1 Kehancuran

Pagi ini adalah pagi dimana Diandra Bagaskara harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya, bahwa dirinya sudah kehilangan dua orang yang paling ia cintai. Rumah megah yang selama ini menjadi tempat dirinya untuk pulang, kini telah disita oleh perusahaan tempat papanya bekerja.

"Pak?! Apa sebenarnya yang terjadi?" Tanya Diandra pada rekan kerja papanya itu, yang dari tadi berusaha menenangkan dirinya.

"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi, tapi aku harap kau tetap tenang" Ucap Faisal, yang sedari tadi berusaha menenangkan remaja yang berada dihadapannya itu.

"Tenang katamu?! Bagaimana aku bisa tenang, lihat. Mereka semua telah mengusirku dan menyita rumah peninggalan Papa ku, sekarang aku akan kemana?! Baru sehari Papa ku pergi tapi perusahaan kalian tega mengambil ahli seluruhnya. Aku adalah anak satu satunya, dan aku harus tau apa sebenarnya yang terjadi." Ucap Diandra berusaha menahan Isak tangisnya, dirinya begitu marah dengan keadaan sekarang. Ia merasa ini sangat tidak adil.

"Mungkin akukan bisa menjelaskan segalanya" Ucap Ferdinand, pengacara Danendra Bagaskara Papa Diandra.

"Pak, tolong segera jelaskan!" Pinta Diandra lalu menarik lengan Ferdinand duduk di halaman rumah megah itu.

"Jadi begini, aku juga baru saja mendapatkan bukti apa yang sebenarnya terjadi pada keluargamu. Papa mu terbukti korupsi, ia mengambil hampir setengah dari uang perusahaan tempatnya bekerja. Bahkan ia berniat untuk membawa mu dan ibumu pergi keluar negeri untuk menutupi hal yang telah ia perbuat itu" Ucap Ferdinand

"Tidak! itu tidak mungkin. Papa ku tidak mungkin melakukan hal itu" Ucap Diandra dengan suara yang begitu keras. Ia sama sekali tidak terima dengan apa yang dikatan oleh pengacara Keluarganya itu.

"Kau tenang dulu, biarkan dia menjelaskan semuanya" Ucap Faisal. Yang sebenarnya juga tidak percaya dengan apa yang didengarnya ini.

"Sama seperti dirimu, aku juga tidak percaya bahwa papamu melakukan hal itu. Namun, semua bukti mengatakan benar papamu telah melakukan hal itu. Aku juga sudah menyelidiki bukti ini dengan sangat begitu akurat. Namun, aku tetap tidak bisa menemukan pembelaan atas papamu. Akhirnya rumah dan seluruh aset lainnya harus disita. Aku sudah berusaha memperjuangkan semuanya, namun papamu la yang bersalah" Ucap Ferdinand menangkap dalam mata indah milik Diandra. Dia merasa sangat begitu iba dengan gadis 17 tahun yang berada dihadapannya itu.

Diandra menangis tak henti hentinya, ia bingung kini kemana dirinya harus melangkah. Mengapa kejadian berat ini harus menimpa dirinya.

"Dan penyebab kecelakaan Mama dan Papa mu adalah, saat itu mereka baru saja pulang dari sebuah pusat perbelanjaan. Namun, dengan rasa bersalah yang menyelimuti Papamu. Ketika dia bertemu dengan pemilik perusahaan dia menghindar, padahal pemilik perusahaan belum menemukan siapa koruptor yang ada di kantor tempat mereka bekerja. Hal itu membuat pemilik perusahaan mengejarnya dan terjadilah kecelakaan yang menewaskan papa dan mamamu" Ucap Ferdinand, berusaha menjelaskan semuanya.

Baru saja selesai menjelaskan, sebuah mobil berwarna berhenti tepat dibagasi rumah megah itu, hal itu membuat mata tertuju pada mobil sederhana itu. Seorang wanita yang sudah berumur turun dari mobil dan diikuti dengan dua pria yang diyakini adalah anak dan suami dari wanita itu

"Diandra" Panggil wanita itu, Diandra yang sedari tadi terdiam langsung beranjak dan memeluk wanita itu dengan sangat erat.

