24 Sebuah alasan

Dengan mata seseorang bisa melihat, bisa menilai dan bisa menyimpulkan. Tetapi menggunakan mata saja tidak cukup untuk mendapatkan kesimpulan yang akurat.

Kita melihat orang banyak duit, suka poya-poya, pergi hang out, dan suka nongkrong di cafe . Kita pikir dia adalah orang yang bahagia dengan hidupnya, tetapi itu belum tentu terjadi, karena rasa bahagia datang dari hati, bukan dari materi.

Sama halnya seperti Varo, anak konglomerat, harta melilit, properti membukit,  ATM tanpa limit, isi dompet tebal abis. Apa lagi coba kurangnya?!

Siapapun yang menilai pasti percaya kalau dia hidup bahagia. Tapi kenyataannya, harta bukanlah patokan kebahagian, semua materi yang ia dapat dari ayahnya tidak perna membuat ia bahagia, harta bahkan menjadi alasan untuk ia bisa menghindar dan memilih jauh dari kehidupan orang tuanya.

Lihatlah ketika ayahnya memiliki banyak apartemen, maka ia menjadikan salah satu apartemen untuknya sebagai rumah, sedangkan rumah yang sekarang ditinggali keluarganya tak ia anggap sebagai rumah untuk pulang sebagai tempat istirahat dan berteduh.

Tapi sejauh ini Varo dapat belajar realita kehidupan. Bahwa di atas yang kaya masih ada yang lebih kaya, di atas yang bahagia masih ada yang lebih bahagia, dan dibawah yang miskin masi ada yang lebih biskin, di bawah yang buruk masih ada yang lebih buruk dan di bawah situasi yang menyedihkan masi ada yang lebih menyedihkan.

Varo memahami hal itu setelah Riky menceritakan semua masalahnya pada Varo. Awalnya Riky juga ragu dan tak mau menceritakan masalah keluarganya pada Varo, tetapi karna Varo sudah terlibat dalam masalahnya maka Varo harus di kasih tau, agar bisa waspada dan antisipasi jikalau dikemudian hari ada orang yang meneror hidupnya. Sama seperti orang lain yang pernah membantu Riky. Ayahnya beserta suruhannya mengincar orang lain yang menjadi pelindung Riky, mereka menganggap bahwa orang itu adalah yang mempengaruhi Riky agar tak mau kembali ke rumah padahal anggapan itu adalah kesalahan besar.

Di kamarnya sekarang Varo termenung mengingat cerita Riky tadi siang. Tentang siapa sebenarnya dirinya, dan apa yang membuatnya mengambil langkah sejauh ini. Ayah yang seharusnya menjadi publik figur, malah menjadi orang yang ingin menyesatkan anak nya, membawa ke dunia yang gelap penuh dengan tipu daya, hanya untuk memperoleh nikmat dunia yang tak berkecukupan.

Flashback

"Gue buat identitas palsu!" Sebenarnya Varo terkejut dengan penuturan Riky, tapi ia dan ketiga temannya juga, sudah perna mencurigai itu, walaupun Varo rasa waktu itu tidak mungkin.

Riky mengeluarkan dompetnya, dan mengambil beberapa kartu pengenal didalamnya.

Tiga Kartu Tanda Penduduk, dengan nama yang berbeda.

"Ini semua punya loh?" tanya Varo. Riky menganggukkan kepalanya.

"Jadi Identitas yang sesungguhnya yang mana?" Varo tidak tau identitas mana yang sebenarnya milik Riky, karna ketiga KTP itu memiliki identitas yang berbeda, tak ada yang sama.

"Yang Ini," Riky menunjukkan KTP yang ada di tangan kiri Varo.

Varo membaca nama pemiliknya. "Roky Tairus." mata Varo membulat sempurna. "Tairus? Lo anaknya Adnan Tairus?" Dan lagi Riky menganggukkan kepalanya.

Keluarga Tairus adalah keluarga kelas atas, konglomerat yang sangat kaya raya, bisa di katakan selevel dengan kekayaan keluarga Pramugraha. Tairus dan Pramugraha adalah dua perusahaan besar yang sangat berpengaruh besar di Negeri ini, dua perusahaan besar yang memiliki persaingan ketat di dunia bisnis. Hampir semua orang mengenal dua perusahaan ternama ini, dan yang membuat Varo semakin kaget ternyata anak Tairus yang dikatakan sekolah di luar Negeri dan tak di singgung di dunia maya maupun dunia nyata adalah Riky sendiri.

Tidak sampai di situ, keterkejutan Varo semakin menjadi, dikalah ia membaca tanggal lahir Riky.

