webnovel

Mengubah keputusan

Zoya tak mau diliputi rasa bersalah pada Ummu Salmah, dia bertekad untuk mengatakannya semuanya padanya. Menolak tawaran yang tempo hari dia jelaskan padanya. Sungguh dia tak ingin memberikan harapan apapun pada wanita yang telah melahirkan suaminya, karena Zoya tahu bagaimana rasanya jika dihianati. Zoya tak ingin mengecewakannya lebih dalam sehingga memutuskan untuk tidak dekat dengannya adalah pilihan terbaik untuknya. Dia harus kuat agar tak seorang pun bisa menjatuhkannya termasuk Ashraf.

Langkahnya semakin dipercepat mengingat hari ini adalah hari pernikahan Ashraf, sudah barang tentu akan banyak orang di rumahnya.

"Salam, maaf paman apakah Ummi Salmah ada di dalam? saya ada janji dengannya hari ini, tolong sampaikan padanya jika saya sudah datang," ucap Zoya pada salah seorang pelayan di rumah besar Pak Abraham.

"Maaf Nona boleh tahu siapa nama Anda, agar saya lebih mudah menyampaikannya pada Nyonya besar," sela pelayan.

"Zoya," balasnya singkat.

"Baiklah Nona tolong tunggu di sini, saya akan menyampaikan pada Nyonya besar."

Pelayan segera pergi memberitahukan sang Nyonya besar di kamarnya.

Tok..tok...tok...

Pintu segera terbuka secara otomatis. "Nyonya ada tamu di luar bernama Zoya ingin menemui Anda," ucap sang pelayan.

"Tolong kau antarkan dia ke sini," balas Ummu Salmah, setelahnya pelayan segera pergi untuk memanggilkan Zoya. Salmah mempersiapkan dirinya, duduk di kursi rodanya.

"Assalamu'alaikum Ummi," sapa Zoya.

"Waalaikumussalam, bagaimana kabarmu Nak? Apakah kau ke sini membawa kabar baik untukku?" tanya Ummi Salmah memperhatikan penampilan Zoya yang terlihat semakin cantik dengan out fit yang dia kenakan sangat cocok membuat Zoya terlihat lebih muda beberapa tahun dari usianya.

"Maafkan saya Ummi, saya---"

"Apa yang membuatmu berubah pikiran Zoya?" tanya Ummi Salmah memperhatikan Zoya dengan raut wajah sedikit kecewa.

"Saya sudah berpikir matang-matang, saya tidak mungkin kuat jika melakukan hal itu. Saya memutuskan untuk menolak tawaran Ummi tempo hari," ucap Zoya menunduk.

"Alasan lainnya apa Zoya, selain kamu tak mampu menjalani semua ini? Bukankah dengan kehadiranmu di sini kau akan tetap bisa bertemu dengannya setiap hari."

"Ummi, jika saya tetap di sini bukankah akan menambah rasa sakit hati ini? Saya tidak mungkin kuat jika harus melihat setiap kemesraan yang mereka suguhkan bukan? Saya masih punya hati untuk dapat merasakan rasa sakit ini Ummi, bukankah itu berarti saya sedang dimadu dan yang lebih menyakitkan kenapa harus dia Ummi, tidak adakah yang lebih baik darinya?" sela Zoya dia menahan air matanya agar jangan sampai jatuh dia harus kuat menghadapi ini semuanya.

Ummi Salmah merasa bersalah karena tak mampu melakukan apapun untuk Ashraf terlebih pada Zoya pastinya dia sangat menderita selama ini karena pernikahannya tak ada seorangpun yang tahu. Jika saja dirinya punya kuasa akan Ashraf mungkin dia akan lebih memilih Zoya yang akan menemani Ashraf hingga nanti, hingga maut yang akan memisahkannya.

"Maafkan Ummi Nak, jika memang itu keputusanmu maka Ummi hanya bisa mendukungmu."

"Terima kasih Ummi," ucap Zoya berlutut di depan kursi roda Ummi Salmah mengusap rambutnya penuh cinta, bagaimanapun Zoya adalah wanita yang hebat karena selama hampir empat tahun melayani Ashraf tanpa mengeluh sedikitpun, jika saja pernikahan bodoh ini tidak berlangsung sudah barang tentu Zoya adalah wanita yang paling beruntung di antara jutaan ribu wanita yang pernah ada di sini.

"Ummi, saya harus pamit. Jaga kesehatan oke," ucap Zoya membuat Salmah semakin bersalah karena harus memisahkan mereka berdua.

