1 Prolog

Di malam yang sepi. Dimana hanya terdengar suara berisik jangkrik serta hewan-hewan nokturnal lainnya. Seorang gadis tengah menyeret tubuhnya yang penuh darah. Kedua kakinya patah sehingga tidak ada daya untuk berdiri. Mengalir darah dari setiap bagian tubuhnya.

Sekujur tubuhnya terluka berat akibat jatuh dari ketinggian puluhan meter. Beberapa menit lalu.

"Tolong.., si.. siapa pun, tolong aku," ucapnya penuh rintihan sakit.

Tak berselang lama. Ia berhenti bergerak. Tenaganya perlahan mulai habis. Sudah tak sanggup lagi ia untuk menggerakkan tubuhnya. Dengan bersimbah darah, ia terbaring lemas di tanah tempat tiada orang yang berlalu-lalang. Percuma baginya untuk mencari pertolongan. Karena takkan ada satupun orang yang mendengar suaranya.

"Mengapa ini terjadi padaku? apa sebenarnya tujuan aku dilahirkan?" batinnya diambang rasa sakit yang luar biasa.

Ia tak lagi bisa merasakan atau pun menggerakkan anggota tubuhnya. Dibenaknya, ia terus menanyakan mengapa dunia begitu kejam terhadap dirinya.

"Mengapa mereka semua membenci aku? apa sebenarnya salah ku? bahkan ibu tidak menginginkan ku."

Gadis ini meratapi nasibnya sendiri. Semua ini terjadi sangat cepat. Ia sendiri tidak menduga dirinya akan berakhir tragis seperti ini. Darah yang keluar dari tubuhnya semakin banyak. Pandangannya memburam serta kesadarannya pun semakin menurun.

Ia sudah berada diambang nafasnya. Telah putus semangat untuk melawan hidup kelam yang ia jalani. Tak ada lagi alasan bagi dirinya untuk tetap berada di dunia kejam ini.

"Jadi begini kah akhir hidupku? ini akhir yang pantas untuk orang menyedihkan seperti ku. Aku sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup seperti ini," ucapnya dalam batin. ia perlahan menggenggam erat liontin yang ia kalung kan.

Air matanya mulai berlinang membasahi pipi. Ia memaksakan wajahnya yang kesakitan untuk tersenyum, meski ini adalah senyuman pertama sekaligus yang terakhir baginya.

"Maafkan aku, kak. Aku tidak dapat menunjukkan senyuman ini kepada mu. Aku yakin sekali, kau akan baik-baik saja tanpa diriku. Lagi pula, takkan ada yang peduli jika aku tiada. Takkan ada yang menangisi kepergian orang menyedihkan seperti aku. Semua akan baik-baik saja, seolah tak terjadi apa-apa."

Perkataan ini ia tujukan kepada satu-satunya orang yang peduli kepadanya. Seseorang yang ia panggil "Kakak". Orang yang telah memberikan liontin yang kini ia genggam. Kini orang itu tidak dapat berada disisinya disaat-saat terakhirnya.

"Maafkan aku yang sudah menyerah kepada dunia yang kejam ini."

*srrrek!

Disaat ia hendak mengucapkan kata-kata terakhirnya, tiba-tiba terdengar suara dari balik semak belukar. Seketika, suara itu mencuri perhatiannya. Semak itu bergerak amat keras seolah ada sesuatu dibaliknya. Dari balik semak itu, muncul sosok makhluk tak dikenal. Makhluk itu melayang dan memiliki dua tanduk di kepala.

Matanya merah menyala. Nampak makhluk itu tersenyum ke arah gadis yang tengah bersimbah darah. Makhluk tak dikenal itupun mendekati tubuh Si gadis yang hampir mati tanpa menapakkan kakinya di tanah.

"Siapa itu?"

Si gadis yang tengah sekarat itu, mendapati ada sosok yang mendekati dirinya. Pandangan matanya yang sudah buram tak dapat melihat jelas sosok itu.

"Apa itu kau, kakak?"

Bersambung.....

avataravatar
Next chapter