webnovel

bagian 9

"Popiiiii!" Yera memanggil kucing persia berwarna putih itu ketika memasuki rumah. Seolah mengerti, kucing itu berlari dari arah taman belakang.

"Aaaa anak mamiii," ucap Yera menggendong Popi lalu menciumi kucing kesayangannya itu dengan gemas. "Kangen."

Popi adalah hewan pemberian dari kakak pertama Yera untuk hadiah ulangtahunnya yang ke lima belas tahun.

Arka memilih mendudukan bokongnya di sofa ruang tengah, membiarkan majikan dan perliharaannya itu melepas rindu setelah beberapa bulan terpisah.

Arka mengedarkan pandangannya, kenapa rumah ini sepi?

"Eh non," sapa bi Ijah turun dari lantai dua rumah tersebut. "Yah si Mami pergi keluar non tadi."

Yera masih bermain dengan Popi. "Gak papa bi, aku kesini mau ambil Popi."

Bi Ijah mengangguk. "Bagus kalo begitu, kasian Popi kangen. Jangan sampai deh sakit lagi."

Bulan minggu kemarin Yera di telpon karna Popi tidak mau makan apa-apa mungkin efek stres karna di tinggal pergi oleh majikannya. Sehingga Yera selalu menyempatkan diri mampir kerumah Mami untuk bertemu Popi.

"Saya harus ke kantor lagi," ucap Arka sembari berdiri.

Yera menoleh. "Ikut Arkaaaa, bawa Popi hehe."

Arka mengangguk, semoga saja tidak menganggu pekerjaannya nanti.

Mereka pamit pergi kepada bi Ijah dan menitipkan salam untuk kedua orangtua Yera.

Butuh waktu empat puluh menit agar mereka sampai di kantor.

Sesampainya di kantor Yera meminta Izin untuk berkeliling kantor bersama Popi.

Yera duduk di taman yang ada di kantor. Kantor itu cukup nyaman dan luas membuat karyawan disini betah apalagi disediakan ruang bersantai, makanan yang gratis bahkan liburan gratis sekalipun untuk mereka yang menjadi karyawan terbaik.

Seperti saat ini, terdapat dua wanita tengah berbincang dibangku taman yang tak jauh dari Yera.

"Pak Arka keren ya, masih muda udah sukses mana ganteng pula," ucap gadis berkepang satu memulai percakapan.

"Beruntung banget yang jadi istrinya nanti," tambah temannya.

"Ngomong-ngomong cewek yang suka mampir kesini itu pacarnya tahu. Katanya sih," ujar si kepang.

Temannya mengangguk setuju. "Yang suka makan siang bareng pak Arka kan?"

"Kalo gak salah namanya Salsa? Soalnya waktu itu pak Arka manggil cewek itu gitu."

Yera yang sengaja menguping ketika nama Arka disebut saat pertama kali obrolan itu merasa tak terima. Jelas-jelas istri sahnya ada di dekat mereka, ya walaupun mereka tak tahu akan hal itu.

"Mereka gak pacaran." Yera yang tiba-tiba menimbrung membuat dua wanita itu terkejut.

Bahkan mereka baru sadar jika ada kehadiran gadis yang masih memakai seragam sekolah itu sembari menggendong kucing.

"Maaf, adek ini siapa ya?" tanya wanita dengan rambut sebahu.

"Aku adiknya Arka," balas Yera lantang. Ingin sekali Yera memperkenalkan statusnya sebagai istri Arka, namun itu dapat menyebabkan masalah besar.

"Arka itu udah ada yang punya, tapi bukan Salsa. Salsa mah udah tahu Arka punya cewek tapi tetep aja deket dengan alasan temen," ucap Yera seolah mengutarakan kekesalannya terhadap Salsa.

"Gak tau diri juga ya." Mereka seakan tertarik dengan penjelasan Yera.

"Kamu tahu pacarnya Arka?" tanya salah satu dari mereka.

"Tahu, tapi ini rahasia. Kalian bakal kaget nanti pas denger namanya disebut," balas Yera.

Mereka tampak kecewa namun kembali bertanya, "kasih tau cluenya aja deh."

Yera tampak berpikir. "Umur ceweknya lebih muda dari Arka."