"Kau---"

"Saya takkan menghadiri acara pernikahannya, cukup saya melihatnya lewat televisi Ummi," ucap Zoya dan Salmah pun memahami apa yang sedang dirasakan olehnya. Wanita mana yang tidak sakit hati jika suaminya menikah lagi dengan orang lain sedangkan dia masih muda, cantik dan cerdas.

"Saya permisi dulu Ummi, semoga Ummi sehat selalu," pamit Zoya melangkah pergi meninggalkan Ummi Salmah yang tengah menatapnya dengan perasaan kecewa.

***

Ashraf terdiam menatap kepergian Zoya dari balik jendela kamarnya, dia tak percaya jika Zoya menolak dengan tegas permintaan Ummi Salmah untuk tetap tinggal di rumahnya. Ashraf pikir dengan keberadaan Zoya di rumah ini hatinya akan sedikit tenang karena dia bisa melihat dan mengawasi setiap pergerakan Zoya karena bagaimana pun Ashraf sangat mencintainya. Ashraf menyesalkan kenapa harus terjebak pada perjodohan konyol ini, dia sudah menikah statusnya adalah suami orang kenapa dia tak mampu menolaknya?

Tok...tok..tok...

"Masuk!"

"Apa kau sudah siap?" Faiz datang membawakan segelas air mineral dan juga obat sakit kepala karena mendadak kepalanya pening mengingat masa depannya dengan Zoya. "Bersabarlah sayang, kita akan melalui semuanya dengan baik," gumam Ashraf.

Ashraf langsung meminum obat yang diberikan Faiz padanya dadanya terasa nyeri mengingat orang yang baru saja keluar dari rumahnya.

"Faiz apakah kau melihat Zoya keluar dari sini barusan?"

"Ya, aku melihatnya tadi. Aku sempat menawarkannya untuk bertemu denganmu terlebih dahulu tapi dia menolaknya dia beralasan temannya sudah menunggunya di luar." Ashraf mengerutkan keningnya mendengar kata teman, dia tahu jika Zoya tak memiliki banyak teman karena dia sangat tertutup dan juga karena jarang berinteraksi di luar lantas siapakah teman yang Faiz maksud. "Apa dia membawa kamera?" tanya Ashraf semakin penasaran dengan penuturan Faiz padanya.

"Lebih lanjut detailnya kau bisa menanyakan pada petugas yang jaga di luar sana."

Ashraf begitu penasaran ingin mengetahui siapa laki-laki yang bersama Zoya kali ini, Ashraf sengaja mengecek cctv yang ada di depan pos keamanan. Dia melihatnya, Zoya sedang bercanda dengan seorang lelaki dan juga seorang gadis yang sepertinya sedang beranjak dewasa.

"Dia adalah laki-laki yang sama yang aku lihat kemarin di kafe, ada hubungan apa Zoya dengannya sepertinya dia sangat mengagumi Zoya," gumam Ashraf.

"Kau penasaran dengannya?" tanya Abraham yang tiba-tiba saja datang ke pos keamanan mencarinya.

"Dia adalah Rafael putra pemilik panti asuhan tempat dia diasuh," ucap Abraham membuat Ashraf cukup terkejut dengan penuturan ayahnya bagaimana mungkin dia mengetahuinya sementara dia?

"Apakah ada lagi yang ingin kau tanyakan?" tanya Abraham menatap putranya yang masih saja terdiam di tempatnya.

"Sejauh mana Ayah mengenal mereka?" tanya Ashraf meminta penjelasan pada Ayahnya.

"Kau mau tahu? apakah itu penting buatmu?" Abraham justru bertanya balik karena dia merasa curiga dengan anaknya kenapa dia ingin sekali mengetahui tentang Rafael dan juga adiknya.

"Tuan Abraham keluarga Nona Kiraz sudah datang," ucap seorang pelayan membuat mereka berdua saling pandang.

"Suruh mereka masuk terlebih dulu, kami akan keluar sebentar lagi," balas Ashraf.

Abraham mengernyitkan dahinya, apakah anaknya juga ingin tahu soal pekerjaannya mengingat dia juga terjun di dunia entertainment. "Dia seorang fotografer terkenal, setiap hasil bidikan kameranya selalu indah. Ayah mengundangnya nanti malam untuk mengabadikan momen terbaikmu jadi berikan penampilan terbaikmu," seru Abraham segera pergi meninggalkan Ashraf untuk menemui tamunya atau mempelai wanita pilihannya.

"Kenapa firasatnya tak enak, apakah akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan?" gumam Ashraf gelisah.

Next chapter