webnovel

DIARIES OF HOROR

Kita sebagai makhluk hidup adalah makhluk sosial. Saling membutuhkan dan saling melengkapi. Akan tetapi kita tidak hidup sendirian. Bukan berarti hewan dan tumbuhan bukan termasuk makhluk hidup. Ya, mereka tergolong makhluk hidup juga yang hidup di Bumi. Tetapi, di sini yang di maksudkan bukanlah mereka. Kita hidup berdampingan juga dengan yang tidak kasat mata. Ya, kita mengenalnya dengan bermacam nama. Hantu, Setan, Jin dan lainnya. Setiap wilayah memiliki nama yang berbeda untuk mereka yang tidak kasat mata. Misalnya saja Kuyang. Kuyang adalah hantu kepala yang terbang dengan organ dalam tubuhnya. Sebutan Kuyang ini berasal dari Kalimantan. Berbeda dengan di Bali, di Bali Kuyang disebut dengan nama Leak. Buku ini berisikan cerita-cerita horor yang akan menemani hari-hari kalian menjadi lebih... berwarna.

TRIS_WISNOF · Fantasy
Not enough ratings
296 Chs

Chapter 18# RUMAH JEJER TIGA

Malam itu saat Sonia melewati rumah tetangganya, lagi-lagi Sonia bertemu wanita tua itu, "nduk mrene" (nak kesini) wanita tua itu melambaikan tangannya di dekat pohon sawo sembari menahan tubuhnya yang bungkuk, Sonia awalnya ingin melewatinya saja, tapi cara wanita tua itu-

melihat membuat Sonia merinding sehingga tanpa sadar Sonia akhirnya menuruti perkataan wanita tua itu,

"khodam'e cah iku asline jahat nduk, nek ambek awakmu paling mek usil tok, mampiro nang kamare kancamu, deloken dewe trus mene putusno yo opo enake, po mok umbarno?"

wanita tua itu tertawa lalu berjalan masuk ke dalam rumah, ia melihat Sonia menyeringai sembari mengangguk, tiba-tiba Sonia merasa firasat yang buruk.

Sonia sudah berdiri di pintu kamarnya berniat masuk setelah mencuci kaki saat dia melihat kamar Siska di mana lampu kamarnya masih menyala, Sonia pun mendekati kamar Siska, tapi tiba-tiba dari kamar Silvia gorden jendelanya terbuka di mana wajah Silvia muncul melotot melihat Sonia

begitu pintu kamar Siska dibuka, Sonia melihat temannya meringkuk di sudut dipan, Sonia mendekati bertanya apa yang terjadi tapi Siska lalu mendorong-dorong tubuh Sonia saat dia menyentuhnya, siska terus berkata , "ampun Lin, ampun" teriak Siska terus menerus,

saat itu Sonia baru menyadari ada yang tidak beres, saat itu juga Sonia menggedor pintu kamar Silvia, perempuan itu melangkah keluar dengan ekspresi bingung, Sonia menarik tangan Silvia membawanya masuk kedalam kamar Siska saat itu Sonia menceritakan apa yang terjadi,

Silvia bersumpah dirinya tidak pernah menggedor pintu Siska, ia memang terlibat masalah berdua tapi Silvia mengaku dirinya tidak merasa dendam sedikitpun, Sonia akhirnya mengatakan bahwa dirinya tahu bila dia memiliki sesuatu dari pendahulunya saat itulah Silvia mengaku,

"memang ada, tapi dia gak sampai mencelakai, aku sendiri bersumpah apa pernah dia sampai bikin kamu sakit?"

Sonia lalu menggeleng,

"aku kalau bisa buang pasti ku buang tapi gak bisa, bapakku sendiri yang bilang gak usah di buang karena ini bawaan lahir"

malam itu Sonia dan Silvia akhirnya tinggal di kamar Siska, menjaganya sampai Sonia ingat dengan pesan tetangga, wanita tua itu bisa membantu dirinya.

keesokan pagi Sonia bertamu di rumah wanita tua itu.

seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu, ia melihat Sonia menyelidik, "siapa?"

Sonia memperkenalkan diri serta niatnya bertamu ke rumah ini awalnya wanita itu merasa curiga karena tiba-tiba ada orang yang ingin bertemu ibunya yang sedang terbaring sakit namun karena niatnya

baik, sehingga wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama mbak Nanik itu akhirnya mau mengantar Sonia bertemu dengan iBu lastri, satu-satunya wanita tua yang ada di dalam rumah ini.