Mereka mengangguk mengerti seolah baru saja mengumpulkan barang bukti.

—[]—

Yera bersenandung riang sembari menyeduh susu coklat serta tambahan beberapa es agar terasa segar.

Lalu kakinya melangkah menuju sofa dengan televisi menyala menampilkan film komedi yang selalu ia putar dimalam hari sebelum tidur.

Yera tertawa ketika pemeran utamanya membuat lelucon garing.

"Masih bisa ketawa setelah di skors dari sekolah?" Arka berujar setelah mendapati Yera yang dengan santainya masih menikmati segelas susu coklat dengan ditemani film komedi.

"Hidup itu harus dibawa santai," ucap Yera tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Tapi tidak terlalu santai juga," ujar Arka tak mau kalah.

Yera tertawa karna lebih fokus menonton ketimbang mendengarkn ucapan arka membuat pria itu menyerah.

Arka mengambil duduk disebelah Yera dan ikut menonton karna ingin tahu film seperti apa yang membuat gadis itu tak mau ketinggalan tiap episodenya ditayangnya setiap malam.

Sungguh buruk humor Yera, ucap Arka dalam hati.

Arka segera beranjak dari duduknya karna film itu membosankan padalah Arka menonton kurang dari lima menit.

Arka memilih bermain ponsel di ruang kerjanya.

Arka mengerutkan dahi ketika pesan masuk dari salah satu teman kampusnya dulu.

Arka membaca pesan itu yang ternyata adalah undangan acara pernikahan yang akan diselenggarakan minggu depan membuat Arka tersenyum karna tiga bulan lalu temannya ini mengadakan pertunangan dan secepat ini mengadakan pernikah.

Lebih cepat lebih baik.

Arka kembali mengerut ketika temannya itu menambahkan satu bubble chat lagi.

'Gue harap lo bawa pasangan haha'

Isi pesan tersebut.

Arka mengusap tengkuknya. "Gak wajib bawa pasangan juga," gumam Arka.

Arka kembali menatap ponselnya ketika benda pipih tersebut berbunyi seperti ada pesan masuk.

Arka melihat notifikasi dari Salsa.

'Mau keacara nikahan Bryan bareng gue apa Yera?'

—[]—

Ponsel Yera berdering membuat gadis itu menggerutu karna menganggu tidurnya.

"Apa?" ketus Yera ketika mengangkat panggilan itu.

"Yera saya boleh minta tolong? Berkas saya tertinggal dan ada rapat penting nanti pukul sembilan, bisa kamu antarkan?" ucap Arka dari sebrang sana.

Yera menggaruk kepalanya. "Hm iya nanti aku anterin,"

"Map berwarna biru yang ada diruang kerja saya," sambung Arka.

Yera segera mematikan panggilannya lalu terduduk dipinggir kasur.

Gadis itu menguap lalu meregangkan tubuhnya, ia menatap jam yang menunjukan pukul delapan pagi.

Yera berjalan menuju ruang kerja Arka dan mencari sebuah map berwarna biru yang dimaksud dengan Arka, mata Yera menangkap map biru tersebut yang ada pada dekat laptop diatas meja.

Setelah mengambil map tersebut Yera kembali menuju kamarnya untuk mandi, semoga saja sempat.

Ditempat lain Arka tengah menunggu Yera, lima belas menit lagi rapat dimulai bahkan batang hidung gadis itu tidak terlihat sama sekali.

"Arkaa!" Yera berlari dengan map dipelukannya, gadis itu terengah.

"Tadi taksinya mogok," ucap gadis tersebut memberi alasan.

"Makasih," kata Arka ketika Yera menyodorkan map tersebut. "Kamu bisa tunggu diruangan saya," sambung Arka.

"Aku laper Arka, mau ke kantin," balas Yera memegang perutnya yang belum diisi makanan sama sekali.

"Ya sudah, saya mau rapat dulu," Arka pamit menuju ruang rapat karna beberapa karyawan sudah menunggunya disana.

Sepeninggalan Arka, Yera berjalan menuju kantin yang ada pada lantai dua.

Ia bersenandung sembari melihat beberapa funiture yang ada di gedung tersebut.

"Kalo aku bilang adiknya Arka bakal dikasih gratis gak ya?" gumam Yera ketika memasuki kantin.