak ingin terlihat oleh orang banyak, akhirnya kami memutuskan untuk makan di restoran yang berada disekitar museum.

"Aah..aku sangat lapar. Kuharap akan ada tempat kosong di restoran lain", kata Namjoon

"Nee, aku juga lapar", jawabku mengangguk

Kami berjalan kaki menuju restoran-restoran sekitar, akan tetapi karena waktu jam makan siang, semua restoran dan tempat makan tersebut penuh.

"Wah, eottoke? (Bagaimana ini?)", tanya Namjoon

"Mmm apa kau mau menunggu sampai restoran sepi atau kita mencari restoran didaerah lain?", tanyaku

"Mmm..akan butuh waktu lama bila menunggu restoran sepi. Lihat! Apa disana boleh makan?", tanya Namjoon menunjuk sebuah taman dengan kursi-kursi di samping tempat parkir

"Sepertinya boleh, tidak ada tanda larangan makan di tempat itu", kataku melihat kearah taman yang Ia tunjuk. "Baiklah, oppa tunggu saja disana. Aku akan membeli makanan untuk kita. Lalu kita bisa makan disana", kataku tersenyum kepadanya

"Aku saja yang beli!", kata Namjoon memegang tanganku ketika aku akan beranjak ke restoran di depan kami

"Gwaenchana, biar aku saja. aku tidak ingin kau kesulitan, orang-orang dapat dengan mudah mengenalimu", kataku canggung

"Mmm arasso...gomawo yo", katanya canggung sambil melepaskan tanganku

"Ne. Kau ingin makan apa oppa?", tanyaku masih tersipu

"Aku ingin makan sandwich ham dengan keju yang banyak, salad dan cola ukuran besar", katanya sambil menunjuk restoran cepat saji di depan kami

"Oke. Tolong kau cari tempat duduk yang nyaman ya..aku akan menemuimu secepatnya", kataku lagi

Aku berjalan memasuki restoran cepat saji tersebut dan memesan sandwich ham dengan extra keju, sandwich gandum dengan isian kalkun pedas, salad, soup dan 2 cola ukuran besar. Dalam waktu 10 menit, semua pesananku sudah siap.

Aku berjalan menuju taman disamping tempat parkir. Kulihat Namjoon sedang duduk disebuah kursi sambil memegang ponselnya. Tak lama Ia menoleh kearahku dan berjalan menghampiriku.

"Sini biar kubantu", kata Namjoon mengambil bungkus makanan dari tanganku

"Gomawo", kataku

"Aku menemukan tempat nyaman, ini seperti piknik di taman", katanya tersenyum sambil menunjuk ke arah kursi taman yang Ia duduki tadi

Aku tersenyum menyetujuinya. Tempat duduknya seperti tempat duduk di area piknik, dengan 2 kursi kayu panjang yang terbuat dari potongan batang pohon dan meja kayu panjang berada ditengahnya.

Kami duduk dan mulai mengeluarkan makanan yang kami pesan.

"Omo! Aaa", terdengar suara Namjoon mendengus sambil menunjukkan garpunya yang patah

Aku tertawa melihatnya. Astaga Ia benar-benar dewa kehancuran.

"Ini oppa..pakai saja sendokku", kataku sambil memberinya sendok supku

"Ah tidak usah. Nanti kau makan supnya dengan apa?", kata Namjoon terlihat malu

"Tidak apa, aku bisa menyeruputnya", kataku mengangkat bahu

"Benarkah tidak apa-apa?", katanya mengangkat alis

"Iya..pakai saja oppa", kataku lagi

"Gomawo", kata Namjoon merasa bersalah

Kami menikmati makan siang kami sambil diselingi obrolan ringan.

"Besok aku akan mengunjungi orangtuaku di Ilsan", katanya sambil menyendok salad

"Oya? Kau akan menginap disana?", tanyaku sambil mengunyah makanan ku

"Ye..aku akan menginap selama seminggu disana. Aku ingin mengajak orangtua dan adikku mengunjungi tempat-tempat indah di Korea", katanya menatapku

"Wah senangnya", kataku membalas tatapannya

"Bagaimana kabar ayah dan ibumu? Apa mereka masih berada di Seoul?", tanya Namjoon sambil menggigit sandwich nya

"Mereka baik-baik saja. Mereka sudah kembali ke Gwangju dua hari setelah aku makan siang dengan ibuku waktu itu. Jadwal ayahku sangat padat", kataku tersenyum

"Kau bilang kau sudah bermain piano sejak kecil, mengapa kau tidak menjadi musisi seperti ayahmu saja?", tanya Namjoon penasaran

"Aaaahh...sejujurnya, ayahku sangat menginginkan aku menjadi sepertinya, tapi aku merasa bahwa itu bukan impianku. Agak sulit pada awalnya, ketika aku memutuskan membuka Minerva. Ayahku sangat tidak setuju. Ia menginginkan aku langsung bergabung dengan orkestranya setelah lulus kuliah", kataku sambil menatap makanan ku

"Jinjja?", tanyanya membelalakkan mata

"Nee..ayahku sempat tidak mau berbicara denganku selama 3 bulan", kataku tertawa mengingat kejadian itu

"Waahh aku sangat terkejut mendengarnya", kata Namjoon menatapku

"Tapi sekarang ayah dan ibuku sangat mendukung Minerva. Mereka melihat bahwa aku sangat bahagia dan menikmati hidupku saat ini", kataku tersenyum

"Kau sama sepertiku", kata Namjoon membalas senyumku. "Dulu ibuku juga tidak setuju aku bermusik. Aku hanya disuruh belajar dan belajar setiap hari. Bila ibuku menemukan kertas lirik, ia akan langsung merobek dan membuangnya", kata Namjoon tertawa kecil sambil memeragakan gerakan merobek sesuatu

"Eh?jinjja?", kataku terkejut

"Sampai suatu hari aku berbicara padanya dan meyakinkannya bahwa musik adalah impian dan hidupku. Akhirnya ibuku menyerah dan mendukungku. Lihatlah aku sekarang, aku tidak akan seperti ini bila ibuku tidak memberikan ijin haha", katanya tertawa

"Woah daebak..oppa memang pantas berada di posisi sekarang, setelah semua kesulitan yang kau dan member lalui selama ini", kataku tersenyum padanya

"No pain no gain", lanjutnya lagi

Kami saling melempar senyum dan menghabiskan makan siang kami dibawah cerahnya langit dan sejuknya angin siang itu.