webnovel

Kehilangan Dirinya Pasti Akan Menyakitkan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Qiao Mian tertegun beberapa saat dan wajahnya begitu merah. Wajahnya terasa begitu panas, seolah-olah ada api yang membakarnya. "Mo Yesi, kau… Kau jangan bercanda seperti ini denganku."

"Itu bukan lelucon," kata Mo Yesi. Ia menatap langsung ke mata Qiao Mianmian dan matanya menunjukkan keinginan yang tersembunyi. "Mianmian, aku sangat menginginkanmu."

"Kau…" Qiao Mianmian bertatapan dengan mata Mo Yesi yang panas dan menunjukkan keinginan yang dalam. Hatinya gelisah dan rasanya ia ingin melarikan diri. Wajahnya memerah dan rasanya tidak nyaman. Ia pun berdiri dengan cemas dan berkata, "Aku pergi ke kamar mandi."

Setelah selesai berbicara, Qiao Mianmian hampir ingin melarikan diri.

———

Qiao Mianmian membilas wajahnya dengan air dingin berkali-kali hingga sekarang wajahnya tidak begitu panas lagi. Jantungnya yang semula berdetak kencang perlahan mulai menjadi lebih tenang. Tetapi, begitu ia teringat kata-kata yang baru saja dikatakan Mo Yesi, jantungnya kembali berdetak dengan cepat.

"Mianmian, aku benar-benar menginginkanmu," Qiao Mianmian ingat Mo Yesi berkata begitu. Suara yang rendah dan seksi terdengar seolah berteriak di telinganya lagi. Ia pun mengulurkan tangannya dan menutupi telinganya. Wajahnya masih sedikit panas. 

Begitu Qiao Mianmian ingin keluar dari kamar mandi, ia mendengar suara yang tidak asing di belakangnya. "Kakak? Apakah itu kau?"

Qiao Mianmian terdiam. Apakah ia benar-benar kurang beruntung hari ini? Kalau tidak, bagaimana bisa ia bertemu dengan Qiao Anxin lagi di restoran ini? Ia bahkan tidak berbicara sebelum mendengar Qiao Anxin berbicara lagi, "Ternyata itu benar-benar kau. Bagaimana kau bisa ada di restoran ini? Apakah kau membuat janji dengan seseorang?"

Qiao Mianmian berbalik badan. Ia sangat kesal melihat wajah Qiao Anxin yang menjengkelkan sehingga wajahnya berubah menjadi suram. "Jika aku datang ke restoran ini, apakah ada hubungannya denganmu? Minggir, jangan halangi jalanku."

Qiao Anxin tetap berdiri tanpa bergeming sedikitpun dan matanya tetap mengamati Qiao Mianmian. "Kakak, restoran ini adalah restoran barat kelas atas di kota Yun. Jika mau makan di sini, harus memesan meja setidaknya setengah bulan sebelumnya. Selain itu, pengeluaran minimum per orang tidak akan kurang dari lima angka. Melihat situasi ekonomi Kakak saat ini, Kakak tidak akan mampu makan di tempat seperti ini."

Qiao Mianmian menatap Qiao Anxin dengan dingin. "Oh, benarkah? Jadi?"

Qiao Anxin menggigit sudut bibir bawahnya dan berkata dengan lembut, "Kakak, aku tahu kau begitu terpukul setelah membatalkan pertunanganmu dengan Kak Aze. Lagi pula, kalian sudah saling kenal selama bertahun-tahun. Bahkan, jika tidak ada cinta sebagai sepasang kekasih, pasti masih ada rasa cinta sebagai keluarga. Kehilangan dirinya pasti akan menyakitkan bagimu."

Qiao Mianmian tidak bicara, sementara Qiao Anxin berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Tapi, karena hal ini, kau juga tidak bisa menggunakan cara yang buruk. Keluarga Qiao juga memiliki reputasi sendiri di kota Yun. Jika orang lain tahu bahwa kau mendekati orang kaya dan masalah ini disebarluaskan, pasti akan menjadi berita yang tidak enak didengar. Bagaimana nanti Keluarga Qiao akan menghadapi orang-orang? Jika Kakak ingin mencari pacar lain lagi, aku dan Kak Aze akan membantu memilihkan yang cocok denganmu. Kakak, kau—"

"Qiao Anxin, apakah kau sudah selesai berbicara?" potong Qiao Mianmian yang sudah tidak tahan ingin memotong pembicaraan Qiao Anxin sedari tadi. Ia sangat jengkel sampai rasanya ingin memuntahkan makan malam kemarin.

"Kakak." Qiao Anxin menggigit bibirnya, memandang Qiao Mianmian dengan sedih, dan berkata, "Ini semua untuk kebaikanmu. Aku bener-benar tidak berharap kau terus terpuruk."

"Aku? Terpuruk?" Qiao Mianmian menyipitkan matanya dan berpikir bahwa itu konyol. Matanya dingin dan ironis tanpa sedikit pun kelembutan ketika menatap Qiao Anxin. Kemudian, ia maju satu langkah.

"Kakak! Apa yang ingin kau lakukan?!" Qiao Anxin menutupi wajahnya dan bergegas mundur selangkah. Ia merasa takut karena pernah ditampar oleh Qiao Mianmian sebelumnya.