webnovel

DIARIES OF HOROR

Kita sebagai makhluk hidup adalah makhluk sosial. Saling membutuhkan dan saling melengkapi. Akan tetapi kita tidak hidup sendirian. Bukan berarti hewan dan tumbuhan bukan termasuk makhluk hidup. Ya, mereka tergolong makhluk hidup juga yang hidup di Bumi. Tetapi, di sini yang di maksudkan bukanlah mereka. Kita hidup berdampingan juga dengan yang tidak kasat mata. Ya, kita mengenalnya dengan bermacam nama. Hantu, Setan, Jin dan lainnya. Setiap wilayah memiliki nama yang berbeda untuk mereka yang tidak kasat mata. Misalnya saja Kuyang. Kuyang adalah hantu kepala yang terbang dengan organ dalam tubuhnya. Sebutan Kuyang ini berasal dari Kalimantan. Berbeda dengan di Bali, di Bali Kuyang disebut dengan nama Leak. Buku ini berisikan cerita-cerita horor yang akan menemani hari-hari kalian menjadi lebih... berwarna.

TRIS_WISNOF · Fantasy
Not enough ratings
296 Chs

Chapter 14# Pertama Melihat Pocong! (tamat)

Mulai membicarakan si pocong

Entah ada hasutan darimana, Iskandar tiba-tiba membicarakan sosok pocong. Dia bercerita bahwa didaerah asalnya Jogja, sosok pocong itu menjadi momok yang cukup eksis menampakkan diri dikampungnya. Aku yang sama sekali belum pernah menyaksikan live show pocongpun jadi takut-takut penasaran mendengarnya. Dengan gagah berani, aku mengajukan pertanyaan seputar sosok pocong the terror ini pada Iskandar.

"Kamu pernah dikasih lihat penampakan tuh pocong Is?", tanyaku sambil menyeruput teh poci panas dicangkir tanah liat.

"Belum sih. Rab, jangan sampe deh ketemu sama tuh pocong. Meski pocong ini termasuk hantu ceria, tapi sosoknya menyeramkan lho?"

"Maksudnya ceria yang bagaimana Is? Ketawa kayak kuntilanak dalam filem gitu yah?", tanyaku sok polos, padahal emang lugu.

"Ya kata orang-orang sih pocong itu jalannya loncat-loncat, kalo anak kecil lagi seneng khan suka loncat-loncat Rab, wakakakak…", saat tertawa beberapa gigi Iskandar nampak memancarkan cahaya warna-warni.

"Jangan ngetawain Is, ntar dikasih liat beneran pingsan lu!"

"Udah jam setengah satu nih, pulang yuk? Kasihan si Ario sendirian dirumah", sambung Iskandar mengalihkan isyu.

Selesai membayar teh poci dan sedikit colak-colek ke pelayan warung lesehan yang lumayan bohay, kami berdua bergegas pulang ke rumah kost dengan mengendarai taxi, walau jelas ongkosnya patungan, yang penting kelihatan naik taxiiii aja… *jangan ngeledek yak?*

Jam satu lebih kami sampe didaerah Tlogosari, berhubung kami lapar, kami sengaja turun di depan mini market Sarinah ditengah perumahan. Di sepanjang jalan banyak bertebaran penjual sego kucing (nasi kucing, jajanan khas dari Sragen diatas gerobak). Sekaligus membawakan oleh-oleh jajanan buat si Ario. *sok baik*

Jarak antara rumah kost yang kami tinggali dengan pusat keramaian di Tlogosari sekitar 500 meter tapi gak persegi. Dalam perjalanan menuju rumah kost, aku dan Iskandar tidak banyak bicara, mungkin dalam benak Iskandar juga sama denganku, masih teringat cerita pocong. Apalagi jalanan menuju rumah kost sangat sepi, kami harus melewati sebuah kebon kosong dengan semak belukar yang rimbun, belum lagi deretan rumah berlantai dua yang belum jadi, plus cuaca dingin setelah seharian gerimis melanda daerah itu.

Intro dulu ya gan…

Jrenggg…, jrenggg… (Diiringi soundtrack film The Godfather yang mendayu-dayu, menambah ketegangan isi celana).

Saat berjalan dengan langkah gontai, tiba-tiba Iskandar berbisik mesra ditelinganku, "Rab, elu merinding gak? Rasan-rasan kayak ada yang mengikuti kita deh dibelakang?"

Aku yang tadinya asyik merokok, jadi terhenyak mendengarnya. Dengan reflek secepat larinya si Flash, ku toleh ke belakang, dan….., kosoooong, sepi…, gelap gulita!

"Ah elu Is, nggak ada siapa-siapa kok. Bikin parno aja lu", dampratku kesal dengan bibir gemetaran sampe-sampe tanpa sadar aku membaca ayat kursii.

