1 Bab 1 ( Segalanya Seolah Runtuh )

Seorang wanita duduk seorang diri sambil minum bergelas-gelas alkohol di salah satu sudut club. Tanpa memperdulikan sekitar ia terus saja menghabiskan satu persatu minuman yang disentuhnya. Seteguk demi seteguk. Tanpa perduli dirinya sudah menghabiskan berapa banyak gelas dan botol.

Malam ini ia harus mabuk tidak perduli apapun yang terjadi. Ia ingin sekali melupakan segala hal yang sudah tidak ingin diingatnya lagi. Pacar dan juga sahabatnya. Dua orang yang paling penting dalam hidupnya, sekaligus dua orang yang paling menyakitinya.

Salah apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh Monica?

Kenapa ia harus mendapatkan perlakuan yang begitu menyakitkan seperti ini?

Dan yang terpenting dari itu semua, dari sekian banyak orang yang bisa berbuat jahat dan menyakitinya, kenapa orang tersebut harus pacarnya dan juga sahabatnya sendiri?

Apa dunia harus begitu kejam padanya?

Kalau saja… Kalau saja seandainya kemarin ia tidak datang ke apartemen Sandra, sahabatnya. Ia pasti tidak akan pernah tahu apa yang sudah terjadi antara sahabatnya dan pacarnya sendiri dibelakang.

Tepat tanggal 24 Desember, tepat sehari sebelum natal. Itu adalah hari ulang tahun Sandra, sahabatnya. Awalnya Monica berencana membuat kejutan kepada sabahatnya itu dengan membelikan sebuah kue ulangtahun kesukaannya. Ia bermaksud membawakannya ke tempat sahabatnya itu agar ia terkejut dan merasa senang.

Tak hanya membawakan sekotak besar berisi kue. Monica juga menyiapkan hadiah khusus untuknya yaitu dua tiket perjalanan keliling Eropa selama satu bulan seperti yang selama ini sudah diidam-idamkan oleh Sandra.

Tapi… apa yang didapatkannya dari semua perhatiannya itu? Sebuah tamparan keras bagai sebuah sambaran petir dikala hujan melanda.

Dengan mata kepalanya sendiri, Monica melihat Sandra dan Hendrik berduaan dan bermesraan di atas ranjang dalam kamar Sandra. Awalnya Monica pikir, Sandra sedang bersama dengan pacar barunya yang pernah diceritakannya tapi belum pernah diperkenalkannya pada Monica. Tapi sebuah suara yang sangat di kenal Monica menyadarkannya. Suara seorang laki-laki yang sangat dikenalnya memanggil nama sahabatnya itu dengan nada yang sangat mesra.

Seketika itu air muka Monica naik. Ia merasa sedih, kecewa dan juga marah. Semuanya bercampur menjadi satu. Entah serangkaian kata apa yang cocok untuk mengambarkan perasaannya saat itu. Segalanya seolah akan runtuh. Walau hatinya kacau, Monica tetap melangkah maju. Ia mendobrak pintu dan berteriak.

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan di sini??!" Monica berteriak dengan penuh kemarahan dan kebencian yang luar biasa.

Ia sungguh tidak percaya apa yang dilihatnya itu ini. Sandra dan juga Hendrik. Mereka berdua ternyatta selama ini sudah bermain-main di belakangnya secara diam-diam? Apa mereka

"M-monica??" Sandra terlihat panik dan terkejut begitu pula dengan Hendrik.

"Honey?? Sejak kapan…" Hendrik kehabisan kata-kata. Keduanya bangkit lalu bergegas melengkapi tubuh mereka dengan pakaian yang bisa mereka raih. Hendrik yang sudah mengenakan celananya, langsung menghampiri Monica.

Monica merasa jijik.

"Honey, aku bisa jelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikir. Tolong! Tolong kau jangan salahpaham?" ujar Hendrik mencoba menjelaskan situasi yang sedang terjadi pada Monica.

Tapi apa yang dilihat Monica sudah sangat menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Mon-mon. Hendrik benar. Ini nggak seperti yang kamu bayangkan," timpal Sandra panik masih sambil merapikan pakaiannya kembali.

Monica tersenyum kecut, "Tidak seperti yang aku pikirkan? Memangnya apa yang menurut kalian yang ada dipikiranku? Bahwa kalian saling memadu-kasih layaknya sepasang kekasih dan menurut kalian itu masih belum menjelaskan apapun? Kalian masih bisa mengatakan bahwa ini semua hanyalah kesalahpahaman??"

