webnovel

Segeralah Menikah Atau Aku Akan Membunuhmu!

"Dan kami melihat kakakku berlumurah darah dengan celurit yang menancap di perutnya. Sementara kami tau celurit itu yang tadi dibawa oleh Kak Luci untuk memangkas ranting-ranting."

Spider membeku ketika Hans sampai pada bagian cerita itu. Selama ini Spider tidak pernah sekalipun menyangka bahwa Luci yang begitu ceria dan manis itu harus memiliki sebuah jalan hidup yang pelik.

"Ternyata aku belum mengenalmu dengan baik, Bee," lirih Spider dengan hati merasa sakit.

"Ibuku langsung menuduh Kak Luci. Alasannya ada dua yang pertama adalah karena celurit itu yang tadi dibawa oleh Kak Luci. Alasan kedua adalah karena saat itu Kak Luci sedang memegang celurit yang menancap di perut kakakku." Hans bahkan sudah berkaca-kaca saat itu.

"Kami melarikan kakakku ke rumah sakit. Pada akhirnya dia mengalami kritis karena dia baru saja mengalami kecelakaan dan masih dalam masa pemulihan. Jadi ketika harusnya dia mungkin bisa selamat saat tertusuk, kakakku jadi tidak bisa terselamatkan karena kecelakaan dua kali yang terjadi padanya."

Dada Spider seperti berhenti seketika. Itu artinya Luci dituduh sebagai pembunuh. Spider yakin akan itu.

"Intinya nyawa kakakkku tidak bisa diselamatkan. Dan ibu tiriku langsung marah saat itu. Kak Luci dituntut dan diproses di pengadilan. Aku tidak paham soal hukum orang-orang dewasa tapi aku mendengar dari Paman Tedy bahwa Kak Luci dinyatakan tidak bersalah.

"Aku tidak paham bagaimana pastinya. Tapi yang pasti setelah itu ibu tiriku menyebar banyak kebencian untuk Kak Luci. Semua orang-orang yang dulu baik dan dekat dengan Kak Luci akan ibuku hampiri. Dan ibu tiriku akan mengatakan kepada mereka betapa Kak Luci tega dan keji sudah membunuh kakakku. Pada akhirnya semua orang menjauhi Kak Luci hingga sekarang. Hanya Paman Ted yang masih baik dengan Kak Luci."

Spider adalah seorang lelaki kuat yang biasanya begitu bengis dan tidak memiliki belas kasihan saat menghabisi lawan dan musuhnya. Tetapi ketika mendengar betapa menderitanya Luci selama ini, telah membuat hati Spider seperti hancur dalam butiran halus tanpa bisa digenggam lagi.

"Kak Luci masih terpuruk, bahkan sampai sekarang. Demi menebus kesalahannya dia juga rela merawatku di saat ibu tiriku sendiri menelantarkanku. Aku merasa sangat bersalah padanya karena ibu tiriku akan selalu menggunakanku untuk mengancam Kak Luci. Paman sekarang tau apa yang menimpa Kak Luci selama Paman pergi. Jadi lakukanlah yang terbaik!" Hans memohon dengan sangat.

Tidak hanya hati Spider yang hancur. Tapi hati Hans juga, yang saat ini seperti direnggut dari tubuhnya yang mungil itu. Apalagi ketika mengingat betapa Luci menderita karena dirinya yang sakit-sakitan itu.

"Terimakasih sudah memberitahuku semua ini. Tapi sekarang aku sangat takut untuk melangkah. Apalagi setelah tau bahwa Bee masih terpuruk hingga sekarang. Dan coba katakan padaku, apa Bee merasa bahwa dia yang membuat kakakmu meninggal?" tanya Spider.

Hans pun mengangguk "Iya, Kak Luci selalu menyalahkan dirinya atas meninggalnya kakakku. Kak Luci masih percaya bahwa dia yang membunuh kakakku. Tapi aku yakin dia tidak melakukannya, maksudku pembunuhan itu, walau aku tidak tau pasti."

Spider memijit pelipisnya sendiri. Sekarang lelaki itu merasa kebingungan dan resah. Medapatkan Luci tidak semudah yang dia pikirkan seperti sebelumnya, apalagi saat ini Spider tau bahwa Luci memiliki luka yang hebat dan juga traumatis yang besar.

"Aku sekarang bingung bagaimana aku harus mendekatinya. Aku terlalu takut jika aku malah menyakitinya" Spider bergerak resah di tempatnya.

"Jangan khawatir, Paman! Aku akan membantumu," ujar Hans.

***

Tiga hari kemudian di perusahaan Folca Hudan

Seorang wanita tua berusia tujuh puluh lima tahun melewati undakan tangga perusahaan Folca Hudan. Rambutnya putih dan mulai menipis. Dia memakai sebuah blus warna pink cerah dan juga topi pantai penuh gaya.

