webnovel

bagian 24

Yera tengah memainkan ponselnya sembari menunggu Lian menjemput. Tadi pagi Lian mengirimi pesan teks kepada adik bungsunya itu untuk menjemputnya sepulang sekolah.

Gadis itu menunggu sang kakak di halte penjemputan yang ada di depan sekolah.

"Yera?" Merasa dirinya dipanggil lantas gadis itu menoleh dan mendapati perempuan yang sangat familiar baginya.

Yera menaruh ponselnya disaku seragam lantas berdiri menghampiri perempuan itu.

"Kak Melisa apa kabar?" tanya Yera dengan wajah senang karna sudah lama tidak bertemu dengan mantan pacar kakaknya itu.

Ya, Melisa cukup dekat dengan Yera ketika dirinya masih menjalin hubungan bersama Lian.

"Baik kok, kamu udah gede juga ya?" gurau Melisa sembari mengusap rambut Yera lembut.

Yera tersenyum. "Kakak ngapain disini? Mau daftar jadi guru?" tanyanya mengingat dulu Melisa pernah bercerita jika cita-citanya adalah ingin menjadi seorang guru di Sekolah Menengah Atas.

"Jangan jadi guru disini kak, muridnya bandel terus aku susah move on dari kakak hehe," Yera berbisik membuat Melisa tak bisa menahan tawa.

"Kakak mau jemput keponakan kakak, hari ini ada janji mau traktir dia makan," jelas Melisa membuat Yera mengangguk paham.

"Ponakan kakak yang mana? Emang ada yang seumuran sama aku?" Yera bertanya karna penasaran.

Melisa mengangguk. "Ada tahu, dia ganteng deh pokoknya. Kakak lupa sih dia kelas apa."

"Nah itu dia!" lanjut Melisa lantas melambai kearah cowok yang baru keluar dari gerbang sekolah.

Karna penasaran Yera tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh, Yera terkejut ketika mendapati Gio berjalan kearahnya lantas tersenyum.

"Kak Melisa udah lama nunggu? Maaf tadi piket dulu," kata Gio menjelaskan.

Yera melongo tak percaya. Dunia begitu sempit baginya.

"Kenalin, ini ponakannya Kakak." Melisa membuyar Yera yang masih tak percaya.

Gio merasa heran. "Kak Melisa kenal sama Yera?"

Melisa sama bingungnya. "Kalian kenal?"

Gio tertawa. "Dia temen sekelas aku, deket malah."

"Astaga sempit banget ya," Melisa tertawa kecil. Sangat lucu menurutnya.

Lian melihat dari kejauhan jika Yera tengah berbincang dengan Melisa. Ia malas bertemu dengan Melisa, bukan karna apa-apa hanya saja Lian merasa bingung untuk apa wanita itu kembali menemuinya lagi?

Lian tak peduli, toh ia hanya ingin menghampiri adiknya karna niat dari awal ia ingin menjemput Yera.

Lian keluar dari mobil yang ia parkirkan beberapa meter dari keberadaan Yera lantas pria itu melangkah maju dengan menarik nafas beberapa kali.

"Kak Lian!" teriak Yera ketika melihat keberadaan Lian yang tengah berjalan kearahnya itu.

Melisa menoleh ketika Yera menyebutkan nama Lian, Melisa tak percaya jika ia secara tak sengaja kembali bertemu Lian. Wanita itu mati-matian menahan senyum.

"Kenalin ini Gio, keponakannya kak Melisa. Gio, ini kak Lian, kakak gue yang paling kalem," ucap Yera membuat Gio tersenyum kearah Lian

"Kak Melisa kenal sama kakaknya Yera juga?" tanya Gio membuat Melisa mengangguk kecil.

Lian masih memasang wajah datarnya sejak awal tadi. "Ayo pulang," tegasnya.

"Makan siang dulu tapi," kata Yera yang dibalas anggukan oleh Lian.

"Kita gak makan siang bareng aja? Biar seru gitu," usul Gio yang dibalas anggukan antusias dari Yera.

Astaga kenapa dua bocah ini tak mengerti jika Lian tengah berusaha untuk menjauh dari Melisa.

