1 Kerja keras Diana

"Ana..! "teriak Andin. Diana pun menoleh.

" Iya ndin? "

"Kamu kok ninggal aku sih... "

"Maaf, aku takut telat... "

"Ya sudah ayo habis ini ujian kita dimulai" ajak Nina menggandeng tangan Diana. Sesampainya di sekolah Diana dan Nina mengerjakan ujian dengan nilai sempurna.

Halo aku Diana, Masih SMA Hampir lulus. Cita citaku adalah menjadi wanita karier dan aku sudah belajar dengan giat. aku masih belum bisa melupakan teman lamaku, Fahri. Dia baik, selalu membantuku belajar saat Sekolah Dasar. tapi dia pindah ke Australia, aku menganggap dia seperti kakakku karena umur kami hanya beda satu tahun. Walaupun aku terlahir dalam keluarga miskin, Fahri tetap ingin berteman denganku tidak seperti yang lain, kecuali Andin. Andin dan Fahri adalah sahabatku dari kecil.

"Diana...! "

"Eh apa? " tanya Diana

"Mikirin Fahri ya...? " goda Andin.

"Enggak kok"

"Gak usah bohong Ana kuu"Diana hanya tertawa kecil mendengar ucapan Andin.

"Aku tau kamu itu sedih kalo gak ada Fahri, tapi cobalah untuk bahagia tanpa Fahri... kan masih ada aku? " ucap Andin. Diana hanya memukul ringan Lengan Andin.

"Aku harap kita lulus ndin"

"Pasti lulus lah Na"

"Aku harap uang ku cukup buat saku bulan ini" ucap Diana. Andin yang ada di sebelahnya melotot melihat uang 30.000.

"Ya ampun Naaa.... Uang 30.000 mana cukup buat sebulan? ini aku tambahin buat kamu.... jaga baik baik" ucap Andin mengeluarkan uang 100.000 dari saku roknya.

"Makasih ndin... kapan kapan aku bantu kamu deh kalo ada tugas yang sulit" ucap Diana. Andin menggeleng pada Diana.

"na, kamu itu udah usaha banyak loh buat keluargamu yang brengsek itu. Kamu harus kuat dengan hatimu, kalo ayahmu usir kamu lagi, kamu ke rumah aku aja ya?"

"Andin,Walaupun Keluargaku berbuat buruk padaku. mereka sudah mendampingi aku dari kecil ndin... " ucap Diana.

"Iya betul juga sih... " Saat di gerbang sekolah, Diana menuju toko kecilnya, Andin sudah mengerti jika Diana berjualan kecil kecilan untuk mencukupi kebutuhan orang tuanya meskipun mereka tidak menyukai Diana.

"Na... "

"Iya ndin? " tanya Diana menoleh ke belakang.

"Aku boleh bantu? " tanya Andin. Andin merasa bersalah membiarkan temannya berjualan sendirian. Biasanya Andin ada les piano setelah pulang sekolah.

"Les piano kamu? "

"Aku berhenti, lebih baik aku bantu kamu... " Diana kaget dengan ucapan Andin.

"Tapi ndin, bermain piano kan itu cita cita kamu. kamu gak boleh ninggal gitu aja ndin..! " ucap Diana terlihat kesal.

"Diana, selama kedua sahabatmu masih hidup. Aku dan Fahri masih di hati kamu dan mensuport kamu (Author juga di suport ya_-) , Aku mau mewujudkan cita citamu.... yaitu menjadi wanita yang sukses betul? jadi ayo kita berjualan. Walaupun aku kaya seperti Fahri. Aku dan Fahri masih menghargai kamu dan menyayangi kamu dan itu dimanapun kamu, yaaa walaupun di kodok itu gak ada disini" canda Andin. Diana tersenyum dan memeluk sahabatnya.

"Aku seneng kamu disini ndin" ucap Diana.

"Ayo kita jualan, aku udah lama gak jualan kecil kecilan, mamaku selalu mengurung ku dengan bodyguard kek atau pembantu kek. rasanya aku gak bisa keluar gitu loh" curhat Andin.

"Syukuri saja kamu masih memiliki ibu. kelak, kalau ibu sudah gak ada, baru kita akan sadar dan rela menukar apapun untuk mengembalikan dia" ucap Diana. Andin termenung memikirkan ucapan Diana.

"Diana, ucapan kamu itu seperti malaikat, aku seneng kamu bisa jadi temenku" ucap Andin. Diana hanya tersenyum memandangi Andin lalu membuka pintu tokonya. Ruangannya tidak terlalu besar karena toko ini dibangun sendiri oleh Diana.

"Ya ampun Na..! " Diana Kaget dengan teriakan Andin.

"Kenapa ndin? " tanya Diana.

"Ruangan sekecil ini mau jualan apa? " tanya Andin. Diana hanya diam tak menanggapi ucapan Andin.

"Aku hanya bisa buat toko sekecil ini ndin, yang penting ada usaha kan? " ucap Diana. Andin merasa kasihan dengan Diana yang harus berjualan setelah sekolah.

"Diana, kamu jual apa sih? " tanya Andin.

"Koran bekas, terus kue kue kecil yang aku buat, terus aku perbaiki beberapa handphone lama dan akhirnya masih hidup" ucap Diana. Andin langsung melotot pada Diana.

"Diana, kamu gak boleh jualan kayak gini. kamu itu sahabatku. kamu harus usaha tapi bukan usaha kayak gini" ucap Andin. Diana hanya tersenyum kecil.

"Andin, ini usahaku sendiri. Ini adalah hasil keringatku sendiri, aku sudah berusaha semampuku dan jadilah toko mungil ini. walaupun tidak sebesar toko pada umumnya, lebih baik seperti ini dari pada tidak jualan benar kan? "

"Tapi ini gak pantes buat kamu Ana... aku akan belikan kamu toko yang lebih besar agar kamu bisa leluasa jualan ya? please aku mau bantu. anggap aja ini toko kita berdua" ucap Andin dengan memohon pada Diana. Diana hanya tersenyum kecil lalu mengangguk. Andin langsung tersenyum bahagia mendapat kepastian dari temannya.

"Kita sepakat ya? Toko kita bersama? "

"Iya ndin"

beberapa hari kemudian toko Andin dan Diana sudah jadi, mereka tinggal mencari beberapa barang yang akan di jual.

"Ndin, Kita jual kue yuk. aku jago bikin kue" ucap Diana. Andin hanya mengangguk lalu membantu Diana dalam menjalankan usahanya.

***********

BERSAMBUNG.....

avataravatar
Next chapter