"Apa sebenarnya yang terjadi?" Tanya pria yang ikut turun dari dalam mobil bersama dengan wanita yang dipeluk Diandra.

"Sebelumnya perkenalkan, aku adalah Ferdinand pengacara keluarga Bagaskara" Ucap Ferdinand sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Riandi Bagaskara, adik dari Danendra" Balas Riandi sambil mengeluarkan tangannya pula.

"Ini adalah istriku Reni Bagaskara, dan putraku Rayan Bagaskara" Ucap Riandi. Sambil menunjuk istri dan anaknya tersebut.

"Senang bertemu dengan kalian, disini aku akan menjelaskan tentang hal yang terjadi pada keluarga Bagaskara ini ..."

"Tidak! Tidak tidak mungkin mas ku melakukan hal segila itu. Kau berbohong" Ucap Riandi. Dirinya tidak sama sekali percaya dengan apa yang dikatakan pengacara keluarga mas nya itu.

"Ini, kau bisa membacanya " Ucap Ferdinand, seraya memberikan map yang berisikan bukti bukti korupsi Danendra.

Riandi segera merampas map itu dari tangan Ferdinan, betapa kagetnya ini ketika melihat kebenaran yang ada didepan matanya itu.

"Paman, lalu bagaimana aku?" Tanya Diandra, sambil melepaskan pelukan dari bibiknya itu. Air matanya berlinang tak kuat menahan tangis.

"Ibumu memiliki sebuah tanah didesa, dan sebelum dia meninggal dia sudah menjualnya. Dan menitipkannya padaku sewaktu waktu kau membutuhkannya, Aku baru tahu bahwa Papa mu memiliki adik maka akan ku titipkan Diandra dan aset yang disisakan Papa Mama mu pada Paman mu ini. Aset ini bisa kalian gunakan hanya untuk keperluan Diandra. Sebagaimana saran dari Almarhumah Mamanya, aku tidak mengeluarkan sekaligus, melainkan jika dibutuhkan oleh Diandra saja." Ucap Ferdinand. Hal itu membulatkan mata Riandi dengan sempurna.

"Sial" Batin Riandi.

"Ya sudah mas, Ayuk kita bawa Dian pulang kerumah kita. Kita sudah sangat telat untuk kepemakaman, hari sudah semakin sore" Ucap Reni, yang kemudian mendapatkan anggukan dari Riandi.

"Lalu, bagaimana jika kami membutuhkan uang itu, ah maksudku Diandra" Tanya Riandi pada Ferdinand

"Diandra memiliki nomor ku pada ponselnya, dia bisa menghubungi ku" Ucap Ferdinand yang kemudian mendapat anggukan dari Riandi.

"Kami permisi dulu" Ucap Reni lalu segera berjalan meninggalkan kedua orang itu, sambil menarik lengan Diandra menuju mobil merah itu.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, semua sibuk dengan fikiran masing masing, Diandra tidak habis fikir mengapa bisa bisanya Papa nya melakukan hal itu. Sementara Riandi kini wajahnya terlihat sangat begitu kesal.

"Pa, bisa kah kita berhenti untuk makan?" Tanya Rayan yang duduk tepat berada disamping papanya itu. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dari sang Papa, Rayan begitu kesal sehingga melihat kearah belakang mengkode ibunya untuk menegur sang papa. Namun, matanya beralih pada gadis cantik yang berada disamping ibunya.

"Cantik" Batin Rayan, Suara klakson mobil membuat Rayan tersadar dari lamunannya. Ia melihat ibunya yang tertidur pulas lalu kembali ke duduknya semula sambil tersenyum tipis.

2 jam dalam perjalanan akhirnya mereka tiba ditempat yang mereka tuju. Rumah yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan rumah milik Diandra. Diandra turun dari dalam mobil menghembuskan nafasnya kasar, mungkin tempat tidur dan segalanya akan jauh berbeda, namun ia bersyukur masih ada yang mau menampung dirinya.

"Ayo masuk" Ajak Reni yang baru saja dibangunkan oleh Rayan, Diandra mengangguk lalu mengikuti langkah kaki Reni.

"Ma, Rayan laper banget plis Rayan mau makan" Ucap Rayan dengan begitu manjanya, hal itu sontak membuat Diandra bergedik ngeri

avataravatar
Next chapter