"What the hell, i-ini serius tanggal lahir lo?" Pertanyaan itu langsung di benarkan oleh Riky.

"15 Mey 1997 dan itu artinya gue lebih tua dua bulan dari lo." Pantas saja Riky tak ada sopan-sopannya pada Varo, ternyata umur mereka sama.

"Gila, sumpah ngak masuk akal banget." Varo menyenderkan kepalanya di punggung sofa. "Gimana bisa, lo nge-palsuin semua identitas lo?" Karena menurut Varo semua itu tidak masuk akal, atau tepatnya tidak mungkin terjadi. Satu orang memiliki tiga identitas yang berbeda. Gimana coba buatnya?

"Zaman sekarang siapa yang pintar dia juara, siapa yang licik dia dapat segalanya dengan segala cara, dan siapa yang cerdik dialah penguasa!"

Varo kurang ngeh dengan maksud Riky yang teramat dalam, sastranya udah tinggi jadi bahasanya mungkin sedikit berbeda. "Jadi hubungannya sama lo gimana?" tanya Varo yang gagal paham.

Riky tertawa renyah. "Gue capek jadi diri gue sendiri, gue pengen hidup bebas tanpa bayang-bayang bokap gue!" Matanya menatap lurus ke depan, sorot mata yang berubah menjadi duka.

"Memalsukan identitas adalah cara gue, mengubah hidup gue."

"Tapi gimana caranya lo buat identitas baru seperti ini?" Tunjuk Varo pada 3 kartu identitas itu.

Riky menghembuskan napas, "gue buat itu semua dengan cara mencuri."

Mata Varo membulat sempurna, ia sangat terkejut. "Maksud lo?"

"Gue nge hack akun dari salah seorang pihak dari anggota capil, dan buat KTP baru dengan mengedit data gue di situ." Wah Varo tidak tau seperti apa kecerdasan otak lelaki ini. Bagaimana cara dia masuk ke akun orang, terlebih akun yang ia masuki bukan lah sembarangan akun, yang boleh di otakatik. Karena data disana adalah privasi Negara. Sungguh lancang tangannya.

"Tapi kenapa lo bisa segitu handal dalang melacak akun orang, terlebih itu bukan sembarang akun?"

"Kenapa tidak bisa, gue udah belajar nge hack dari kecil, jadi maklum sekarang gue bisa lacak akun dan masuk di akun orang lain, tanpa sepengetahuan orang lain, dan tanpa jejak sejalipun." Luar biasa. Jenius itulah menurut Varo.

"Ya, tapikan itu bahaya kalau sempat di ketahui pihak mereka. Lo bisa masuk penjara gila."

Riky tertawa, "makanya jangan sampai ketahuan."

"Kalau ketahuan giman?" Varo malah panik sendiri.

"Cie perhatian nih yeee," goda Riky, yang membuat Varo bergidik ngeri.

"Gue serius oon. Kalau ketahuan lo bisa mendekap di penjara."

"Kalau begitu, berarti seharusnya gue udah masuk penjara jauh-jauh hari. Buktinya sampai sekarang gue masih bebas tuh." Santai, itulah menurut Varo. Kenapa Riky bisa sesantai ini, padahal dia sudah melakukan penipuan identitas, Varo perna melihat kejadian seperti ini di sebuah film internasional yang diperankan oleh orang-orang berbakat. Tetapi tak usah jauh-jauh orang jenius seperti itu ternyata ada di Indonesia dan bahkan ada di hadapannya sendiri. Luar biasa.

Varo bertepuk tangan layaknya seorang Ayah yang bangga dengan pencapaian anaknya. "Lo beber-bener gila dan hebat." Riky memutar bola mata jengah, gimana coba bentukan manusia gila tapi hebat. Varo memang ada-ada saja.

"Tapi ya, emangnya kalau lo ketemu sama bokap lo, lo bakalan diapain sih? Kenapa sampai-sampai lo buat identitas baru untuk ngehindar dari dia?" Entah terlalu lancang bertanya seperti itu Varo tak tau, yang ia tau cuman satu dia terlanjur penasaran jadi harus tau.

"Kalau bokap gue, tau keberadaan gue, gue akan di pindahin ke Amrik dan ngelanjutin bisnis dia! Dan lo tau apa bisnisnya?" tanya Riky pada Varo, yang dijawab gelengan oleh Varo.

"Bisnis kotor, perusahaan gelap di dunia hiburan malam." Dan tanpa harus menjelaskan lebih detail lagi, Varo sudah tau bisnis apa yang di maksud Riky.

avataravatar
Next chapter