"Kemana Evan? Kemana anak nakal itu?" teriak wanita tua itu.

Para karyawan di perusahaan itu pun kalang kabut saat menangani wanita tua itu. Beberapa menunduk dengan buru-buru saat melihatnya. Dan beberapa kabur karena takut.

Wanita tua itu adalah neneknya Evan. Dia sering disebut sebagai Nyonya Besar Hudan, karena dialah orang tertua yang masih hidup pada silsilah keluarga Hudan. Nyonya Besar itu juga yang memaksa Evan untuk melangsungkan sebuah perjodohan.

"Mana dia? Aku mau bertemu dengannya!" Wanita itu memiliki gaya eksentrik dan trendi. Pada masa mudanya dia adalah kaum sosialita dengan gaya paling keren di antara teman-temannya yang lain. Nyoya Besar pun menaiki lift demi menuju ke kantor milik Evan.

Sementara itu di dalam kantornya sendiri Evan merasa lelah dan mengantuk. Pasalnya tiga hari berturut-turut dia selalu memimpikan Luci. Evan berusaha keras untuk tidak memimpikan gadis itu, tapi selalu gagal.

Parahnya adalah Evan memimpikan sedang bercinta dengan Luci. Itu sangat memalukan bukan? Apalagi Evan sudah memutuskan untuk berhenti memiliki satu pun hubungan dengan kaum perempuan.

"Kau sudah mendapat joki?" tanya Evan pada Tuan John. Kantung matanya sangat hitam dan wajahnya sangat pucat, karena terlalu lama begadang.

"Semua joki sudah saya serahkan datanya kepada Anda, Tuan." Tuan John melapor dari mejanya.

"Cari yang lain! Mereka ingin memanfaatkanku. Aku bisa melihat dari mata mereka yang haus itu. Cari seperti dia, cari seperti gadis itu!" erang Evan. Gadis yang dimaksud Evan tadi adalah Luci .

Matanya pun sayup dan mulai menutup. Dan saat satu detik saja Evan tertidur maka dia akan terbangun dengan gelagapan. Setiap kali dia tertidur maka wajah Luci yang terlihat di dalam mimpinya. Oleh karena itu Evan berusaha keras untuk tidak tertidur. Tapi jelas itu menyiksanya.

Tiba-tiba pintu didobrak terbuka dengan disusul oleh Nyonya Besar Hudan yang datang dengan mencak-mencak.

"Evan, anak tidak tau diuntung!" Nyonya Besar melemparkan sebelah sandal miliknya ke arah Evan. Dan sandal dari kayu itu sukses mengenai kepala CEO itu. Sebagai informasi Nyonya Besar sengaja mengenakan sandal dari kayu agar dia bisa melemparkan sandal itu kepada cucunya sendiri.

"Kenapa kau bersembunyi di sini? Kita ada pertemuan dengan keluarga Edward malam ini. Tapi kau masih belum datang ke ibu kota!" Sekarang Nyonya Besar melepas sebelah sandalnya yang lain untuk dia lemparkan kepada cucunya itu.

Tapi Evan sudah buru-buru bersembunyi di bawah kolong mejanya. Hal itu semakin membuat Nyonya Besar Hudan semakin murka.

"Kau pikir kau bisa bersembunyi hah, Anak Nakal?" Nyonya Besar pun melesat dengan cepat untuk pergi menuju ke meja milik Evan.

Nyonya Besar Hudan adalah seorang wanita yang energik dan sehat. Jadi walau umurnya sudah tujuh puluhan tahun dia masih bisa berjalan cepat dan berlari-lari.

BUGH! BUGH! BUGH!

"Rasakan kau! Rasakan kau, Anak Nakal. Kapan kau menjadi anak penurut? Kerjaanmu membuatku pusing saja!" Nyonya Besar pun memukuli Evan berulang kali.

"Argh! Ampun, Nek, ampun!" ringis Evan yang masih bersembunyi di bawah kolong mejanya.

"Tidak ada ampun bagimu! Cepat menikah atau kau akan kubunuh! Rasakan kau!" Nyonya Besar belum berhenti memukul Evan,

"John, tolong aku! Tolong!" teriak Evan. Tapi John tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau pikir siapa yang bisa menolongmu dariku, Anak Bandel? Kau harus mempertanggung jawabkan kenakalanmu!" Nyonya Besar hampir memukul lagi, sampai akhirnya Tuan John menyeletuk karena tidak tega melihat Evan dipukuli dalam keadaan lemah begitu.

"Tuan Evan sudah memiliki kekasih, Nyonya Besar. Tolong berhenti memukul Tuan!" Tuan John membungkuk dengan patuh.

Sandal kayu yang terayun di tangan Nyonya Besar pun berhenti. Wanita itu kini menatap tajam pada Tuan John.

"Apa kau tidak sedang menipuku sekarang?" bengis Nyonya Besar.

***

Next chapter