Kira-kira 100-an meter mendekati rumah kost, mataku yang bening dan indah tanpa sengaja menatap lurus ke arah teras rumah kosong tepat disamping rumah tempat kami nge-kost. Samar-samar aku melihat sosok berwarna putih seperti tengah duduk bersedekap diatas pagar kecil teras rumah kosong tersebut. Ku usap mataku berulang kali, namun sosok tersebut masih saja nampak dan terlihat makin jelas, dengan posisi membelakangi jalan.

Lututku bergetar, kakiku seperti dipantek ke tanah. Aku menghentikan langkahku ketika jarak kami sudah sekitar 50 meter, sambil menunjuk sosok putih tersebut, aku berkata dengan suara tergagap…

"Is..Is…, el..eluuu lihat gak tuuhhh…, apaan tuh put..put..putih di teras rumah sebelah rumah kost kitaaa…?", belum selesai aku bicara, Iskandar menyahutiku, "iya Rabbbb…, gua udah lihat dari tadiii…, pocoooooooooooongggg..!!!"

Kami berdua serempak melarikan diri, bukannya balik ke arah kami datang, tapi kami justru berlari menuju rumah kost kami yang otomatis melewati rumah kosong dimana sosok putih yang disinyalir sebagai penampakan pocong itu tenang di tempatnya nongkrong.

Kami menggedor-gedor pintu depan sekuat tenaga sambil berteriak layaknya orang ketakutan dalam film-film horor Indonesia. Aku yang memegang salah satu anak kunci rumah langsung membuka pintu dan kamipun masuk dan segera menuju kamar dilantai atas, tepatnya ke kamar Iskandar. Sesampainya didalam rumah, kami memanggil-manggil Ario, tak ada sahutan. Rupanya si Ario belum pulang dari acara kencan malam mingguannya. Malam itu, kamipun sepakat tidur sekamar. Andai saja si Iskandar itu Sandra Dewi, sudah pasti aku ajak tidur seranjang dan pasti ku lindungi dari rasa takut. Wakakakaka…

Esok paginya, sekitar jam sembilan pagi, ada orang mengetuk-ngetuk pintu depan. Aku yang baru bangun tidur langsung turun ke bawah dan membukakannya, ternyata yang datang si Ario. Aku yang heran bertanya sama Ario;

"Elu tidur nginep dirumah pacar lu ya Yok?"

"Enggak", jawab Ario kalem

"Bukannya elu bawa kunci rumah satunya?"

"Iya, tapi gua gak pulang ke rumah"

"Emang kenapa?", tanyaku menyelidik bak seorang Bareskrim

"Gua semalem ngelihat hantu pocong Rab, dirumah sebelah. Karena parno, gua kabur aja ke kampung seberang jalan, gua ketakutan dan nginep dirumah pak RT"

"Lha, kok bisa sama, semalam gua sama si Iskandar lihat ntu pocong nongkrong diteras rumah sebelah. Emang semalem elu pulang jam berapa Yok?"

"Gua pulang jam 12 malem, saat gua mau masuk rumah, gua mendengar seperti ada benda jatuh keras sekali di rumah sebelah. Karena penasaran, gua cari tuh asal suara tadi, ternyata hantu pocong duduk diteras depan rumah sebelah Rab, ngeri gua..hiiii"

"Terus lu langsung kabur?"

"Iyalah, gua mending ngacir daripada pingsan berdiri, gua langsung kabur ke kampng di sebrang jalan. Gua gedor-gedor rumah pak RT, mungkin kasihan, pak RT nyuruh gua tidur di rumahnya", tambah Ario

Saat kami sedang berbincang cukup tegang itu, tiba-tiba Iskandar datang dari lantai atas dan langsung menghampiri aku dan Ario yang masih berdiri di depan pintu.

"Ada apa Is? Kayak orang dikejar setan lu?", tanya Ario kepada Iskandar

"Elu bangun jam berapa Rab?", tanya Iskandar membingungkanku

"Gua bangun sekitar lima menit yang lalu, itupun karena mendengar pintu depan di ketuk orang, yang ternyata si Ario", jawabku masih bingung. "Kenapa emangnya Is?"

"Lha, yang yang tidur diruang tengah lantai atas itu siapa?", sambung Iskandar dengan wajah pucat pasi

"Si Iwan kali!", jawab Ario

"Si Iwan khan pulang ke Solo Yok, lagian dia nggak megang kunci rumah, cuma gua sama elu?!"

Kami bertigapun saling pandang, lalu kepala kami bertiga serentak mendongak ke lantai atas dan…

"Tidaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkk…!!!" sambil berteriak jangan ganggu kami!! Sambil mendongkak pintu sampai terbuka dan ketika pintu berhasil di terobos kami mulai bersembunyi di balik selimut namun pocong tersebut tetap memerhatikan kami dengan wajah yang sangat menyeramkan selama beberapa jam pocong itu tidak beranjak sedikitpun dari kamar dan terus menatap sampai waktunya pagi adzan subuh berkumandang pocong tersebut menghilang secara tiba-tiba.

(Tamat)