Melisa melihat raut wajah Lian yang seolah tak senang, mengingat tempo hari bahwa Lian mengingatkan dirinya untuk berpura-pura saling tidak mengenal satu sama lain.

"Gak usah gak papa, lagi pula Kakak sama Gio mau ke Mall sekalian ke studio foto," tolak Melisa mengerti.

"Pengen ikut juga," kata Yera dengan cepat.

"Yera," panggil Lian.

Yera menoleh. "Kak Lian kalau gak mau ikut gak papa, aku bisa bareng kak Melisa ini. Iya kan?"

Melisa mengangguk sebagai tanda setuju.

Lian menghela nafas. "Kamu bawa mobil gak Mel?"

Melisa menggeleng. "Mau pake taksi aja."

"Yaudah ayo masuk mobil aku aja, aku ikut," ucap Lian pada akhirnya membuat Melisa tersenyum tipis.

Mereka memasuki mobil Lian dengan Melisa dan Gio berada di kursi penumpang.

"Kak Lian gak sibuk kan hari ini?" Yera bertanya membuat Lian melirik sekilas.

"Kakak sengaja selesain kerjaan daritadi pagi biar siang ini kakak punya waktu luang buat kamu," Lian menoleh lantas tersenyum membuat Yera tertawa kecil.

Lian merindukan momen ini, momen dimana dirinya rela memberikan waktu luangnya demi Yera. Semenjak Yera menikah membuat Lian susah untuk dapat pergi berdua dengan adiknya itu. Ya, Lian tak mau egois karna sekarang Yera memiliki Arka yang sudah pasti akan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Yera.

Setelah menempuh perjalanan kurang dari dua puluh menit akhirnya mereka sampai di tempat tujuan yaitu salah satu mall yang ada di ibu kota. Lian memarkirkan mobilnya di basement mall.

"Makan dulu yaa," usul Yera ketika mereka turun dari mobil.

Yera segera memeluk lengan Lian dengan manja. Lian yang sudah biasa ditempeli oleh Yera itu mengusap rambut adiknya dengan lembut.

Melisa yang ada dibelakang mereka hanya bisa tersenyum. Seandainya hubungannya dengan Lian baik-baik saja sudah pasti ia juga akan bermanja seperti dulu.

"Makan ayam yu," kata Gio ketika mereka melewati resto ayam goreng.

"Boleh," kata Melisa.

Mereka memasuki resto tersebut dan memesan empat porsi ayam dengan paket nasi dan juga soda.

Ketika mata Lian dan Melisa bertemu, pria itu segera mengalihkan pandangan sesegera mungkin.

Lian memilih memainkan ponsel selagi menunggu pesanan.

Sedangkan Yera dan Gio tengah berbincang perihal mata pelajaran matematika yang mengerikan bagi Yera tanpa memperdulikan ketika dua orang dewasa disamping mereka tak bertegur sapa sama sekali membuat keduanya merasa canggung.

Tak berselang lama akhirnya pesanan mereka telah sampai dan tersaji diatas meja.

"Itadakimasu!" ucap Yera sebelum menyantap makanannya itu.

Suasana hening, tak ada percakapan apapun karna mereka fokus untuk mengisi perut.

"Kak Lian," panggil Yera dengan wajah cemberut.

Lian yang mengerti segera memberi kulit ayam miliknya untuk adiknya itu. Yera tersenyum. "Makasih."

Memang, setiap mereka berdua—atau mungkin bertiga dengan Albara dulu, Lian selalu memberikan kulit ayam miliknya untuk Yera karna adiknya itu sangat menyukai kulit ayam dan berbanding terbalik dengan dirinya yang begitu tak menyukai kulit ayam membuat keduanya saling melengkapi dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Berbeda dengan Albara yang tak mau berbagi kulit ayam untuk Yera karna dirinya juga menyukai kulit ayam.

"Abis ini langsung ke studio foto?" Gio mengajukan pertanyaan.

"Iya, Yera mau ikut?" Tanya Melisa membuat Yera mengangguk.

"Kak Lian sama kak Melisa gak foto prewedding aja sekalian?" gurau Yera membuat Melisa tertawa.

Lian berdehem. "Omongannya dijaga Yera."

Melisa spontan menoleh, apakah Lian benar-benar sudah membencinya?