"Mon-mon," Sandra kembali memanggil Monica dengan panggilan hangatnya.

Tapi panggilan itu justru membuat Monica bergidik.

"Jangan menyentuhku!!" ujar Monica penuh penekanan, "Aku tidak ingin siapapun diantara kalian untuk menyentuhku. Aku merasa amat jijik!"

Keduanya tertegun. Dan kehabisan kata-kata. Mereka memang sudah tertangkap basah dan tak ada hal apapun yang bisa menjelaskan situasi keduanya dengan lebih jelas dari apa yang sudah terlihat.

Monica menatap Hendrik dengan tajam, "Jadi ini yang kau sebut sedang ada meeting di luar dengan klien? Jadi, klienmu itu adalah Sasa? Dan dia juga menjadi klien pribadimu? Klien yang bahkan sampai harus mengadakan rapat dalam kamar dan menanggalkan semua pakaian kalian?"

Monica memandang Sandra penuh amarah dan kekecewaan, "Dan inikah pacar barumu yang sangat kau banggakan itu? Pacar yang sanggup membelikanmu barang apapun yang kamu inginkan seperti katamu itu? Harusnya aku sudah curiga. Kenapa kau tidak pernah mau memperkenalkan pacar rahasiamu itu padaku. Dan inikah alasannya? Karena pacar barumu adalah pacarku juga?"

Pandangannya kembali beralih ke Hendrik.

"Dan kau Hendrik! Kita akan segera bertunangan dan kau malah melakukan ini padaku? Aku memberikanmu segalanya. Uangku adalah uangmu. Tapi kau mengunakannya hanya untuk bisa bersama dengan Sandra? Untuk membelikan apapun yang dia minta? Kau mengatakan padaku bahwa kau sedang melakukan proyek besar. Dan dia ini adalah proyek besar yang kau maksud?"

Sandra terlihat frustasi. Dirinya sungguh tidak menyangka bahwa Monica akan memergokinya seperti ini.

"Monic, aku tidak bermaksud ingin merebut pacarmu. Aku hanya…"

Monic segera memotong ucapan Sandra.

"Hanya apa? Hanya ingin terus bermain di belakangku selamanya karena kau pikir aku cukup bodoh dan tidak akan pernah mengetahui kejahatan yang kalian perbuat dibelakangku?" Monica muak dengan semuanya. Airmatanya sudah mulai membendung. Tapi ia berusaha untuk menahannya.

Monica menatap Sandra dengan ekspresi sedih, "Apa kau tahu untuk apa aku datang kemari?" tanyanya dengan perasaan yang sudah hancur berkeping-keping.

"Aku sengaja membawakan kue favoritmu karena ini adalah hari ulangtahumu. Aku juga sudah mempersiapkan hadiah spesial untukmu. Tapi apa yang kudapat dari semua perhatianku ini padamu? Sebuah penghianatan… Penghianatan yang paling keji yang tidak pernah aku sangka-sangka. Bahkan hal ini dilakukan oleh dua orang yang paling dekat denganku? Kenapa? Kenapa kalian harus begitu tega melakukan ini padaku? Apa aku sudah melakukan kesalahan pada kalian? Selama ini… bukankah aku sudah sangat baik pada kalian?"

"Honey.."

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu!"

"Monic... Aku minta maaf. Aku tahu aku kilaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk melakukan ini padamu," Hendrik memohon tapi Monic tak mau perduli.

"Tidak bermaksud?" Monica mengulang ucapan Hendrik dengan tatapan kosong. Tangannya terkepal dengan kuat.

Diambilnya potongan kue yang dibawanya itu, lalu melemparkannya pada Hendrik tepat di wajahnya.

"Omong kosong! Kau pikir aku bodoh? Aku sudah tidak ingin mendengar penjelaskan apapun darimu. Mulai hari ini kita PUTUS!!! Jangan pernah temui aku lagi dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi. Jika tidak aku akan pastikan kau akan menyesalinya seumur hidupmu!!"

"Lalu kau, Sandra Leriana, mulai hari ini kita bukan lagi teman ataupun sahabat. Bahkan aku tidak akan pernah mau mengakui bahwa aku pernah mengenalmu. Hubungan kita berakhir di sini! Dan selamat atas hubungan kalian. Sekarang sepertinya sudah tidak ada lagi penghalang diantara kalian! Kalian bebas berhubungan."

***

avataravatar
Next chapter