Sonia kaget bukan main melihat wanita tua itu terbaring diatas dipan dengan tubuh kurus kering, Sonia tak memperhatikan tubuhnya karena waktu itu ditutupi oleh kain sewek, saat melihat Sonia wanita itu tiba-tiba bereaksi, "mrinio nduk" (kesini nak)

mbak Nanik lalu melangkah pergi menuju ke dapur, saat hanya berdua dengan Sonia di dalam kamar tiba-tiba Bu lastri meminta Sonia menutup pintu lalu menguncinya, meski ini terdengar aneh namun Sonia melakukannya.

satelah mengunci pintu, Sonia berbalik tapi tiba-tiba ia dikejutkan dengan iBu lastri yang sudah berdiri mencengkram wajah Sonia, "menengo" (diam) Sonia tiba-tiba merasa takut, ia begitu terkejut wanita tua ini melakukan hal ini, iBu lastri lalu menutup jendela kamar.

"ojok sampe khodam'e cah iku krungu nduk" kata Bu lastri berbisik, "awakmu mrene jalok tolong to"

Sonia mengangguk,

"ngene carane, malam jumat nang pinggire jeding kamarmu onok tekel nomer siji, iku bongkaren gok jerone onok botol isi kertas, jupuken kertase trus bukaken-"

"wocoen sing banter, koen gak bakalan di jarak maneh ambek khodam iku, omah iku bakalan aman tentram"

(begini caranya, malam jumat nanti di sebelah kamar mandi ada keramik nomer satu, bongkar isinya di dalamnya ada sebuah botol berisi kertas, ambil lalu buka dan baca yang keras)

(kamu dan temanmu tidak akan lagi di ganggu oleh khodam anak itu, rumah itu akan menjadi aman tentram)

Bu lastri menyeringai, sebelum kembali ke atas dipan, tiba-tiba mbak Nanik mengetuk pintu membuat Sonia terlonjak terkejut di buatnya, Sonia pun segera membuka pintu.

mbak Nanik terlihat murka untuk apa Sonia mengunci pintu di tambah jendela juga sehingga kamar ini kekurangan cahaya, namun Sonia berdalih bila Bu lastri yang menyuruh dirinya bahkan dia sempat berdiri disini dengan dirinya, mbak Nanik melihat Sonia dengan wajah curiga,

"mana mungkin, ibu sudah gak bisa jalan setahun ini"

Sonia yang mendengar hal itu mengatakan bila dirinya pulang bekerja shift malam dia sering melihat Bu lastri berkeliaran namun mbak Nanik justru berkata bila Sonia berbohong, Sonia pun pergi dengan perasaan bingung.

sudah dua hari Siska mengajukan surat cuti, dia memilih pulang seperti saran yang di berikan Sonia tempo hari, Dika dan Silvia berpamitan karena malam jumat ini mereka mendapat giliran shift malam, setelah mereka pergi, Sonia meraih linggis yang dia sembunyikan pagi ini,

mencari letak di mana Bu lastri memberitahunya, ia pernah mendengar mungkin saja ini adalah akar masalahnya karena bangunan ini memang terasa janggal dengan mengikuti perkataan iBu lastri mungkin Sonia bisa membuat tempat ini menjadi lebih baik setidaknya itu yang ia pikirkan.

Sonia mulai membongkar di tempat yang dia pikir benda itu disembunyikan, berbekal linggis ia mulai menghantamkannya mencungkil sedikit demi sedikit, sampai dia menemukan setatah rajut dari kain dimana didalamnya terdapat sebuah botol berisikan kertas yang di lipat dengan seikat tali

ada sesuatu yang Sonia rasakan saat menyentuh botol itu, ia tak mengerti tiba-tiba suasana rumah ini terasa lebih sunyi, lebih dingin dari biasanya, Sonia membuka botol meraih kertas yang di lipat, perlahan-lahan ia menarik seutas tali yang melingkari kertas yang tak terlalu besar.

kertas itu terlihat tua berwarna kekuningan, di dalam kertas tersebut, Sonia menemukan tulisan tangan berbahasa Arab, rupanya itu adalah Isim,

ia pernah mendengar tentang Isim dan Rajah, itu seperti surat yang menggunakan bahasa arab yang biasa di gunakan untuk jimat lama,

Sonia tak berani membaca kertas itu, ia tahu ada yang salah dengan ini saat dari belakang ia merasa sesuatu mengawasi dirinya, Sonia melihat ruang tengah yang kosong seakan-akan dirinya mendengar langkah kaki namun tak ada siapapun sebelum sesuatu melintas dengan cepat, lenyap

dari dalam kamar Sonia terdengar rintihan suara wanita yang sedang menangis, begitu pilu hingga tanpa sadar Sonia melangkah perlahan-lahan mendekati kamarnya, ia tahu ada sesuatu didalam sana, siapa?

Bersambung